Minggu, 24 Maret 2013

Keterampilan Dasar Wawancara (Lyvia Kurniawan)


Untuk melakukan wawancara yang baik dengan pasien, tentunya seorang psikolog harus menguasai beberapa keterampilan dasar wawancara seperti membina rapport, empati, attending behavior, teknik bertanya, keterampilan observasi, dan active listening.
Keterampilan dasar wawancara yang pertama adalah membina rapport, dimana rapport sendiri adalah bagaimana cara kita mendorong klien untuk berbicara dengan leluasa dan juga jujur terbuka mengenai topik yang relevan pada wawancara. Salah satu kuncinya adalah sikap  I-ter (interviewer).
Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan dan jangan dilakukan ketika membina rapport:
DO:
1. Berikanlah senyum hangat
2. Berikanlah sambutan yang bersahabar, ex: berjabat tangan
3. Memulai percakapan menegani hal-hal umum seperti cucaca pada hari itu, kesulitan menemukan tempat, dll
4. Mempersilahkan klien untuk duduk
DONT:
1. Hindari wajah judgemental
2. Jangan cengengesan
3. Jangan menerima telepon pada saat percakapan berlangsung, fokuslah pada jawaban klien
4. Hindari jargon

Penting untuk i-ter untuk tidak bersikap sok tahu, namun lebih bersikap bahwa i-ter mengerti.

Keterampilan dasar yang kedua dalam wawancara adalah empati, yang dimaksud dengan empati adalah bagaimana psikolog dapat merefleksi, berkaca pada perilaku-perilaku, pengalaman, dan perasaan kliennya. Seberapa akurat psikolog dapat mempersepsi afek (perasaan) klien, pengertian psikolog mencoba memahami posisi klien (bagaimana klien bisa berperilaku seperti itu, dll).
Respon empati membiarkan klien untuk tahu bahwa psikolog menerima, mengerti, dan mengkonfirm dunia klien tanpa melakukan judgement.

Selanjutnya keterampilan dasar yang ketiga adalah attending behavior. Kunci dari attending behavior adalah mengurangi kuantitas bicara dan memberikan klien waktu untuk menceritakan tentang diri mereka. Attending behavior berlaku ketika seorang psikolog  lebih fokus pada klien daripada ia sendiri.
4 dimensi kritik dari attending behavior:
- visual tracking : tatap mata klien, jangan alihkan pandangan dari klien.
- vocal qualities : nada dan kecepatan bicara mengindikasikan seberapa besar ketertarikan dan rasa empati terhadapcerita klien .
-verbal tracking: jangan mengubah tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan sejak awal.
-body languange: attentive dan authentic

Keterampilan dasar wawancara yang keempat adalah teknik bertanya yaitu berupa  open question yaitu pertanyaan yang tidak mengarahkan dimana klien dibebaskan untuk mengekspresikan perasaannya dan closed question yaitu pertanyan yang mengarahkan dan merujuk pada jawaban tertentu.
Berikut adalah beberapa abuse terhadap pertanyaan:
- being intrusive (memaksakan kehendak)
-interogating client (memaksakan jawaban)
- controling client explores (by feeling)
- using "WHY" question

Observation skills merupakan keterampilan dasar wawancara yang ke lima, dimana keterampilan observasi ini berfokus pada 3 area yaitu perilaku non verbal yang berupa ekspresi wajah, bahasa tubuh, dam hindari stereotip, kemudian area yang kedua adalah perilaku verbal yaitu sellective attention dan keywords (kata yang ditekankan oleh klien), dan area yang terakhir adalah discrepancies dan konflik.

Keterampilan dasar wawancara yang terakhir adalah active listening skills. Beberapa yang termasuk active listening skills adalah:
-encouraging: digunakan untuk membuat klien terus bercerita yang dapat berupa verbal (probing) dan non verbal (mengangguk)
-Reflection of content vs reflection of feeling
Reflection of content dimaksudkan untuk memastikan apa yang didengar dari klien itu benar sedangkan reflection of feelings untuk memastikan perasaan klien.
- Summarizing yang merupakan gabungan dari content dan juga feeling. Summarizing dapat digunakan di awal dan akhir wawancara dan juga dapat digunakan untuk pindah topik bicara.

16 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar