Jumat, 29 Maret 2013

Everything You Need to Know about Social History (Aris Nugraha)


     Wawancara akan berhasil dilakukan jika kita mengetahui sebelumnya latar belakang seperti apa yang dimiliki oleh klien. Latar belakang ini akan membantu kita dalam membuat/mengembangkan pertanyaan-pertanyaan wawancara. Mengapa demikian? Karena semua orang tidak memiliki pengalaman yang sama dengan orang lain. Lalu, apa saja yang perlu diketahui oleh interviewer sebelum melakukan wawancara? Please, check it out.

     Pertama adalah family history. Penting bagi interviewer untuk mengetahui kapan dan dimana klien dibesarkan karena itu akan berpengaruh pada pola asuh, komunikasi dan lingkungan dengan orang tuanya. Kemudian, hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap perilakunya pada saat ini. Selain itu, kita juga akan memperoleh informasi dan memahami hubungan klien dengan orang tua, sahabat, kerabat, ataupun saudara klien. Dengan adanya family history, Kita dapat membuat genogram untuk membuat riwayat keluarga klien serta memahami apa penyebab klien mengalami gangguan atau berperilaku sedemikian rupa. Namun, budaya dan ras di Indonesia dapat sedikit menghambat. Hal ini dikarenakan ada banyaknya ras dan budaya di Indonesia sehingga orang dapat cenderung salah dalam memahami dari budaya atau ras mana klien tersebut jika tidak ditanyakan secara langsung.

     Setelah mengetahui family history klien, kita perlu mengetahui educational history dari klien. Ini penting karena kita akan memperoleh informasi bagaimana sekolah membentuk karakter dan perilaku klien sampai saat ini. Pembahasan mengenai educational history dapat membantu kita mengetahui bagaimana proses akademik yang dimilikinya dan juga bagaimana cara klien bersosialisasi di sekolah. Orang yang educational history yang cukup tinggi maka akan lebih mudah untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan klien.

     Selanjutnya adalah job history dan marital history. Job history dapat membantu kita mengetahui apakah klien suka tetap pada pekerjaannya atau suka mengganti pekerjaan tersebut. Kita akan memahami apakah pekerjaan yang dilakukannya benar-benar karena ia ingin melakukan atau ada tuntutan faktor lain, seperti gaji, keluarga, menurunnya performance dan lain-lain sehingga klien merasa tertekan oleh lingkungan sekitar.. Perlu diingat juga bahwa status klien dapat mempengaruhi pressure yang dimiliki oleh klien. Jika telah menikah mungkin berpengaruh terhadap pressure pada ekonomi. Jika single mungkin berpengaruh terhadap pressure pada social status dan lain-lain.

     Masih ada banyak lagi yang perlu kita telusuri mengenai history klien, seperti interpersonal relationship (bagaimana hubungannya dengan teman-temannya?), sexual history (bagaimana kehidupan seksualnya, apakah suka mengganti pasangan?), recreational preferences (bagaimana cara klien menyenangkan dirinya sendiri, apakah dengan melakukan hobby yang dimiliki atau ada yang lain?), medical history (bagaimana riwayat sakit dari klien.), psychotherapy history (apakah klien pernah didiagnosis gangguan?), legal history (apakah klien pernah terlibat kasus perkara atau perdata?), alcohol or drug substance (apakah klien pernah menggunakan obat-obatan atau sering minum-minuman beralkohol?), and nicotine or caffeine (apakah klien suka mengonsumsi nicotine atau caffeine, seperti kopi?).

     Last but not least, semua hal yang ada diatas penting untuk diketahui interviewer. Namun, tidak semua hal tersebut ditanyakan kepada klien. Pada klien anak-anak, interviewer tidak perlu menanyakan work history, marital history, dan lain-lain. Begitu juga sebaliknya, pada klien orang dewasa, interviewer sebaiknya tidak perlu menanyakan educational history pada saat masih TK atau SD yang mungkin sulit diingat oleh klien.

24 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar