Minggu, 10 Maret 2013

Pilih mana?? Psikolog Klinis Anak atau Dewasa :) (Francine Nathalia)

Ini adalah blog pertama saya, yang dimulai pada perkuliahan Teknik Wawancara yang dipimpin oleh Bu Henny pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013. Pada kesempatan kali ini terdapat empat kelompok yang maju untuk mempresentasikan hasil dari wawancara mengenai Teknik Wawancara yang mereka lakukan, dua kelompok yang mewawancarai seorang Psikolog Klinis Anak dan sisanya tentu saja Psikolog Klinis Dewasa. Kebetulan sekali kelompok saya juga maju untuk presentasi dalam perkuliahan pada hari itu, kami mengulas tentang Psikolog Klinis Anak. Sebenarnya jika kita melihat dari keempat kelompok, para psikolog tersebut sangat membutuhkan teknik wawancara dalam setiap pekerjaannya.  Bahkan ada seorang psikolog klinis dewasa yang mengungkapkan bahwa wawancara selalu terjadi di setiap aspek kehidupan kita. Ketika kita bertanya pada seseorang maka kita tanpa sadar sudah melakukan wawancara. Saya langsung teringat akan teori social learning dari Bandura yang mengungkapkan bahwa pembelajaran kita dimulai dari lingkungan sosial kita, dari kita kecil sampai sekarang lingkungan di sekitar kita akan terus berkembang, maka dari itulah seseorang individu akan mendapatkan ilmu pengetahuan, perkembangan, tata krama dan lainnya. Rata-rata keempat psikolog ini mengungkapkan bahwa wawancara memiliki kelebihan yaitu diantaranya mudah, cepat dan efektif dalam mengumpulkan data untuk mentelaah kasus klien.
     Tentu saja dari wawancara dengan klien, psikolog dapat melihat body language, gerakan mata, perubahan ekspresi dan emosi klien. Dari sanalah data-data juga dapat terkumpul, dan tentunya melatih kepekaan psikolog tersebut juga. Namun diantara kelebihan pasti ada kekurangan, yaitu teknik wawancara tidak dapat berdiri sendiri, sehingga harus disertai dengan teknik penunjang lainnya, misalnya dengan psikotest, dan lainnya. Kemudian bila klien sedang tidak kooperatif dalam melakukan sesi wawancara tersebut, psikolog harus peka akan situasi seperti ini, mungkin karena faktor malu, kelelahan, menutup diri dan ketidakpercayaan. Maka dari itu modal utama seorang psikolog tentunya adalah TRUST dan CARING, rasa peduli ingin membantu sesama dan dapat dipercaya. Saya sangat suka dengan anak-anak, rasa interest saya pada anak-anak sangat besar. Kebetulan kelompok saya mendapatkan tugas mencari psikolog anak, menurut psikolog klinis anak yang saya wawancarai, bila menemukan anak tidak kooperatif maka kita harus pandai mensetting situasi dengan memberikan boneka yang karakternya ditentukan oleh si anak mungkin, playdough, gambar dan lainnya. Dengan cara ini psikolog dapat masuk dan mengajak bicara anak tersebut, dari sinilah data-data dapat terkumpul.
     Menurut buku yang pernah saya baca juga, seorang psikolog anak bila menemukan klien yang tidak kooperatif dapat melibatkan orangtua, pengasuh atau orang terdekat si anak sehingga anak akan merasa nyaman dan tenang berada disana dan psikolog dapat melakukan pendekatan dengan si anak. Dari tadi kita sudah membicarakan banyak tentang sisi klien, sekarang bila kita terpikir pada si pewawancaranya maka sebagai seorang psikolog tentunya kita harus menaruh atensi yang lebih pada saat wawancara, jangan pernah ragu atau malu mengeluarkan kertas dan pen untuk mencatat, melihat kemampuan mengingat manusia termasuk dalam kapasitas yang mungkin saja dapat lupa (forgetting), terdistorsi, atau tertutup karena ada informasi yang baru masuk. Selain itu jika kita ingin merekam pembicaraan, jangan lupa menanyakan kenyamanan klien, jika tidak diperbolehkan maka kita tidak boleh memaksakan kehendak kita karena itu termasuk melanggar kode etik psikologi. Yang terakhir dan yang terpenting adalah JANGAN libatkan orang ketiga atau orang lain yang berada di pihak kita, seperti asisten kita, atau anak kita mungkin yang ada di ruangan tersebut. Jika dari pihak klien, seperti orangtua anak atau pasangan memang dibutuhkan untuk masuk dalam sesi wawancara dan sudah mendapatkan restu dari klien maka kita dapat memperbolehkannya masuk, ini juga berguna untuk mengumpulkan data-data klien mungkin.
Perlakukanlah klien seperti manusia yang berharga maka klien akan memberikan anda kepercayaan dan memperlakukan anda juga sebagai psikolognya yang berhargaa..

2 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar