Selasa, 26 Maret 2013

Have children or not is a choice (Farah Puspita Sari)


Ketika pria dan wanita menyatu dalam suatu ikatan yang disebut pernikahan saat itulah mereka menginginkan untuk meneruskan keturunan. Biasanya pasangan ini menginginkan kehadiran anak ditengah–tengah mereka.  Dan untuk menghasilkan keturunan biasanya pasangan akan mempunyai program untuk memiliki anak. Proses kehamilan sangat kompleks dan dapat saja terjadi kesalahan. Ketika wanita yang berada dalam masa subur dan terlibat dalam sexual intercourse yang tidak aman, 30% dari mereka akan hamil, meskipun angka kehamilan yang signifikan ini berakhir dalam spontaneous abortion, proses natural dimana tubuh menolak embrio untuk berkembang. Fertilisasi biasanya terjadi di ampulla. Setelah fertilisasi, ovum yang dibuahi akan menjadi zygote, sel tunggal yang dihasilkan dari penggabungan gamet pria dan wanita. Sperma membawa materi genetik dari pria. Masing-masing sperma membawa 23 kromosom termasuk kromosom sex, X dan Y, yang nantinya akan menentukan jenis kelamin dari anak. Selain kromosom, gen, warna rambut dan mata, warna kulit, tinggi dan berat badan juga dapat dilihat untuk mengetahui jenis kelamin janin dan ternyata gen cerdas itu berasal dari gen yang diwariskan dari ibu.
Tanda-tanda pada umumnya dalam kehamilan adalah missing a period, meskipun beberapa wanita memperhatikan beberapa “bercak” yang terjadi selama kehamilan (lebih dari ini disebut irregular bleeding dan dapat mengindikasikan kemungkinan miscarriage – kehamilan yang berakhir dengan sendirinya. Tanda fisik lainnya termasuk nyeri pada payudara, sering buang air kecil, dan morning sickness (mual dan muntah, biasanya dikarenakan peningkatan hormon, dan dapat terjadi kapan saja dalam satu hari. Dalam kasus langka, pseudocyesis atau false pregnancy dapat terjadi dimana seorang wanita percaya bahwa dirinya hamil ketika sebenarnya ia tidak hamil dan karena keyakinannya itu ia mulai mengalami tanda-tanda kehamilan seperti missing period, morning sickness, dan kenaikan berat badan.
Nah, biasanya pada wanita yang telah menikah lama namun tidak juga memiliki anak, harus segera memeriksakan diri ke dokter, karena kemungkinan bisa saja wanita ini menderita Infertilitas yaitu, ketidakmampuan untuk mengandung setelah satu tahun melakukan hubungan intim tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Biasanya, pada wanita jika telah berusia lebih dari 35 tahun dan didiagnosa setelah 6 bulan tidak mampu untuk hamil. Penyebabnya bisa karena faktor usia, gangguan ovulasi, blocked Fallopian tubes, endometriosis, masalah struktur rahim, atau fibroid rahim yang berlebihan. Selain itu penyebabnya bukan hanya dari wanita saja tetapi dari pria juga bisa mempengaruhi yaitu, masalah pada produksi sperma.  Wanita yang mengalami infertilitas ini akan merasa tidak bernilai.
Pasangan yang benar-benar ingin memiliki anak akan berusaha semaksimal mungkin agar mereka dapat memiliki anak, Nah berbeda cerita apabila pasangan tidak ingin atau menunda untuk memiliki anak. Mereka juga akan berusaha untuk mencegah adanya proses kehamilan dengan berbagai metode kontrasepsi yang akan bekerja untuk mencegah sperma memasuki rahim. Metode-metode ini termasuk kondom, diafragma, spons kontrasepsi, dan hambatan serviks. Alat-alat kontrasepsi ini akan dimasukan ke dalam kelamin baik pada pria maupun pada wanita dan tentunya dengan keuntungan dan kerugian bagi pemakainya.
So, ingin memiliki anak atau tidak semua itu adalah pilihan. Yang terpenting adalah kesiapan emosi untuk merawat seorang anak yang perlu di siapkan, karena mengurus dan merawat anak adalah tanggung jawab yang besar sebagai orangtua.

24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar