Kamis, 28 Maret 2013

It Doesn’t Mean that I’m Not a Women, If I don’t Have My Own Child (Melly Preston)

Anak adalah anugrah. Anak adalah pelengkap keluarga.
Anak membawa kebahagiaan terbesar dalam hidup.
Memiliki anak membuat ku menjadi wanita seutuhnya

Dalam hidup, hampir sebagian besar wanita pernah berangan-angan bahwa suatu hari nanti akan menikah, melahirkan, dan membesarkan anak, begitu juga dengan saya. Setiap kali membayangkan hal tersebut, selalu ada rasa senang sekaligus cemas. Sebagian besar wanita juga merasa bahwa, melahirkan dan membesarkan anak adalah hal penting yang membuat mereka merasa sebagai wanita seutuhnya. Bahkan masyarakat pada umumnya juga berpendapat atau berkeyakinan serupa. Dari keyakinan ini, muncul suatu gagasan bahwa ada sesuatu yang salah jika wanita tidak melahirkan atau membesarkan dan mengasuh anak. Gagasan inilah yang disebut dengan motherhood mandate.

Dari artinya saja, kita dapat mengetahui bahwa motherhood mandate merupakan hal yang negatif bagi masyarakat. Wanita yang infertil biasanya menjadi sosok utama dari pandangan motherhood mandate ini. Akan tetapi, ada juga wanita yang sebenarnya dapat mengandung dan melahirkan anak, namun wanita tersebut memilih untuk tidak memiliki anak. Wanita-wanita tersebut selain dianggap memiliki “sesuatu yang salah” dan bukan wanita seutuhnya, mereka juga dianggap tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa mereka tidak akan dapat merawat anak-anak dengan baik. Pada intinya, mereka lebih sering dipandang negatif oleh masyarakat.

Benarkah wanita yang tidak mengandung dan melahirkan anak bukanlah wanita seutuhnya? Benarkah mereka tidak akan pernah memahami bagaimana rasanya menjadi seorang ibu? Pada kenyataannya, Tidak.

Saya pernah menonton acara talkshow Kick Andy di Metro TV yang saat itu mengundang seorang wanita bernama Els de la Croix. Beliau saat ini sudah memasuki tahap dewasa tengah atau akhir namun ia tidak memiliki anak sendiri. Wanita tersebut begitu mulia karena memutuskan untuk tidak menikah dan memiliki anak demi membantu anak-anak yatim piatu atau korban bencana di Semarang dan merawat mereka dengan sepenuh hati. Beliau sudah kurang lebih 40 tahun mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak tersebut di Yayasan yang dibangunnya sendiri. Jumlah anak yang telah dirawatnya? Ratusan.
Ibu Els de la Croix telah berhasil merawat dan membesarkan anak-anak tersebut, bahkan menyekolahkan mereka hingga ke tingkat Universitas. Ibu Els de la Croix sendiri mengatakan bahwa anak-anak itu luar biasa dan mereka lahir dalam hati. Beliau begitu bahagia ketika anak-anak yang diasuhnya dapat sukses.

Nah, masihkah kita dapat mengatakan bahwa wanita yang tidak mengandung dan melahirkan anak bukanlah wanita seutuhnya? Masihkah kita dapat mengatakan bahwa ada yang salah dengan mereka dan bahwa mereka tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang ibu? Melihat contoh dari Ibu Els de la Croix, tentu saja tidak. Bahkan, mungkin saja mereka akan menjadi wanita yang lebih penuh dengan kasih sayang karena kasihnya tidak sebatas pada satu atau dua orang anak, namun meluas ke seluruh anak-anak.
27 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar