Rabu, 31 Oktober 2012

Merokok (Theressa Octarine - 705120118)

Pengertian Rokok
     Rokok adalah daun tembakau yang telah dicacah dan digulung dengan kertas (Levinthal, 2012). Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005) rokok adalah “Gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas, dsb)”. Awalnya rokok digulung dengan tangan, namun seiring dengan bertambahnya permintaan pasar, maka saat ini rokok diproduksi menggunakan mesin (Ray & Ksir, 1999). Jadi, rokok adalah benda yang terbuat dari daun tembakau kering yang telah dicacah dan digulung dengan daun nipah, kertas, atau bahan lainnya sehingga berbentuk silinder dan dapat dihisap. Sebelum dihisap, ujung rokok disulut dengan api terlebih dahulu.
    Kandungan-kandungan yang terdapat dalam rokok. Dalam sebatang rokok ada 13 macam bahan kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh (MCKim, 2000). Kandungan-kandungan tersebut antara lain:
· Nikotin, yaitu racun psikoaktif yang ditemukan dalam produk-produk tembakau (Levinthal, 2012).
· Tar, yaitu material yang ditemukan dalam asap tembakau atau pada polusi-polusi udara lainnya (Levinthal, 2012).
· Karbon Monoksida, yaitu gas beracun yang mencegah sel darah untuk membawa dan mengedarkan oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya (Levinthal, 2012).
· Amonia, yaitu ”Gas tidak berwarna, baunya menusuk, terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen, mudah sekali larut dalam air, senyawanya banyak dipakai di pupuk, obat-obatan, dsb” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
·  Hidrogen sianida
· Acetone, yaitu “Zat cair tanpa warna yang mudah terbakar dan mempunyai bau serta rasa yang khas (dipakai sebagai pelarut di industri dan dipercobaan laboratorium)” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
·  Sianida, yaitu “Zat beracun” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
· Benzena, yaitu “Zat cair tanpa warna, mudah terbakar, berbau harum, dipergunakan untuk membuat zat warna, bahan peledak, obat, minyak wangi, lak, dan sebagai pelarut organik” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
· Cadmium, yaitu “Logam putih, mulur; unsur dengan nomor atom 48, berlambang Cd, bobot atom 112,41” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
· Metanol, yaitu “Bahan bakar yang berasal dari gas bumi atau dari salah satu komponen tambang minyak bumi dengan bahan baku komposisi karbon dan hidrogen” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
·  Asetilena, yaitu “Gas tanpa warna yang mudah terbakar, berbau eter apabila murni, dan digunakan untuk mempercepat proses kematangan buah-buahan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
· Formalin, yaitu “Larutan bening berbau menyengat, mengandung sedikit metanol untuk bahan  pengawet dan pembunuh kuman” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).  
· Arsenik, yaitu “Unsur nonlogam dengan nomor atom 33, berlambang As, dan bobot atom 74,9216” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

Pengertian Perokok
     Rokok tidak dapat dipisahkan dari perokok. Rokok dan para perokok saling berkaitan satu sama lain. Jika tidak ada rokok, maka tidak ada perokok pula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) perokok adalah “(orang yang) suka merokok”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang disebut sebagai perokok adalah orang-orang yang suka atau kecanduan menghisap rokok.
     Perokok dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) perokok aktif “orang yang merokok secara aktif”, dan perokok pasif “orang yang menerima asap rokok saja, bukan perokoknya sendiri”. Kesimpulannya tidak semua perokok adalah orang yang mengisap rokok, karena ada juga orang yang hanya menghirup asap rokoknya saja. Namun, baik perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama tidak baik untuk kesehatan tubuh (Ray & Ksir, 1999).

Dampak Negatif dari Merokok untuk Tubuh
     Ada sangat banyak dampak negatif dari sebatang rokok untuk tubuh manusia. Bahkan dalam tiap bungkusan rokok ada peringatan yang tertera bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti impotensi, serangan jantung, kanker, gangguan kehamilan, dan lain-lain. Saat kita menghisap rokok ada banyak zat kimia yang ikut masuk ke dalam tubuh kita. Beberapa penyakit yang umum antara lain (MCKim, 2000): a) sakit liver, penyebab dari penyakit ini adalah asap berlebihan yang merupakan gabungan dari nikotin dan karbon monoksida; b) sakit paru-paru, penyakit ini disebabkan karena ketika kita menyerap asap, kandungan abu dan tar masuk ke dalam selaput-selaput yang ada di paru-paru; c) kanker, merokok dapat meningkatkan resiko kanker pada mulut, paru-paru, dan kandung kemih; d) reproduksi, merokok juga dapat berdampak dalam reproduksi, bayi yang lahir dari ibu perokok akan lebih ringan 150 sampai 200 gram dari bayi normal yang dilahirkan oleh ibu yang tidak merokok.

Dampak Psikologis Rokok bagi Para Perokok
    Rokok dapat berpengaruh juga terhadap psikologis para perokok karena rokok dapat meningkatkan
konsentrasi dan membangkitkan kesadaran para perokok (MCKim, 2000). Perokok dapat lebih konsentrasi ketika mereka merokok dan akan lebih cepat gelisah atau tidak konsentrasi ketika  tidak merokok. Merokok dapat menenangkan para perokok disaat mereka cemas dan stress (Ray & Ksir, 1999). Menurut MCKim (2000) dengan merokok kesadaran mental para perokok akan meningkat. Karena kesadaran yang meningkat inilah maka dapat mempengaruhi peningkatan konsentrasi pada para perokok.

Cara Pencegahan Dini Agar Tidak Menjadi Perokok
    Cara-cara untuk mencegah agar seseorang tidak menjadi perokok harus dilakukan sedini mungkin agar seseorang tidak terjerumus dan menjadi perokok. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain dengan menaikkan harga rokok, karena untuk kalangan remaja jika harga rokok naik maka mereka akan menjadi lebih sulit untuk membelinya (MCKim, 2000). Cara berikutnya adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya merokok kepada kaum muda (Levinthal, 2012). Dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok diharapkan kaum muda sadar dan tidak mencoba-coba untuk merokok. Rokok sangatlah berbahaya, oleh sebab itu, ada baiknya bila cara-cara preventif ditanamkan sebelum terlambat.

Cara Penyembuhan untuk Para Perokok
    Beberapa cara atau terapi yang dapat digunakan untuk menyembuhkan para pecandu rokok adalah dengan Nicotine Replacement Therapy, terapi ini sama dengan strategi yang digunakan untuk para pecandu heroin, caranya dengan mengganti tembakau atau rokok dengan permen karet, nikotin patch, atau nasal spray (MCKim, 2000). Levinthal (2012) mengungkapkan beberapa cara yang juga dapat digunakan antara lain dengan hipnotis, akupuntur, dan specific prescription drugs, ketiga cara ini dapat mengurangi keinginan para perokok untuk menghisap rokok. Cara lain yang juga dapat digunakan adalah dengan penggunaan obat-obatan seperti Chantix dan Zyban. Peran para dokter dalam memberitahu atau menjelaskan dampak buruk dari rokok untuk para perokok juga sangat penting, misalnya saja dengan membandingkan umur paru-paru para perokok dengan yang bukan perokok (Levinthal, 2012). Dengan cara-cara ini diharapkan para perokok bisa lepas dari ketergantungan mereka kepada rokok karena rokok tidak baik untuk kesehatan.


Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (3th Ed.). Jakarta: Balai Pustaka.
Levinthal, C. F. (2012). Drugs, behavior, and modern society (7th Ed.). Boston, MA: Pearson Education, Inc.
MCKim, W. A. (2000). Drugs & behavior: An introduction to behavioral pharmacology (4th Ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc.
Ray, O., & Ksir, C. (1991). Drugs, society, and human behavior (8th Ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

23 Oktober 2012

Tawuran (Tiffany Frederika - 705120108)


Tawuran
     Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 September 2012, kita digemparkan oleh peristiwa tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 yang menewaskan seorang pelajar. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa sejak tanggal 1 Januari 2012 sampai tanggal 26 September 2012, 17 orang pelajar telah tewas akibat tawuran, sementara data dari Komnas Anak menunjukkan bahwa dari tanggal 1 Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 telah ada 139 kasus tawuran (Ren, 2012).

Definisi Tawuran
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, kata tawuran, yang memiliki kata dasar tawur, berarti  perkelahian beramai-ramai; perkelahian massal. Tawuran dilakukan oleh dua atau lebih kelompok yang saling bermusuhan. Biasanya dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa, karena itu, tawuran yang akan dibahas adalah tawuran antar pelajar yang sedang marak terjadi.

Penyebab Tawuran
     Orang-orang sering berasumsi bahwa pelaku tawuran adalah anak-anak yang berasal dari tingkat ekonomi rendah dan memiliki nilai moral serta nilai agama yang rendah, padahal penyebabnya tidaklah sesederhana itu, terlebih lagi bagi anak-anak yang berada di kota besar seperti Jakarta, karena sering kali masalahnya sangat kompleks dan meliputi berbagai faktor (Zulkarnaen, 2011). Diantara faktor-faktor tersebut, ada dua faktor yang akan dibahas lebih lanjut.
     Pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial, terlebih kelompok dimana seorang remaja berada, berpengaruh besar sebagai salah satu faktor penyebab tawuran. Howell (dikutip dalam Barak, 2003, h. 94) mengungkapkan:
Most gangs are governed by norms supporting the expressive use of violence to settle disputes and to achieve group goals associated with member recruitment, defense of one’s identity as a gang member, turf protection and expansion, and defense of the the gang’s honor.
Howell telah menjelaskan bahwa dalam kebanyakan kelompok, kekerasan cenderung digunakan untuk berbagai hal, termasuk untuk melindungi anggota dari kelompok mereka. Hal ini yang menyebabkan tawuran terjadi, solidaritas yang terlalu kuat yang tejalin dalam sebuah kelompok, sehingga bila ada satu saja anggota kelompok mereka yang terluka, mereka akan berusaha membelanya. Selain itu, lingkungan di sekitar rumah dan sekolah yang buruk juga dapat merangsang remaja untuk berperilaku buruk, yang mendukung perilaku berkelahi (Zulkarnaen, 2011).
     Pengaruh keluarga. Cara orang tua membesarkan anaknya juga merupakan salah satu faktor seorang anak terlibat dalam aksi tawuran. Bila seorang anak dibesarkan dengan kekerasan, dia akan berpikir bahwa kekerasan adalah sesuatu yang wajar, sehingga dia akan mudah melakukan kekerasan, sebaliknya, bila seorang anak dibesarkan dengan perlindungan orang tua yang berlebihan, sang anak akan menjadi individu yang tidak mandiri dan akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya (Zulkarnaen, 2011). Ada juga alasan-alasan lain dalam keluarga, seperti kurangnya perhatian dari keluarga.
Cara Pencegahan Tawuran
     Sebenarnya, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tawuran, mulai dari yang sederhana sampai yang membutuhkan tenaga ekstra. Berikut ini ada beberapa cara pencegahan tawuran yang dapat dilakukan.
     Pencegahan tawuran oleh sekolah. Untuk mencegah tawuran, Kemendibud telah membuat 3 rumusan dasar, yaitu:

Tegakkan disiplin internal sekolah.

Kita bangun kegiatan bersama antar sekolah.

Kita berikan dukungan penuh kepada kepolisian untuk menegakkan hukum siapapun yang salah harus dihukum.

Jika sekolah benar-benar menjalankan ketiga rumusan di atas, maka tawuran antarpelajar akan dapat dicegah.
     Pencegahan tawuran oleh keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah kelompok sosial, karena itu, selain sekolah, keluarga juga bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan tawuran antarpelajar. Menurut Alimoeseo (dikutip dalam Felicia, 2012), masa remaja adalah masa pencarian jati diri, sehingga orang tua harus mengarahkan anak-anaknya agar memiliki karakter yang baik, serta memiliki komunikasi yang baik dengan anak sehingga anaknya memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terpengaruh lingkungan.

Kesimpulan
     Masa remaja adalah masa seseorang masih berusaha mencari jati dirinya, sehingga remaja mudah terkena pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya, terlebih lagi teman-temannya. Oleh karena itu, bimbingan orang tua dan sekolah sangat diperlukan agar remaja dapat memiliki karakter yang tidak mudah terpengaruh lingkungannya dan tidak terlibat dengan kelompok-kelompok yang mudah melakukan kekerasan.

Daftar Pustaka
Barak, G. (2003). Violence and nonviolence: Pathways to understanding. California, CA:    Sage Publications, Inc.
Felicia, N. (2012, 26 September). Pencegahan tawuran pelajar butuh komitmen berbagai pihak. Diunduh dari http://www.beritasatu.com/keluarga/74048-pencegahan-tawuran-pelajar-butuh-komitmen-berbagai-pihak.html
Ren, R. (2012, 28 September). Sederet tawuran pelajar di Jabodetabek sejak awal 2012. Diunduh dari http://metro.news.viva.co.id/news/read/354946-sederet-tawuran-pelajar-di-jabodetabek-sejak-awal-2012
Tawuran. (n.d.). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/
Zulkarnaen, S. D. (2011, 15 Mei). Tawuran pelajar mempriatinkan dunia pendidikan. Diunduh dari http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html

23 Oktober 2012

Pentingnya Menanamkan Nilai Kejujuran pada Anak (Christy Kristianto - 705120059)


Pengertian Kejujuran
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus ikhlas. Sedangkan kejujuran merupakan sifat jujur, ketulusan hati, kelurusan (hati). Oleh karena itu, pengertian kejujuran atau jujur adalah tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi sesuai kenyataan. Kejujuran adalah investasi yang sangat berharga, karena dengan kejujuran akan memberikan manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan kita di masa yang akan datang.

Pentingnya Menanamkan Nilai Kejujuran pada Anak
     “Kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat” (Kelly, 2003/2005). Ini membuktikan bahwa kejujuran sangat penting, supaya hubungan anak dan keluarga dapat terjalin dengan harmonis. Kejujuran juga akan menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dan akan terciptanya rasa kepercayaan. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap ransangan-ransangan yang berasal dari lingkungan luar. Dengan demikian, pada masa anak sangat ideal untuk orang tua menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya.

Peranan Penting dalam Mengembangkan Nilai Kejujuran
     Mengembangkan nilai kejujuran pada anak, orang tua dan guru sangat berperan penting. Orang tua dan guru adalah orang yang paling dekat dan paling mempengaruhi pertumbuhan anak.
     Peran orang tua. Peran orang tua dalam keluarga sangat penting dalam mengembangkan atau meningkatkan nilai kejujuran. “Seluruh etika kejujuran dan integritas dimulai sejak dini” (Kelly, 2003/2005). Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini sangat penting dan itu akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa. Selain dapat meningkatkan nilai kejujuran, anak juga akan memiliki integritas yang tinggi dalam hidupnya. Orang tua harus menerapkan kejujuran dalam lingkungan keluarga dan harus memberi contoh atau panutan terhadap anak-anak mereka. Dengan demikian anak akan bertumbuh dengan nilai kejujuran yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
     Menurut Kelly (2003/2005), orang tua harus mendorong dan mendukung anak untuk berkata jujur, dan tidak meminta anak untuk berkata tidak jujur demi kepentingan orang tua. Selain itu, orang tua juga tidak boleh memanggil anaknya dengan sebutan pembohong karena akan membuat anak bertumbuh menjadi pembohong.
     Peran guru.  Peran guru di sekolah juga penting dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini. Misalnya memberi sanksi terhadap murid yang bertindak tidak jujur saat ujian berlangsung. Dengan demikian dapat melatih anak untuk disiplin dan bertindak jujur. Anak tahu kalau berlaku tidak jujur akan merugikan dirinya sendiri. Guru juga dapat memberikan ajaran-ajaran mengenai arti dan manfaat kejujuran kepada anak murid.

Kendala dalam Mendidik Anak untuk Jujur
     Mendidik anak untuk selalu bersikap jujur pasti muncul kendala-kendala yang menghambat anak untuk bersikap jujur. Tidak sedikit kendala yang akan dialami oleh orang tua. Kendala-kendala itu dapat dibagi menjadi kendala internal dan kendala ekternal.
     Kendala internal. Kendala internal yaitu kendala yang berasal dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa sikap anak yang tidak mau dididik atau sikap melawan terhadap orang tua. Menurut Mulyadi (1997), perilaku anak yang berbohong juga dapat dilakukan anak dengan cara menambah atau mengurangi kata yang sebenarnya terjadi. Itu dilakukan karena anak ingin merasa aman atau melindungi diri dari ancaman.
     Kendala eksternal. Kendala eksternal yaitu kendala yang berasal dari luar diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa cara orang tua mendidik anak dengan keras atau orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik kepada anak. Misalnya orang tua suka berkata tidak jujur atau berbohong kepada anak, sehingga anak juga menjadi terbiasa untuk berbohong. Jika orang tua mengetahui anaknya berbohong, hendaknya orang tua tidak memarahi atau menghukum anak, tetapi orang tua menasehati anak bahwa kebohongan itu tidak baik.

Hubungan Kejujuran dengan Kepercayaan
     Kejujuran sangat berkaitan dengan kepercayaan. Dalam hubungan apapun, kejujuran dan kepercayaan sulit bahkan tidak bisa dipisahkan. Sebuah kejujuran dapat menimbulkan rasa kepercayaan, demikian pula kepercayaan biasanya lahir dari adanya kejujuran. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua sudah menanamkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini untuk menciptakan hubungan keluarga yang harmonis dan membuat anak bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Kamus besar bahasa Indonesia (edisi ke-4). (2008). Jakarta: PT. Gramedia
     Pustaka Utama.                                            
Kelly, K. (2005). Menghentikan perilaku buruk anak. (M. Kusumawati, penerj.).
     Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Karya asli dipublikasikan tahun 2003
Mulyadi, S. (1997). Mengatasi problem anak sehari-hari. Jakarta: PT. Elex Media
     Komputindo.

23 Oktober 2012

DAMPAK PSIKOLOGIS TAWURAN PELAJAR TERHADAP PELAKU DAN KORBAN TAWURAN DI MASYARAKAT (MEILINDA WIJAYA - 705120043)


Fenomena Tawuran Pelajar
     Tawuran tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun para pelajar juga melakukan aksi tawuran. Menurut Zulkarnaen (2011), dari tahun ke tahun jumlah kasus perkelahian dan jumlah korban cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah [Binmas Polda] Metro Jaya pada tahun 1992 tercatat ada 157 kasus perkelahian pelajar. Pada tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan mengakibatkan 10 pelajar meninggal dunia. Pada tahun 1995 terdapat 195 kasus yang mengakibatkan kematian pada 13 pelajar serta dua anggota polisi. Pada tahun 1998 terdapat 230 kasus yang meyebabkan 15 pelajar serta dua anggota polisi meninggal dunia. Pada tahun berikutnya jumlah korban meningkat menjadi 37 orang. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat tiga kasus perkelahian di tiga tempat. Jumlah kasus perkelahian yang terus meningkat sangat memprihatinkan dan dapat berdampak buruk di kalangan masyarakat.

Faktor-faktor Penyebab Tawuran Pelajar
     Faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pada pelajar meliputi faktor sosiologis, psikologis, dan budaya.
     Faktor sosiologis. Faktor sosiologis meliputi pertemanan, balas dendam, dan ketidakmampuan orang tua memahami dunia anak.
     Pertemanan. Pertemanan merupakan kegiatan untuk bersosialisasi dengan sesama ternyata menjadi salah satu faktor penyebab tawuran. Remaja sering merasa kesulitan untuk menolak ajakan temannya walaupun para remaja tahu bahwa ajakan tersebut akan berdampak buruk pada diri sendiri. Hal ini dikarenakan untuk menunjukkan rasa setia kawan terhadap temannya dan karena para remaja cenderung takut dijauhi oleh teman-temannya.
     Balas dendam. Balas dendam merupakan suatu hal yang tidak baik dan sebaiknya dihindari. Biasanya tawuran dipicu oleh suatu tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh sebuah kelompok terhadap kelompok lain. Anggota kelompok yang menjadi korban biasanya akan menceritakan perlakuan tidak menyenangkan yang diterimanya dan hal itu memicu dendam pada anggota lain. Anggota lain yang merasa tidak senang tersebut akan membalas dendam dan akhirnya menimbulkan suatu perkelahian atau tawuran.
     Ketidakmampuan orang tua memahami dunia anak. Orang tua yang terlalu sering melarang anaknya melakukan hal tertentu atau bersikap otoriter dapat menyebabkan anak sulit untuk mengekspresikan dirinya. Hal tersebut dapat membuat anak mencari alternatif lain sehingga anak dapat mengeskpresikan dirinya, salah satunya dengan cara tawuran.
     Faktor psikologis. Faktor psikologis, salah satunya yaitu hilangnya kasih sayang dari orang tua. Kesibukan orang tua yang sangat padat membuat waktu orang tua lebih banyak tersita untuk pekerjaan dibandingkan untuk anak. Kasih sayang dari orang tua yang kurang akan menghambat pembentukan moral dan budi pekerti yang baik pada anak.
     Faktor budaya. Faktor budaya meliputi faktor budaya di sekolah. Hal ini sudah tidak asing di masyarakat. Gengsi menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperebutkan antar pelajar untuk sekolah mereka. Aksi tawuran ini sudah menjadi sebuah tradisi turun-temurun dari para senior.

Dampak  Tawuran Pelajar
     Dampak tawuran pelajar meliputi dampak sosiologis dan dampak dalam masyarakat.
     Dampak Psikologis. Dampak psikologis meliputi frustrasi dan stres.
     Frustrasi. “Frustrasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang disebabkan tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan karena adanya halangan atau rintangan untuk mencapai kepuasan atau tujuan tersebut” (Fauzi, 2004, h. 62). Frustrasi dapat dialami oleh para korban tawuran karena mereka tidak dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan yang disebabkan karena rasa takut akibat aksi tawuran.
     Stres. “Stres dirumuskan sebagai setiap tekanan, ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan, pengaruhnya bisa bersifat wajar ataupun tidak, tergantung dari reaksinya terhadap ketegangan tersebut”  (Gunarsa & Gunarsa, 2004, h. 263). Stres yang terlalu berat dapat mengganggu kondisi mental pelaku tawuran sehingga pelaku tawuran tidak mampu menjalani aktifitasnya seperti biasa.
     Dampak dalam masyarakat. Dampak dalam masyarakat menyebabkan merusak identitas bangsa, membahayakan keselamatan diri, merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga, serta merusak fasilitas umum.
     Merusak identitas bangsa. Tawuran pelajar yang sekarang ini sering terjadi dapat berdampak buruk bagi identitas bangsa Indonesia di mata negara lain. Hal ini membuat bangsa lain melihat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara damai.
     Membahayakan keselamatan diri. Aksi tawuran tidak akan lengkap jika tidak ada senjata yang digunakan untuk melawan musuhnya. Senjata yang dibawa umumnya senjata tajam yang dapat membahayakan diri sendiri dan bahkan dapat membahayakan orang lain.
     Merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga. Tidak hanya identitas bangsa yang menjadi buruk, citra keluarga pelaku tawuran pun menjadi buruk. Membangun sebuah citra yang baik di mata masyarakat tidaklah mudah. Namun, jika citra baik yang sudah dibangun lalu dirusak oleh kelakuan anak yang buruk dapat menyebabkan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Selain itu, orang tua pun akan merasa malu dan kecewa atas tindakan anaknya tersebut.
     Merusak fasilitas umum. Aksi tawuran selalu identik dengan senjata tajam seperti pisau dan batu. Aksi tawuran yang dilakukan di jalan raya dapat merusak fasilitas umum yang diakibatkan karena pelemparan batu-batu oleh para peserta tawuran. Kerusakan fasilitas umum tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga merugikan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memperbaiki fasilitas umum tersebut.

Cara Mencegah Tawuran Pelajar
     Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tawuran pelajar.
     Membangun hubungan yang baik antar anggota keluarga. Hal ini bertujuan agar anak tidak merasa tidak dipedulikan oleh keluarganya. Membangun sebuah hubungan yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara.
     Makan malam bersama. Makan malam bersama dapat menjadi alternatif lain dalam berkomunikasi. Para orang tua dapat bertanya mengenai kegiatan yang dilakukan oleh anak selama satu hari sehingga kegiatan anak selama satu hari dapat terpantau oleh orang tua.
     Pergi ke tempat rekreasi bersama. Kegiatan ini dapat dilakukan saat liburan. Hal ini bertujuan agar anak menyadari bahwa orang tuanya saying terhadap dirinya. Dari kegiatan ini sikap kerja sama antar anggota keluarga dapat terbina dengan baik.
     Saling membantu satu sama lain. Peran orang tua untuk menumbuhkan sikap tolong-menolong pada diri anak sejak kecil sangatlah penting. Dengan saling membantu anak dilatih untuk lebih peduli dan bertoleransi terhadap sesama.
     Melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang.  Mengisi waktu luang dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mendekatkan diri pada Tuhan.
     Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ada berbagai macam kegiatan ektrakurikuler di sekolah.
     Ekstrakurikuler menari daerah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler menari, anak dilatih untuk melatih kesabaran dan mencintai budaya Indonesia yang mulai tergeser oleh budaya barat.
     Ekstrakurikuler olahraga. Kegiatan ini dapat melatih anak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya dan dapat melatih fisik anak agar sehat.
     Ekstrakurikuler melukis. Kegiatan ini dapat membantu menyalurkan hobi anak yang menggemari bidang seni dan melatih kreatifitas anak.
     Mendekatkan diri pada Tuhan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berdoa atau melakukan renungan harian bersama di rumah dan pergi ke tempat beribadah bersama. Melalui cara ini diharapkan anak menjadi punya iman yang kuat sehingga dapat menolak ajakan temannya untuk ikut aksi tawuran. Dengan mendekatkan diri pada Tuhan juga dapat membantu anak untuk lebih cerdas dalam memilih pergaulan yang baik dan yang buruk.

Daftar Pustaka

Apa penyebab tawuran?. (2012). Diunduh dari
     http://m.tempo.co/read/news/2012/09/26/064432006/Apa-Penyebab-Tawuran-
     Pelajar
Fauzi, A. H. (2004). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan
     keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kasih sayang hilang dari rumah dan sekolah. (2012). Diunduh dari
     http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/15/14315390/Kasih.Sayang.Hilang.dari.
     Rumah.dan.Sekolah?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=
     Tawuran%20Sma%2070%20Dan%20Sma%206
Zulkarnaen, S. D. (2011). Tawuran pelajar memprihatinkan dunia pendidikan.
     Diunduh dari http://kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-
     memprihatikan-dunia-pendidikan.html

Dampak Banjir Terhadap Kesehatan Masyarakat di Jakarta (Ivonee J. C. de Araujo - 705120065)


Pengertian Banjir
     “Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri sungai. Secara sederhana banjir dapat didefenisikan sebagai hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi” (“Pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir”, 2011). Setiap orang mempunyai cerita pengalamannya sendiri ketika terjadi banjir. Banjir juga tidak hanya merupakan sebuah bencana alam namun banyak menimbulkan kerugian baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. Di daerah tropis seperti Indonesia jenis banjir yang sering terjadi adalah banjir bandang atau kiriman dan pasang surut.
      Banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat dilihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi  dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. Aliran air permukaan terjadi akibat curah hujan yang diakibatkan oleh peresapan ke dalam tanah dan penguapan ke udara. Air hujan sampai di permukaan bumi dan mengalir di permukaan bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut (“Pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir”, 2011).

Jenis-Jenis banjir
      Jenis-jenis banjir yang sering terjadi seperti banjir air, banjir cileungan, banjir bandang, banjir rob (laut pasang), bajir lahar ding, dan banjir lumpur.
Banjir air. Banjir air merupakan banjir yang sering terjadi pada umumnya. Banjir ini terjadi akibat hujan deras atau terus menerus yang mengakibatkan meluapnya air sungai, danau maupun air yang ada diselokan.
Banjir cileungan. Banjir cileugan disebut juga banjir dadakan, karana banjir ini langsung terjadi pada saat hujan dan tidak lama. Banjir ini hampir sama dengan banjir air yang terjadi akibat hujan deras namun banjir ini akan terjadi jika saluran air atau selokan yang ada disekitar rumah warga tersumbat dan menghambat aliran air tersebut.
Banjir bandang. Jenis banjir ini merupakan banjir yang sangat berbahaya, karena material banjir ini bukan hanya air namun dapat mengagkut material-material lain seperti lumpur, pohon-pohon, dan batu-batu besar akibat arusnya yang lebih deras. Banjir ini sering terjadi di daerah pegunungan yang lebih tinggi dan akan mengalir ke daratan rendah. banjir jenis ini adapt menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar.
Banjir rob (laut pasang). Banjir ini terjadi akibat jebolnya tanggul yang disebabkan oleh pasangnya air laut sehingga air sungai yang seharusnya mengalir ke laut dihambat oleh air laut yang pasang.
Banjir lahar dingin. Banjir ini hanya terjadi ketika terjadi erupsi gunung berapi. Akibat dari erupsi akan  mengeluarkan lahar dinggin dari puncak gunung, laharnya akan mengalir ke daratan. Lahar dinggin akan mengakibatkan meluapnya air sungai dan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Banjir lumpur. Banjir ini mirip dengan banjir bandang namun banjir ini lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi. Lumpur yang keluar sangat berbahaya karena mengandung gas kimia tertentu (“Pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir”, 2011 ).

Penyebab terjadinya banjir
      Banjir yang terjadi bervariasi dan penyebabnya pun bervariasi. Penyebab terjadinya banjir dapat dapat dikategorikan dalam dua penyeban yaitu penyebab yang tidak disengaja (bencana alam) dan penyebab yang disengaja (oleh manusia).
Penyebab yang tidak di sengaja. Penyebab terjadinya banjir akibat bencana alam merupakan salah satu penyebab yang tidak disengaja dan tidak dikehendaki oleh setiap orang orang. Bencana alam yang dapat nengakibatkan terjadinya banjir seperti, hujan, erosi, tanah longsor, tsunami, dan pasangnya air laut.
Penyebab banjir yang disengaja. selain banjir yang terjadi akibat bencana alam yang tidak disengaja ada juga beberapa penyebab banjir yang terjadi akibat kesengajaan manusia yang disadari maupun tidak disadari, seperti buruknya penanganan sampah, pembangunan bangunan yang berlebihan, bendungan dan saluran air yang rusak, keadaan tanan dan tanaman yang tidak dirawat dan di lestarikan.

Dampat akibat terjadinya banjir
      Banjir dapat dikatakan sebagai sebuah musibah, karena dampak yang ditimbulkannya kerusakan yang sangat luas. Akibat dari terjadinya banjir dapat berdampak pada kesehatan, lingkungan fisik masyarakar, dan ekonomi.
Dampak terhadap kesehatan. Sesudah terjadi, banjir dapat menjadi wabah penyakit menular yang berasal dari tempat-tempat pembuangan limbah atau tempat-tempat penbungan sampah yang terbuka, akan mencemarkan air dan makan yang ada di daerah tersebut. Bakteri akan menular melaluai air yang tercemar oleh banjir. Air banjir membawa bakteri, virus, parasit, dan bibit penyakit menular lainnya. Akibat penyebaran bakteri, virus, parasit, dan bibit penyakit menular lainnya dapat menyebabkan diare dan penyebaran penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria dan demam berdarah.
Dampak banjir terhadap lingkungan fisik masyarakat. Bajir yang terjadi menberikan dampak yang sangat bersar terhadap lingkingan fisik, diantaranya banjir dapat menyebabkan rusaknya jembatan, jalan raya maupun bangunan-bangunan rumah, merusak lading pertanin dan lain sebagainya.
Dampak banjir terhadap ekonomi. Banjir pun dapat mengakibatkan dampak ekonomis bagi daerah atau tempat-tempat yang mengalaminya. Bajir dapat merusak semua fasilitas dan keadaan yang ada di daerah atau tempat yang terjadi banjir sehingga membutuhkan biaya yang banyak untuk perbaikan kerusakan yang terjadi, bajir pun dapat menyebabkan kelangkaan bahan makan akibat kerusakan yang ditimbulkan misalnya kerusakan jalur transportasi sehingga daerah yang terkena bajir sulit dijangkau (“Pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir”, 2011).
Solusi bagi permasalahan banjir

      Berawal dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan setiap hari seperti membuang sampah pada tempatnya, dan tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah umum hal, ini sudah sangat membantuk mencegah atau mengurangi tingkat terjadinya banjir. Cara lain yang dapat  dilaukan untuk mencegah terjadinya banjir seperti melakukan reboisasi, perbaikan tanggul atau saluran air lainnya rusak.

Daftar Pustaka
Pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir. (2011). Diunduh dari http://ertizaaulialghani.blogspot.com/2011/10/pengertian-penyebab-dampak-dan-cara.html

Banjir. Diunduh dari http://www.mpbi.org/files/pustaka/2007-idep-oxfam_03-banjir.pdf

23 Oktober 2012









Keluarga Disharmoni (Fauziah - 705120151)


Pengertian Keluarga Disharmoni
     Keluarga. “Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain dan dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan” (Salvicion & Celis dikutip dalam Baron & Byrne, 2003). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), keluarga adalah satuan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di bawah suatu atap dalam keadaan saling bergantung satu sama lain.
     Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah gabungan dari beberapa individu yang tergabung karena perkawinan atau hubungan darah yang tinggal satu atap berinteraksi dan menjalankan perannya masing-masing.
   Disharmoni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) “Disharmoni adalah kejanggalan; ketidakselarasan”. Ketidakselarasan yang terjadi dapat menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakselarasan yang terjadi dalam keluarga biasa disebut  keluarga disharmoni.
     Keluarga Disharmoni. “Keluarga disharmoni adalah kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka sebagaimana mestinya” (Goode, 1991). Munculnya keluarga disharmoni ini disebabkan karena adanya rasa kurang percaya dan curiga yang muncul dalam anggota keluarga. Hal ini disebabkan karena unit dasar dari masyarakat telah rusak (Somasundaram, 2007).

Ciri-ciri Keluarga Disharmoni
     Ciri keluarga disharmoni yang pertama adalah keluarga yang kehidupannya diliputi oleh ketegangan, kekecewaan, dan tidak pernah merasa puas dan bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya sehingga anggotanya merasa terganggu atau terhambat (Gunarsa, & Gunarsa, 2004). Ciri kedua, adalah hilangnya anggota keluarga yang disebabkan karena kematian, cidera, atau perpindahan yang membuat kesenjangan besar dalam peran seseorang di keluarga (Somasundaram, 2007).   Pada ciri ketiga, anggota keluarga yang berusia remaja lebih sering berada di luar rumah dibandingkan di dalam rumah karena ada rasa tidak nyaman berada dalam rumah yang diisi oleh konflik keluarga (Formoso, Gonzales, & Aiken, 2000).

Faktor yang Melahirkan Keluarga Disharmoni
     “Hilangnya peran penting dari kehilangan anggota dapat menyebabkan gangguan dan ketidakharmonisan dalam keluarga” (Somasundaram, 2007). Gangguan dalam keluarga dapat memicu guncangan yang mengancam ketahanan keluarga sehingga menyebabkan perubahan pola dan perubahan hubungan antar anggota keluarga (Rakhmat, 2007). Salah satu gangguan yang mengancam perubahan hubungan antar anggota keluarga adalah kebosanan. Rasa bosan membuat hubungan menjadi hambar, komunikasi mengalami hambatan, tugas suami istri menjadi terbengkalai, dan terjadi pembalasan setiap ada yang memulai suatu tindakan. (Farisi, 2008). Dengan kata lain, rasa bosan yang muncul dapat dipicu oleh berbagai hambatan dan masalah semakin menguatkan ketidakharmonisan dalam suatu keluarga.

Dampak dari Keluarga Disharmoni
     Bagi anak-anak, berkurangnya ikatan antara anak dan orangtua dalam rumah yang berkonflik membuat anak mengalami stres, sehingga anak lebih nyaman berada di luar rumah (Formoso, Gonzales, & Aiken, 2000). Disharmoni semakin menguat dalam keluarga khususnya pasangan suami istri dapat menyebabkan pasangan suami istri tersebut mengalami keretakan hubungan seperti kurangnya komunikasi kemudian menjadi perpisahan yang berujung talak bahkan perceraian (Farisi, 2008).

Pencegahan dan Pemulihan Keluarga Disharmoni
     Prinsip-prinsip dinamika keluarga dapat digunakan untuk mendukung penyembuhan hubungan yang bertujuan menangkal interaksi yang tidak adaptif. Masalah komunikasi individu mengarah kepada kesadaran peran seseorang dan dorongan terhadap rasa saling membutuhkan menjadi fungsi yang digunakan untuk membangun persatuan keluarga. Ketika anggota dalam keluarga khususnya anak-anak bertemu dengan masalah dinamika keluarga, maka ia harus dikelola agar cepat pulih (Somasundaram, 1998). Dengan menyadari bahwa setiap anggota memiliki rasa ketergantungan dapat membina persatuan keluarga dan mencegah perpecahan didalamnya (Somasundaram, 2007).


Daftar Pustaka
Baron, R. A., & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Disharmoni. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Farisi, M. Z. A. (2008). When i love you: Menuju sukses hubungan suami istri. Jakarta: Gema Insani.
Formoso, D., Gonzales, N. A., & Aiken, L. S. (2000). Family conflict and children’s internalizing and externalizing behavior: Protective factors. American  Journal of Community Psychology, 28(2), 175-199.
Goode, W. J. (1991). Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunarsa, D. S., & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan    keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Keluarga. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Rakhmat, J. (2007). SQ for kids: Mengembangkan kecerdasan spiritual anak sejak dini. Bandung: Mizan Pustaka.
Somasundaram, D. J. (2007). Collective trauma in northern Sri Lanka: A qualitative  psychosocial-ecological study. International Journal of Mental Health Systems, 1(5), Doi: 10.1186/1752-4458-1-5.
Somasundaram, D. J. (1998). Scarred minds. New Delhi: Sage Publications.

23 Oktober 2012

Dampak Keluarga Disharmonis Terhadap Anak dan Remaja (Melania Veronita - 705120057).


Pengertian Keluarga Disharmonis
     Goode (dikutip dalam “Pengertian Keluarga Disharmonis,” 2011) mengemukakan bahwa “keluarga disharmonis adalah kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka sebagaimana mestinya.” Keluarga disharmonis merupakan lawan dari keluarga harmonis. Kondisi keluarga disharmonis semakin mudah untuk dijumpai di lingkungan sekitar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor Keluarga Disharmonis
     Sebuah keluarga dapat berjalan dengan tidak harmonis karena adanya beberapa macam faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut diungkapkan oleh Simanjuntak (dikutip dalam “Faktor-faktor Keluarga Disharmonis,” 2011) sebagai berikut:
1. Faktor internal dalam keluarga, seperti adanya kenistaan dalam keluarga. Selain itu, norma dan etika yang seharusnya dipelihara ditinggalkan seperti tidak adanya rasa saling pengertian dalam keluarga.
2. Faktor eksternal dalam keluarga, antara lain pola kehidupan yang serba bebas yang tidak terkontrol, lingkungan hidup yang buruk dan situasi perekonomian yang mendesak dan pas-pasan dapat menjadi pemicu ketidakharmonisan keluarga.

Jenis Keluarga Disharmonis
     Menurut Ruth Shonlecavan (dikutip dalam Sobari, 2011), ada dua jenis keluarga deisharmonis yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut adalah psychological broken home dan physically broken home. Psychological broken home terjadi bila dalam satu keluarga, unsur ayah dan ibu masih ada dan masih terikat oleh suatu pernikahan, namun antara ayah dan ibu sudah tidak ada hubungan mesra, tidak ada keharmonisan atau kerukunan. Sedangkan physically broken home nyata dengan adanya perceraian antara ayah dan ibu, baik karena proses perceraian maupun  akibat kematian salah satu pihak orang tua.

Pengaruh Keluarga Disharmonis
     Pengaruh keluarga disharmonis terhadap anak. Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil. Menurut Sobari (2011), keluarga adalah lingkungan pertama yang mengembangkan jiwa anak-anak. Dari keluarga itu pula, anak-anak menerima kesempatan bagi perkembangan kejiwaannya itu yang berasal dari masa bayi yang penuh kemesraan dan kesenangan yang akan menentukan masa dewasanya. Peranan ibu sangat penting dalam membina anak-anaknya, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
     Pengaruh keluarga disharmonis terhadap motivasi belajar anak-anak. Sebagai lingkungan pertama bagi perkembangan anak-anak, keluarga turut memiliki peran yang besar terhadap motivasi belajar mereka. Menurut Semiawan (2010), motivasi belajar yang diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan merupakan landasan esensial yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Untuk itu dalam lingkungan rumah harus diciptakan kondisi yang kondusif bagi anak, yaitu suatu suasana yang demokratis yang terbuka, saling menyayangi, dan saling memercayai. Dengan landasan inilah anak akan berkembang menjadi pribadi yang harmonis, yaitu anak lebih peka terhadap kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan lebih sadar akan tujuan hidupnya, sehingga menjadi lebih termotivasi dan lebih yakin dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
     Pengaruh keluarga disharmonis terhadap kenakalan anak remaja. Pengaruh keluarga disharmonis terhadap kenakalan remaja sesuai dengan hasil penelitian Lembaga Penelitian Pendidikan IKIP Bandung terhadap 920 orang anak nakal di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Wanita dan Anak-anak di Tanggerang (dikutip dalam Sobari, 2011) sebagai berikut: (a) 51% anak nakal berasal dari keluarga broken home, (b) 31% anak nakal berasal dari kelurga yang sering meninggalkan anaknya sendiri di rumah, dan (c) 14,5% anak nakal berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan sering bertengkar.

DAFTAR PUSTAKA


Faktor-faktor keluarga disharmonis. (2011). Diunduh dari http://id.shvoong.com
Pengertian keluarga disharmonis. (2011). Diunduh dari http://id.shvoong.com
Semiawan, C. (2010). Lingkungan keluarga yang mempengaruhi motivasi belajar. Diunduh dari http://episentrum.com
Sobari, T.I. Kenakalan anak dan remaja. (2011). Diunduh dari www.unpas.ac.id

23 Oktober 2012

Kenakalan Remaja (Annisa Verdina - 705120144)


Pengertian
     Menurut Kartono (dikutip dalam “Definisi Kenakalan Remaja,” 2010) kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile delinquent yang berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa Latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Jenis Kenakalan Remaja
     Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang tergolong kriminal seperti yang dikemukakan oleh Jensen sebagaimana dikutip oleh (Sarwono, 2010) kenakalan remaja dibagi menjadi 4 jenis: (a) kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dll; (b) kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dll; (c) kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti pelacuran, penyalah gunaan obat; dan (d) kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.
   
Data Kenakalan Remaja
     Data kasus kenakalan remaja yang ditangani LPA DIY (dikutip dalam Sugiarto, 2012) diawal tahun 2012, terang Nyadi, di DIY ini angka tertinggi adalah pencurian 11 kasus,  seks bebas 10 kasus,  kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan psikis 3 kasus dan narkoba 1 kasus. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (dikutip dalam BKKBN, 2011) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk. Survey tersebut juga menunjukkan bahwa remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Kasus aborsi sebanyak 2,4 jt: 700-800 ribu adalah remaja. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja.
     Adapun Hasil Penelitian Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba dengan suntikan (BKKBN, 2011) adalah sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. Jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.

Penyebab Kenakalan Remaja
     Menurut Jensen (dikutip dalam Sarwono, 2010) terdapat beberapa teori yang menyebabkan kenakalan remaja. Teori ini terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
     Penyebab internal. Teori rational choise mengutamakan faktor individu daripada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukan adalah atas pilihan, interes, motivasi atau kemauannya sendiri. Di Indonesia banyak yang percaya pada teori ini, misalnya kenakalan remaja dianggap karena kurang iman sehingga anak dikirim ke pesantren kilat atau di masukkan ke sekolah agama. Yang lain menganggap remaja yang nakal karena kurang disiplin sehingga diberi latihan kemiliteran.
     Penyebab eksternal. (a) social disorganization adalah kaum positivis yang pada umumnya lebih mengutamakan faktor budaya yang menyebabkan kenakalan remaja, (b) strain adalah teori yang dikemukakan oleh Merton, intinya adalah bahwa tekanan besar dalam masyarakat bias menimbulkan kenakalan dikalangan remaja, (c) differential association menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anak-anak nakal juga, dan (d) labelling adalah pendapat yang menyatakan bahwa anak-anak nakal karena dianggap atau dicap nakal.

Dampak Kenakalan Remaja
     Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya. Kriminalitas juga bisa menjadi salah satu dampak kenakalan remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal (“Akibat Kenakalan Remaja,” 2011).

 Cara Mengurangi Kenakalan Remaja
     Menurut Rogers (dikutip dalam Sarwono, 2010) ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja: (a) kepercayaan, remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya, ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan bawa kata-kata penolong ini memang benar adanya; (b) kemurnian hati, remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat; (c) kemampuan mengerti dan menghayati perasaan remaja; (d) kejujuran, remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal yang kurang menyenangkan; dan (e) mengutamakan persepsi remaja sendiri.



Daftar Pustaka

Akibat kenakalan remaja. (2011, 25 Oktober). Diunduh dari http://belajarpsikolog9i.com/akibat-kenakalan-remaja/.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BKKBN]. (2011, 2 September). Fenomena kenakalan remaja di Indonesia  Diunduh dari http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=673&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897.
Definisi kenakalan remaja. (2010, 31 Mei). Diunduh dari http://deviah.hostei.com/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=27.
Sarwono, S. W. (2010). Psikologi remaja (Ed rev.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiarto. (2012, 13 Juli). Kenakalan remaja di Indonesia khususnya DIY sudah sangat parah. Diunduh http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/07/13/124082.

23 Oktober 2012

Banjir (Vania Sanjaya 7050120133)


Pengertian Banjir
     Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering yang disebabkan karena volume air yang meningkat (dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Banjir dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (a) banjir akibat meluapnya sungai yang tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada di sungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas, (b) banjir lokal yang terjadi akibat volume air yang berlebihan dan meluapnya air di suatu tempat, (c) banjir akibat pasang surut air laut (dikutip dalam duniabaca.com).

Contoh Kasus Banjir di Indonesia
     Berikut adalah salah satu contoh kasus banjir yang terjadi di Indonesia.“Musim penghujan di wilayah Jabodetabek mulai tiba. Hujan di wilayah Bogor membuat sungai yang mengalir di Jakarta mengalami peningkatan volume air.Salah satunya adalah Kali Baru yang melintas di permukiman kawasan Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur.” (Kompas, 2012). Akibat dari luapan volume air kali, dua RT yaitu RT 01 dan RT 02, RW 15, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, ikut terendam. Pasalnya dua RT tersebut berada tepat di pinggir kali yang bermuara di Kanal Banjir Timur (KBT) tersebut.Banjir juga sempat menutup jembatan yang menghubungkan permukiman dengan Jalan Raya Bogor (dikutip dalam Kompas.com, 2012).

Penyebab Banjir
     Faktor alam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir, salah satunya adalah faktor alam. Faktor alam yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir adalah hujan. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah. Hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek, tetapi intensitasnya tinggi sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan. Selain hujan dan perubahan iklim, faktor alam lainnya yang menyebabkan terjadinya banjir adalah perubahan gisomorfologi dan perubahan geologi (dikutip dalam duniabaca.com).
     Faktor manusia. Selain faktor alam, banjir juga disebabkan karena faktor manusia. Manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan banjir sangat rentan terjadi. Penebangan hutan yang dilakukan oleh manusia mengakibatkan berkurangnya  air tanah dan meningkatnya aliran permukaan. Selain itu, pengurangan luas hutan juga dapat menyebabkan  erosi yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir (dikutip dalam duniabaca.com).

Dampak Banjir
     Bagi manusia. Banjir sudah pasti merugikan manusia. Baik korban maupun bukan korban pasti terkena imbas dari banjir. Dampak banjir bukan lagi suatu hal yang kecil atau sepele. Banjir dapat mengancam jiwa manusia (dikutip dalam inertseven.com). Banjir juga membuat banyak warga kehilangan tempat tinggal mereka yang habis bahkan hancur terkena arus air.
     Bagi lingkungan. Banjir tidak hanya berdampak pada manusia, namun banjir juga berdampak besar bagi lingkungan. Tentu saja dampak yang diberikan untuk lingkungan adalah dampak negatif , dampak bagi lingkungan tempat banjir maupun lingkungan sekitar tempat terjadinya banjir. Dampak banjir itu sendiri berupa (a) rusaknya sarana dan prasarana penduduk, (b) rusaknya areal pertanian, (c) menimbulkan berbagai penyakit, (d) transportasi darat yang terhambat, (e) rusaknya pemukiman penduduk, dan (f) air bersih yang sulit didapat. Lingkungan sudah dipastikan akan lebih merugikan karena ulah banjir. Kerusakan lingkungan ini akan terus menerus menyebar apabila banjir tidak ditangani secepatnya (dikutip dalam inertseven.com).

Upaya Penanggulangan Banjir
     Upaya masyarakat. Berikut adalah beberapa upaya masyarakat dalam masalah menanggulangi banjir. Upaya yang dilakukan masyarakat diantaranya adalah membuang sampah pada tempatnya, sehingga sungai dan selokan berfungsi kembali sebagaimana seharusnya, agar sungai dan selokan yang fungsinya sebagai tempat aliran air tidak berubah menjadi tempat pembuangan sampah. Lalu menanam pohon dan tidak lagi menebangi pohon yang masih tersisa, karena pohon adalah satu penopang kehidupan kota. Pohon juga sebagai penetralisasi udara yang tercemar pada siang hari dan sebagai pengikat air disaat hujan melalui akar-akarnya. (dikutip dalam duniabaca.com).
     Upaya pemerintah. Upaya yang diberikan oleh pemerintah dalam menanggulangi banjir masih sangat minim. Upaya yang pernah diberikan oleh pemerintah diantara lain dengan melarang pembuatan rumah di pinggir sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai hanya dengan modal nekat tanpa memikirkan resikonya. Hal itu mengakibatkan perusakkan lingkungan, bukannya membantu meningkatkan perekonomian. Maka dari itu pemerintah pemerintah memperketat kedatangan orang-orang ke kota dalam jangka waktu lama untuk keperluan yang tidak jelas (dikutip dalam Duniabaca.com).


Daftar Pustaka
                                       
Banjir 2012. (2012). Diunduh dari http://www.kompas.com.
Dampak banjir bagi manusia. Diunduh dari http://www.inertseven.com.
Jenis-jenis banjir serta berbagai faktor penyebab banjir. Diunduh dari
     http://www.duniabaca.com.

23 Oktober 2012

Upaya menanggulangi trauma pada warga Jakarta pasca banjir (Fiona Dea Rosa - 705120067).


Pengertian Banjir
     Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Menurut Utomo, Utaya, Mahanal, Rohman, Hartono, Zakia, dan Hidayat (2009), ”Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Tanah yang mempunyai daya serapan air buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air banyak menggenangi permukaan tanah dalam volume besar dan mengalir sebagai bencana banjir”.

Penyebab Terjadinya Banjir
     Menurut Utomo et al. (2009), bencana banjir bisa disebabkan oleh dua hal, bisa akibat dari ulah manusia maupun akibat dari fenomena alam yang ekstrim berupa hujan yang berkepanjangan. Penyebab paling utama dari bencana banjir adalah curah hujan yang berlebihan. Hujan mungkin terjadi secara musiman yang meliputi daerah-daerah yang luas, atau dari badai setempat yang menghasilkan curah hujan yang berintenitas tinggi. Sebagian banjir disebabkan oleh proses-proses laut dan atmosfir Permukiman dan pemadatan tanah tidak memberikan kesempatan air hujan meresap ke tanah, sebagian besar menjadi aliran air permukaan. Pembangunan untuk tempat tinggal di bantaran sungai yang meningkat serta pembuangan sampah ke sungai berakibat pendangkalan sungai dan penyumbatan air  sangat berperan terjadinya bencana banjir.

Presentase Banjir di Jakarta
     Presentase banjir di Jakarta menurut artikel yang berjudul (Kanal Jakarta dan Pengendalian Banjir, 2011), bahwa Jakarta 40 persen wilayahnya sudah di bawah laut. Daerah-daerah di Jakarta umumnya sudah berdiri pemukiman penduduk sehingga menyebabkan banjir.
Dampak yang Ditimbulkan oleh Banjir
     Dampak yang diakibatkan oleh banjir meliputi ancaman penyakit, seperti penyakit diare dan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk (Yayasan IDEP, 2007).
     Ancaman wabah penyakit setelah banjir. Pada saat dan sesudah banjir,  ada beberapa tempat yang bisa menyebabkan tersebarnya penyakit menular,  seperti: tempat pembuangan limbah dan tempat sampah yang terbuka, sistem  pengairan yang tercemar dan sistem kebersihan yang tidak baik. Bakteri bisa  tersebar melalui air yang digunakan masyarakat, baik air PAM maupun air  sumur yang telah tercemar oleh air banjir. Air banjir membawa banyak bakteri,  virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang  berbahaya.
     Penyakit diare. Diare mempunyai masa pertumbuhan antara 1 sampai 7 hari. Orang yang terjangkit penyakit ini harus mendapatkan perawatan khusus  karena apabila dibiarkan terlalu lama bisa terancam, khususnya pada orang tua  dan anak-anak.
     Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Banjir bisa meningkatkan  perkembangbiakan nyamuk secara luas. Bibit-bibit penyakit yang dibawa oleh  serangga ini termasuk Demam Berdarah, Malaria, dll. Untuk mencegah sebuah  tempat menjadi sarang nyamuk, kosongkan air yang tergenang dan  tutup tempat-tempat air yang terbuka.

Penanggulangan Banjir
     Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir adalah sebagai berikut: (a) buat sumur resapan bila memungkinkan, (b) membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir, (c) membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir, (d) membangun sistem peringatan dini banjir, (e) menjaga kebersihan saluran air dan limbah, (f) memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan, (g) mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan pengendali banjir dan lokasi evakuasi, dan (h) bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.

Upaya Menanggulangi Trauma Pasca Banjir
     Menurut psikolog Figley (1995), pendiri Green Cross pada tahun 1995 dan juga tokoh ternama dalam bidang terapi trauma, menyatakan bahwa terapi dibutuhkan sebagai bagian dari intervensi psikologis bagi para korban bencana.

Daftar Pustaka
Figley, C. (1995).  Cara menyembuhkan trauma dan depresi dengan TAT (Tapas
     Acupressure Technique) paska bencana. Diunduh dari  http://topmotivasi.com/review-e-
     book-terbaik/review-download-e-book-cara-menyembuhkan-trauma-dan-depresi-paska-
     bencana-dengan-tattapas-acupressure-technique/
IDEP. (2007). Banjir: Cerita tentang peran masyarakat saat terjadinya banjir (edisi ke-2).
     Yayasan IDEP: Bali, Indonesia. Diunduh dari http://www.mpbi.org/files/pustaka/2007-
     idep-oxfam_03-banjir.pdf
Kanal Jakarta dan Pengendalian Banjir. (2011). Artikel. Diunduh dari
     http://www.jakarta.go.id/web/news/2011/10/kanal-jakarta-dan-pengendalian-banjir
Utomo, Y., Utaya, S., Mahanal, S., Rohman, F., Hartono, R., Zakia, N., & Hidayat, S. (2009).
     Pendidikan lingkungan hidup untuk SMA kelas XI (edisi ke-2). Lembaga Penelitian:
     Semarang. Diunduh dari http://erickbio.files.wordpress.com/2011/09/buku-plh-kelas-11-
     sma.pdf

23 Oktober 2012

Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan di Perusahaan Swasta (Ria Erdyani - 7050120055)


Pengertian Motivasi Kerja
     Motivasi kerja merupakan dukungan atau dorongan yang menyebabkan seseorang memiliki semangat bekerja yang tinggi.

Jenis-jenis Motivasi Kerja
     Motivasi Intrinsik. Motivasi ini timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan.
     Motivasi Ektrinsik. Motivasi ini timbul dari luar diri orang yang bersangkutan.

Prinsip-prinsip Motivasi Kerja
     Menurut Mangkunegara (2000), terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai yaitu :
     Prinsip partisipasi. Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
     Prinsip Komunikasi. Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
    Prinsip mengakui andil bawahan. Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan  tersebut, pegawai akan lebih  mudah dimotivasi kerjanya.
     Prinsip pendelegasian wewenang. Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
     Prinsip memberi perhatian. Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang di inginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan pemimpin.

Cara Meningkatkan Motivasi Kerja
     Miliki motivasi dalam diri sendiri. Motivasi kerja akan terbentuk dengan baik apabila dari dalam diri karyawan itu sendiri telah tertanam motivasi yang baik.
     Ciptakan dan bergaulah dengan rekan-rekan yang super. Bekerjalah di tim yang penuh semangat, punya passion, bergairah dan mau bekerja keras. Kalau bisa hindari pergaulan dengan orang yang pengeluh, dan menganggap semua kesulitan sebagai nasib.

Faktor-faktor Penyebab Motivasi Kerja Karyawan Tinggi
     Faktor Eksternal. Faktor ini berasal dari luar diri individu.
     Gaji besar. Semua orang pasti ingin memperoleh gaji yang besar dan cara memperoleh gaji yang besar adalah dengan bekerja sungguh-sungguh sehingga atasan akan kagum dan menaikkan gaji.
     Pujian dari atasan. Saat mendapat pujian dari atasan, karyawan manapun pasti  akan merasa senang dan hal tersebut dapat memotivasi karyawan itu untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik lagi agar mendapat pujian atau menjadi anak emas atasannya.
     Suasana di tempat kerja yang nyaman dan menyenangkan. Situasi tempat kerja yang nyaman dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan akan membuat seorang karyawan mersa betah bekerja di tempat tersebut dan bersemangat dalam bekerja.
     Adanya kejuaraan dalam perusahaan. Adanya kejuaraan dalam perusahaan membuat karyawan tertantang untuk bekerja sebaik mungkin demi mendapatkan prestasi yang baik, karena apabila karyawan tersebut berhasil menjadi juara, maka akan mendatangkan keuntungan bagi dirinya dan masa depan karirnya.

Faktor Internal. Faktor ini berasal dari luar individu.
     Ingin memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu alasan mengapa orang bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya hidup yang besar dapat membuat seseorang bekerja dengan semangat agar memperoleh gaji yang besar.
     Pekerjaan yang ditekuni sesuai dengan minat. Mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat akan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat karena pekerjaan itu sangat menyenangkan bagi mereka. Dalam Harefa (2008), seseorang yang menikmati pekerjaannya akan terlihat seperti orang yang bermain daripada bekerja. Oleh karena itu sebaiknya karyawan ditempatkan pada bagian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing agar dapat bekerja secara maksimal.
     Berani menghadapi tantangan. Tantangan dalam pekerjaan haruslah dihadapi. Motivasi kerja yang tinggi dapat menjadi senjata untuk melawan rasa takut terhadap tantangan. “Ada suatu prinsip tentang pikiran yaitu bila Anda pikir Anda bisa, maka Anda akan bisa… tetapi bila Anda pikir Anda tidak bisa, maka Anda tidak bisa,” (Rahmat, 2010).
     Berpikiran positif ada usaha ada hasil. Orang yang menghadapi kegagalan berkali-kali tidak akan goyah apabila ia mau bangkit kembali. Saat seseorang gagal dalam suatu kesempatan, akan ada kesempatan lain untuk mencoba dan orang tersebut harus tetap fokus pada tujuan akhirnya, sehingga tujuan tersebut bisa tercapai.
     Menginginkan jabatan tinggi. Jabatan yang tinggi selalu diincar oleh setiap karyawan. Semakin tinggi jabatan yang diduduki, semakin besar gaji yang diperoleh. Oleh karena itu, pegawai menjadi semangat bekerja untuk menarik perhatian atasan dengan tujuan memperoleh jabatan yang tinggi juga gaji yang tinggi.
     Ingin bersaing dengan rekan kerjanya. Seorang karyawan tidak dapat menghindari persaingan yang ada di tempat kerjanya. Persaingan tersebut pasti menghidupkan perasaan untuk menunjukan segala yang terbaik dari dirinya.
     Punya target tertentu yang ingin dicapai. Target ini tidak harus berupa gaji yang besar atau jabatan yang tinggi.

Manfaat Motivasi Kerja Karyawan Bagi Karyawan
     Dalam (“Motivasi Kerja Karyawan dan Mental Juara”, 2011) dinyatakan bahwa karyawan maupun perusahaan sama-sama bertanggung jawab dalam  meningkatkan motivasi kerja, karena peningkatan motivasi kerja dapat membawa manfaat sebagai berikut:
     Motivasi kerja karyawan bagi kinerja. Jika motivasi kerja karyawan tinggi, maka kinerjanya pun akan semakin baik. Pekerjaan cepat selesai dan dikerjakan dengan baik sehingga tidak ada lagi perkerjaan yang menumpuk dan karyawan dapat lebih santai dalam bekerja. Hubungan dengan atasan akan menjadi lebih baik, karena karyawan yang menghargai waktu akan disenagi oleh atasannya. Begitu juga hubungan dengan rekan-rekan kerja lainnya karena setelah pekerjaan selesai, karyawan tersebut dapat membantu menyelesaikan pekerjaan rekan kerjanya.    
     Prestasi pun akan terangkat. Konsekuensi dari kinerja baik maka prestasi yang diperoleh pun akan semakin baik. Perusahaan pasti menggunakan kinerja kerja sebagai tolok ukur untuk menentukan prestasi karyawannya. Semakin baik prestasi yang diraih, semakin cepat pula karyawan tersebut naik jabatan dan naik gaji.


Daftar Pustaka

Bagaimana cara membangkitkan motivasi. (2012). Diunduh dari http://www.blogmotivasi.com
Cara membangkitkan motivasi belajar dan motivasi kerja. (2011). Diunduh dari http://www.edukasi.kompasiana.com
Dari tidak bisa menjadi bisa. (2010). Diunduh dari http://www.motivasi-islami.com
Harefa, A. (2004). Membangkitkan etos profesionalisme. Jakarta: PT Gramedia
     Pustaka Utama.
Motivasi kerja karyawan dan mental juara. (2011). Diunduh dari http://www.motivasi-islami.com

23 Oktober 2012

Kekerasan yang Dialami Anak dan Istri dalam Keluarga Disharmonis (Lucia Vega - 705120069)


Keluarga
   Menurut Gunarsa (1995), keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran terpenting dalam perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian masing-masing anggota keluarganya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau beberapa anak. Hubungan keluarga akan menjadi satu kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan yang baik satu sama lain. Hubungan yang baik ini juga harus ada timbal balik antar pihak anggota keluarga. Interaksi yang terjadi ini sebenarnya akan berpengaruh membentuk suasana ataupun keadaan keluarga yang harmonis atau disharmonis nantinya.
     Keluarga disharmonis dapat disebabkan berbagai banyak hal dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Gunarsa (1995), keluarga disebut disharmonis apabila ada seorang atau beberapa orang anggota keluarga yang kehidupannya diliputi konflik, ketegangan, kekecewaan dan tidak pernah puas dan bahagia terhadap keadaan serta keberadaan dirinya. Keadaan ini berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam penyesuaian diri terhadap orang lain atau terhadap lingkungan sosialnya.

Kekerasan
     Menurut Wirawan (2009), kekerasan dapat terjadi pada aspek fisik, psikologis, dan seksual. Di dalam melakukan kekerasan tidak mengenal latar belakang ekonomi, pendidikan, pekerjaan, etnis, usia, status pernikahan, ataupun bentuk fisik. Apabila seseorang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarganya, ini akan terasa sulit untuk keluar dari lingkaran kekerasan yang berada di dalam rumah. Padahal kekerasan dalam rumah tangga telah diatur dalam Undang-Undang no 23, yang telah disahkan pada tahun 2004.
     Pada umumnya, banyak korban kekerasan dalam rumah tangga sulit untuk mengungkapkan persoalan kekerasan dalam rumah tangga, karena menganggap masalah ini sebagai aib keluarga dan terasa tabu jika masalah ini diberitahukan kepada pihak lain. Selain itu para korban juga takut. “Acapkali korban enggan melapor juga karena takut jiwanya terancam, pasrah terhadap pengalamanya, ragu-ragu, tidak menyadari haknya, atau karena malu dan tertekan apabila kasusnya diketahui oleh umum” (Kolibonso, dikutip dalam Wirawan, 2009).

Kekerasan pada Istri
     Kekerasan pada Istri juga merupakan bentuk dari keluarga disharmonis. Karena disini adanya konflik, dan korban dari masalah ini adalah istri. Sebagian besar istri sering bereaksi pasif terhadap tindak kekerasan yang dihadapi.  Ini menutupi kondisi tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang diperbuat oleh suami.  Kenyataan ini menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan suami terhadap istri dalam ikatan pernikahan.  Istri memendam sendiri persoalan tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, suami dominan terhadap istri.
      Rumah tangga, keluarga merupakan suatu institusi sosial paling kecil dan bersifat otonom, sehingga menjadi wilayah pribadi keluarga yang tertutup dari jangkauan kekuasaan publik ketidaksetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki.
     Menurut Cormack dan Stathern (1990), terbentuknya dominasi laki-laki atas perempuan ditinjau dari teori nature and culture.  Dalam proses transformasi dari nature ke culture sering terjadi penaklukan.  Laki-laki sebagai culture mempunyai wewenang menaklukan dan memaksakan kehendak kepada perempuan (nature).  Secara kultural laki-laki ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan, karena itu memiliki legitimasi untuk menaklukan dan memaksa perempuan.  Dari dua teori ini menunjukkan gambaran aspek sosiokultural telah membentuk social structure yang kondusif bagi dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku individu dalam kehidupan berkeluarga.

Bentuk-bentuk Kekerasan Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam  rumah tangga dibedakan kedalam empat macam:
     Kekerasan fisik. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
     Kekerasan psikologis atau emosional. Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
     Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
     Kekerasan seksual. Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.
     Kekerasan ekonomi. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri

Dampak dari Kekerasan
     Dampak terhadap pola pikir istri. Tindak kekerasan juga berakibat mempengaruhi cara berfikir korban, misalnya tidak mampu berfikir secara jernih karena selalu merasa takut, cenderung curiga (paranoid), sulit mengambil keputusan, tidak bisa percaya kepada apa yang terjadi. Istri yang menjadi korban kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik dan mental dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak menjadi korban termasuk tekanan mental, gangguan fisik, pusing, nyeri haid, terinfeksi penyakit menular.
     Dampak terhadap ekonomi keluarga. Dampak lain dari tindakan kekerasan meskipun tidak selalu adalah persoalan ekonomi, menimpa tidak saja perempuan yang tidak bekerja tetapi juga perempuan yang mencari nafkah. Seperti terputusnya akses ekono-mi secara mendadak, kehilangan kendali ekonomi rumah tangga, biaya tak terduga untuk hunian, kepindahan, pengobatan dan terapi serta ongkos perkara.
     Dampak terhadap  status emosi istri. Istri dapat mengalami depresi, penyalahgunaan atau pemakaian zat-zat tertentu (obat-obatan dan alkohol), kecemasan, percobaan bunuh diri, keadaan pasca trauma dan rendahnya kepercayaan diri.

Kekerasan pada Anak Ditinjau dari Teori Child Abuse
     Kekerasan pada anak dapat kita temukan di dalam masyarakat. Perlakuan kejam pada anak atau bisa juga disebut child abuse. Tindakan kejam terhadap anak ini bisa dikatakan seperti pengabaian anak dalam keluarga, pemerkosaan, sampai pembunuhan. Terdapat empat macam teori child abuse yaitu:
      Emotional abuse atau kekerasan emosional. Terjadi ketika orang tua tahu anaknya meminta perhatian, tetapi orang tua mengabaikan anaknya. Dari tindakan ibunya ini, anak akan mengingat tindakan ibunya ini, jika tindakan ini dilakukan secara konsisten dan tindakan ini merupakan tindakan kekerasan emosional.
   Verbal abuse atau kekerasan secara verbal. Terjadi ketika orang tua tahu anaknya meminta perhatian, tetapi orang tua membalas dengan berkata diam, jangan menangis, kamu bodoh, kamu cerewet, atau kurang ajar, dan seterusnya. Ini seperti kekerasan verbal yang akan diterima si anak dari
    Physical abuse atau kekerasan secara fisik. Terjadi ketika orang tua memukul anaknya, padahal anak itu sedang meminta perhatian kepada orang tuanya. Memukul seperti ini akan diingat oleh anak, apalagi orang tua memukul anaknya menggunakan alat, ini dapat menimbulkan trauma.
  Sexual abuse atau kekerasan secara seks. Tindakan seksual yang dialami anak yang dilakukan oleh anggota keluarganya. Biasanya selama delapan belas bulan pertama dalam kehidupan anak, anak tidak akan mengalami kekerasan ini, tapi tidak menutup kemungkinan anak dapat mengalami sebelum atau saat berumur delapan belas bulan pertama hidupnya.

Daftar Pustaka
Dampak kekerasan dalam rumah tangga bagi wanita.  (2007).  Diunduh dari  
     www.depkes.go.id
Solihin, L. (2004). Tindakan kekerasan pada anak dalam keluarga. Pendidikan
     Penabur,  4(3), 129-139.
Wirawan, H. (2009). Kekerasan terhadap istri: dampak dan penanggulangannya.
     Arkhe, 9(2),  109-119.

23 Oktober 2012

Upaya Mencegah Korupsi dalam Perilaku Masyarakat di Indonesia (Lasma Tiur - 705120062)


Pengertian Korupsi
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI] (2012), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi memang membingungkan bagi negara sebesar dan seluas Indonesia. Apa yang harus dilakukan untuk memberantasnya, siapa yang harus memulai dan bagaimana melakukannya. Hampir semua pertanyaan itu sulit terjawab.

Penyebab Korupsi
     Terjadinya korupsi disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal).
     Faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang.
  Hukum. Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Menurut Pope (2003/2007), hukum tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.
    Politik. Monopoli kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat.
   Budaya. Menurut Pope (2003/2007), KKN yang masih sangat tinggi dan tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan masyarakat menganggap bahwa korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi.
    Sosial. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. Korupsi merupakan budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
     Faktor internal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
   Persepsi terhadap korupsi. Pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-beda. Menurut Pope (2003/2007), salah satu penyebab masih bertahannya sikap primitif terhadap korupsi karena belum jelas mengenai batasan bagi istilah korupsi, sehingga terjadi ambiguitas dalam melihat korupsi.
   Kualitas moral dan integritas individu. Adanya sifat serakah dalam diri manusia dan himpitan ekonomi serta self esteem yang rendah juga dapat membuat seseorang melakukan korupsi (Pope, 2003/2007).
     Sementara itu Merican (1971) menyatakan sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut: (a) peninggalan pemerintahan kolonial, (b) kemiskinan dan ketidaksamaan, (c) gaji yang rendah, (d) persepsi yang popular, (e) pengaturan yang bertele-tele, dan (f) pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
     Menurut bidang psikologi ada dua teori yang menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu teori medan dan teori big five personality. Menurut Lewin (dikutip dalam Sarwono, 2008) teori medan adalah perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi antara faktor kepribadian (personality) dan lingkungan (environment) atau dengan kata lain lapangan kehidupan seseorang terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan, khususnya lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Melalui teori ini, jelas bahwa perilaku korupsi diapat dianalisis maupun diprediksi memiliki dua opsi motif yakni dari sisi lingkungan atau kepribadian individu terkait.
      Teori yang kedua adalah teori big five personality. Menurut Costa dan McCrae (dikutip dalam Feist & Feist, 2008), big five personality merupakan konsep yang mengemukakan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari lima faktor kepribadian, yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, openness, dan conscientiousness.

Dampak yang Terjadi Akibat Korupsi
     Korupsi memiliki beberapa dampak yang dapat terjadi, meliputi dampak terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
     Dampak terhadap diri sendiri. Bagi diri sendiri, orang tersebut menjadi orang yang tidak jujur dan suka berbohong kepada orang lain.
   Dampak terhadap orang lain. Seseorang yang melakukan korupsi akan merugikan negara. Uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan negara disalahgunakan untuk kepentingan pribadi sehingga segala pembanggunan menjadi terganggu. Selain itu, orang yang berhak mendapatkan uang tersebut akan semakin kekurangan sehingga menimbulkan bertambah banyaknya warga miskin.

Ciri-ciri Korupsi
     Menurut Lubis (1997), ciri-ciri korupsi, antara lain: (a) pengkhianatan terhadap sebuah kepercayaan, (b) penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umum, (c) dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus, (d) dilakukan dengan rahasia, (e) melibatkan lebih dari satu pihak, (f) adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain, (g) adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan umum, dan (h) menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.

Bentuk dan Jenis Korupsi
     Ada beberapa bentuk dan jenis korupsi yang sering terjadi di lingkungan sekitar, antara lain: (a) pungutan liar tindak pidana, yaitu korupsi uang negara, menghindari pajak bea cukai; (b) pungutan liar jenis tindak pidana yang sulit dibuktikan, yaitu komisi dalam kredit bank, komisi tender proyek; (c) pungutan liar jenis pungutan tidak sah yang dilakukan oleh Pemda; (d) penyuapan; (e) pemerasan; (f) pencurian; (g) nepotisme; (h) bekerja tidak sesuai jadwal yang ditentukan yang biasanya disebut dengan korupsi waktu.

Upaya Penanggulangan Korupsi
     Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja jika suatu negara ingin mencapai tujuannya. Caiden (dikutip dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut: (a) membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah pembayaran tertentu, (b) membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat, (c) melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, (d) dorongan untuk korupsi dapat dikurangi dengan jalan meningkatkan ancaman, dan (e) ada sesuatu pembaharuan struktural untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.
     Sementara Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut: (a) adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh, (b) menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan nasional, (c) para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi, (d) adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak korupsi, (e) reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya, (f) adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan berdasarkan sistem “ascription”, (g) adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi pemerintah, (h) menciptakan aparatur pemerintah yang jujur, (i) sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien, dan (j) herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi.

Daftar Pustaka
Aprianti, R. (2011). Psikokorupsi: Psikologi dan korupsi. Diunduh dari http://fpscs.uii.a.id
Dampak korupsi yang terabaikan oleh pemerintah. (2012). Diunduh dari http://www.anneahira.com
Gie, K. K. (2006). Pikiran yang terkorupsi. Jakarta: Buku Kompas.
Kamus besar bahasa Indonesia. (2012). Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/
Kartono, K. (1983). Pathologi sosial. Jakarta: Rajawali Press.
Lubis, M. (1977). Bunga rampai etika pegawai negeri. Jakarta: Karya Aksara.
Pope, J. (2007). Strategi memberantas korupsi: Elemen sistem integritas nasional (M. Maris,  
     Penerj.). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. (Karya asli diterbitkan 2003)

23 Oktober 2012

Kemacetan di Ibukota Jakarta (Stacia Prasetyo 705120056)


Pengertian Kemacetan

Menurut (O’Connor, Jim E. and John E. Costa. 2004) situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.

Penyebab Kemacetan di Ibu Kota Jakarta Barat

Mobil. Para pengendara mobil biasanya suka meperlambat jalan untuk melihat suatu kejadian.

Motor. Para pengendara motor tidak menggunakan peraturan kendaraan yang baik sehingga terjadi kemacetan.

     Kendaraan Umum. Para kendaraan umum menaikkan penumpang atau pun menurunkan penumpang secara benar selain itu mereka tidak memberikan lampu sen untuk menepi sehingga bisa terjadi kemacetan ataupun kecelakaan.

Masyarakat. Masyarakat di ibu kota Jakarta menaiki kendaraan umum di pinggir jalan sehingga terjadi kemacetan karena kendaraan umumitu harus memberhentikan mobil nya di tengah jalan.

    Galian Jalan. Galian jalan itu menjadi salah satu penyebab, karena sebagian jalan diambil sehingga yang tadinya dua jalur menjadi satu jalur, sehingga jalan bertambah sempit.
    Melihat kecelakaan. Para pengguna jalan biasanya melihat suatu kejadian kecelakaan, bahkan rela untuk berhenti sejenak untuk melihat apa yang terjadi, tanpa melakukan apapun, hanya melihat, dan biasanya itu dilakukan oleh para pengendara motor, sehingga mobil atau motor tidak dapat berjalan karena terganggu oleh pengendara motor yang berhenti mendadak.
    Hujan. Hujan menjadi salah satu penyebab kemacetan di Jakarta karena jalan-jalan di Jakarta banyak yang berlubang, sehingga jika hujan turun, lubang terisi dengan air. Masyarakat harus berhati-hati jika melewati lubang itu sehingga masyarakat memperlama laju kendaraan, sehingga Jakarta menjadi macet total ("Penyebab Kemacetan yang Paling Menyebalkan," 2011).

Akibat kemacetan di Ibu Kota Jakarta Barat

Dari tahun ke tahun terjadi penurunan pendapatan pada masyarakat Jakarta untuk tingkat ekonomi menengah ke bawah. Indikatornya adalah setiap tahun nilai kerugian masyarakat mencapai Rp43 triliun per tahun oleh belanja boros akibat kemacetan. Hal itu berarti ada korelasi positif antara kemacetan arus lalu lintas ekonomi masyakarat itu disebabkan pengeluaran tambahan yang dibebankan warga akibat kemacetan, yakni belanja onderdil yang meningkat, pembelian bahan bakar minyak (BBM) serta timbulnya penyakit fisik dan psikis.Memang jika menelusuri faktor penyebab kemacetan arus lalu lintas sangatlah kompleks dan beragam, mulai dari angka pertumbuhan penduduk disertai transaksi jual beli kendaraan bermotor yang meningkat dari hari ke hari, urbanisasi (Andinof Chaniago, 2009)

Solusi kemacetan di Ibu Kota Jakarta Barat

Penegakan hukum. Minimnya penegakan hukum saat ini membuat pengemudi terlihat biasa dan bebas melakukan pelanggaran hukum atau aturan lalu lintas.

      Mengadakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi angkutan umum di Jakarta. Hal ini guna melindungi hak konsumen atau pengguna angkutan umum untuk mendapatkan jaminan pelayanan yang baik, nyaman, serta aman.

     Melakukan evaluasi trayek angkutan umum eksisting (reguler). Hal ini didasari oleh banyaknya trayek angkutan umum yang tumpang tindih. Evaluasi ini untuk mengetahui kebutuhan armada trayek, membatasi pemberian izin trayek baru secara selektif, mengalihkan kendaraan dari rute “kurus” ke rute “gemuk”, serta memulai sistem pemberian izin trayek berdasarkan quality licencing atau lelang.

     Memperbaiki layanan kereta api komuter Jabodetabek. Alasannya, kereta api dianggap tulang punggung sarana angkutan umum massal di Jakarta dan sekitarnya.

      Meningkatkan biaya penggunaan kendaraan bermotor pribadi di Jakarta. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan parkir mahal berdasarkan zonasi, penerapan jalan berbayar, dan mencabut subsidi BBM.

     Mensubsidi angkutan umum. Hal ini guna meningkatkan minat masyarakat memanfaatkan angkutan umum karena berdasarkan politik manajemen transportasi, hanya angkutan umum yang berhak atas subsidi.

     Melakukan perbaikan kelembagaan bisnis atau operator angkutan yang ada sekarang. Pengelolaan angkutan umum harus berupa badan hukum bukan individu-individu.

     Pembatasan usia kendaraan bermotor yang beroperasi di Jakarta. Hal ini untuk menjamin secara sistematis bahwa angkutan umum akan berkembang pelayanannya dan teknologi armadanya.

     Melakukan restrukturisasi Dinas Perhubungan menjadi Dinas Transportasi dan Infrastruktur Jakarta. Hal ini untuk meningkatkan kinerja pengelolaan transportasi yang dilakukan melalui penggabungan beberapa satuan kerja atau unit kerja di lingkungan Pemprovinsi  DKI Jakarta. Menurut solusi kemacetan ala dewan transportasi kota jakarta. ( solusi kemacetan ala dewan transportasi kota jakarta

Referensi list:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemacetan

http://malesbanget.com/2011/12/6-penyebab-kemacetan-yang-paling-menyebalkan/

http://www.fourseasonnews.com/2012/08/dampak-kemacetan-dalam-perekonomian.html

http://www.proud2rideblog.com/2011/12/24/9-solusi-kemacetan-ala-dewan-transportasi-kota-jakarta/

23 Oktober 2012

Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja di Jakarta ( Pricilia Yuliana Jaya 705120039)

Pengertian Kenakalan Remaja
     Kenalan remaja adalah sebuah bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh remaja, melanggar norma dan peraturan disebabkan oleh berbagai macam faktor. "Penyimpangan yang dilakukan tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa" (Simandjuntak, 1983). Di fase ini terjadi ketidakseimbangan antara pemikiran dan informasi yang didapatkan. Pemberontakan itu menjadi salah satu alasan kuat mengapa banyak remaja yang melakukan penyimpangan.
     Menurut Hurlock (1973), masa remaja awal, dengan usia 13 sampai 16 tahun adalah masa transisi yang tidak menyenangkan di mana terjadi juga perubahan sosial. Pada  masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. "Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu" (Ekowarni,1993).
     Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.

Definisi Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli
     Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja sebagai arti yang berbeda-beda. Kartono, ilmuwan sosiologi mendefinisikan kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Juvenile Delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
     Berbeda dengan Santrock, seorang pengarang buku yang terkenal dengan buku Life-Span Development mendefinisikan kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
      Mengingat perkembangan zaman yang semakin maju saat ini, hal tersebut sangat mempengaruhi jenis-jenis kenakalan yang dilakukan oleh para remaja. Jenis-jenis kenakalan remaja yang marak saat ini diantaranya sebagai berikut.  
     Penyalahgunaan narkoba. Narkoba merupakan jenis obat terlarang yang kini marak diperjualbelikan, tidak terkecuali di Jakarta. Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang wajar bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari. Pada awalnya remaja yang mengkonsumsi narkoba ketika masih sekolah, di SMP mereka mulai mencoba minum-minuman keras yang ditawari oleh teman-temannya yang ada di SMA. Ketika sudah masuk SMA mereka mulai mencoba mengkonsumsi pil lexotan yang dosisnya ringan, kemudian pada akhirnya mencoba obat-obatan yang dosisnya tinggi.
     Orang-orang mengkonsumsi narkoba itu bertujuan untuk menenangkan diri dari masalah yang dihadapi olehnya. Misalnya anak yang selalu dimarahi oleh orang tuanya dan kurang perhatian (kasih sayang) dari kedua orang tuanya pasti merasa kesal dan marah maka, untuk menghilangkan rasa kesal dan marahnya mereka minum-minuman keras bahkan ada yang langsung memakai narkoba.
     Apabila ditambah dengan pergaulan yang bebas, yaitu pergaulan yang tanpa aturan, sekehendak sendiri dan tidak mau diatur sangat dominan dalam proses penyalahgunaan narkoba ini.
     Seks bebas. Indonesia merupakan negara yang menganut budaya Timur. Terkenal dengan sopan santun dan ketabuannya terhadap budaya Barat. Namun, hal tersebut jika diamati secara spesifik sudah tidak dapat diterapkan lagi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Melihat banyaknya budaya Barat yang masuk tanpa penyaringan, membuat semakin besarnya perkembangan sex pra-menikah. Tidak terkecuali bagi para remaja saat ini.  "Menurut survei terbaru Komisi Perlindungan Anak Indonesia, sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks" (Metro TV News, 2012). Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja.
     Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
     Hubungan seks yang dahulunya tabu, sekarang menjadi hal yang biasa. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Nugraha (2010) menyatakan bahwa,
Di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja.
     Tawuran antar pelajar. Tawuran pelajar merupakan sesuatu yang sudah turun temurun dilakukan di Indonesia. Tawuran ini bukan hanya dilakukan oleh pelajar SD sampai tingkat SMA, bahkan oleh mahasiswa universitas ternama di sebuah kota besar di Indonesia (khususnya Jakarta). Penyimpangan yang begitu mewaris ini, menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan para remaja. Jika kita amati, tidak sedikit korban yang jatuh pada peristiwa tawuran. Dengan alasan yang tidak seberapa, bahkan tanpa sebuah alasan tawuran dapat terjadi dan menjadi sebuah penyimpangan yang akan terus terjadi secara menahun.
     Tawuran juga dapat dipicu oleh ketidakmampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan dengan baik, dan fasilitas yang terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat anak stres, pengaruh kelompok atau pergaulan, juga pendapat dan suara anak yang tidak didengarkan. Serta kurangnya penghargaan terhadap anak dan pemanfaatan waktu luang.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
     Begitu banyak sebab yang melatarbelakangi alasan seorang remaja terjebak dalam kenakalan. Faktor tersebut secara garis besar dibagi menjadi dua, internal (dalam diri) dan eksternal (dari luar).
     Faktor internal. Faktor ini berasal dari diri anak tersebut. Faktor internal dominan menjadi faktor pendukung dari faktor eksternal yang ada.
     Iman atau agama. Tidak jarang orang terjerumus ke dalam pergaulan yang menyesatkan karena iman yang dimiliki tidak kuat. Jika seseorang tidak berpegang teguh pada keyakinan beragama atau biasa disebut agam KTP, tidak jarang orang tersebut mudah terjerumus ke dalam lingkungan yang menyesatkan.
     Keingintahuan yang besar. Masa remaja merupakan masa banyak bertanya. Pada periode inilah seorang anak dibentuk. Begitu banyak pertanyaan dan rasa keingintahuan yang dikeluarkan oleh anak-anak di usia remajanya. Ketika seorang  anak yang merasa penasaran dan mendapatkan jawaban yang salah, hal itu memicu anak itu untuk terus terjebak ke dalamnya.
      Keinginan untuk mencoba. Rasa penasaran dan keinginan untuk tampil beda serta disegani oleh teman-teman juga dapat menjadi faktor internal seseorang terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar. Menjadi remaja yang berbeda, itu merupakan impian semua anak remaja. Agar dapat disegani oleh teman-teman, remaja biasanya nekad untuk mengambil suatu jalan pintas.

     Faktor eksternal. Faktor ini berasal dari luar diri seorang anak. Berbagai macam faktor eksternal menjadi suatu alasan kuat seorang remaja terjerumus ke dalam dunia kenakalan mereka.
     Pendidikan formal yang tidak memadai. Di Indonesia masih banyak anak yang tidak memperoleh pendidikan yang cukup. Sebagai negara berkembang, masih banyak anak-anak yang seharusnya mendapat pendidikan layak, pada akhirnya di bangku SD pun tidak tuntas. Pendidikan formal menjadi faktor penting untuk seorang anak bertindak. Jika tidak ada pemasukan dari segi pendidikan yang bersifat mengajar ini, kemungkinan besar anak tidak paham tentang apa itu yang baik dan benar.
     Peran keluarga dan kerabat. Peran orang tua khususnya, menjadi hal penting yang harus disangkutpautkan jika seorang anak sampai terjebak dalam kenakalan remaja. Sebagai orang tua yang baik, seharusnya orang tua membantu memberikan informasi yang sesuai. Selain pendidikan dari sekolah (formal), ajaran sikap dan etika juga harus menjadi pembiasaan yang semustinya dilakukan. Dimulai dari rumah, anak itu dibentuk dan dididik.
     Lingkungan sekitar. Selain dua faktor eksternal utama, masih ada faktor eksternal yang harus diperhatikan. "Dari sekian cara yang dapat dilakukan seorang anak untuk menyalurkan emosinya, anak harus memilih untuk melakukannya dalam cara yang dapat diterima lingkungan dengan tetap mampu membuat dirinya nyaman" (Ibung, 2009).

Cara Mencegah agar Anak Tidak Terjebak dalam Kenakalan Remaja
     Banyak cara yang dapat dilakukan, baik untuk mecegah maupun untuk menanggulangi kenakalan remaja. Namun, karena kenakalan remaja adalah sesuatu yang bersifat negatif, sebaiknya hal tersebut dicegah sebelum terjadi. Beberapa cara tersebut diantaranya;
a. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
b. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
    pertama.
c. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
     keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
d. Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
     memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
e. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
    teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
f. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak serta peran ibu dalam
    memberikan pengawasan.
g. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.
h. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
i.  Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.


 Daftar Pustaka
Akibat seks bebas. (2004). Diunduh dari
     http://veldinor23.student.umm.ac.id/%20download-aspdf/umm_blog_article_49.pdf
Fenomena tawuran pelajar. (2005) Diunduh dari http://blog.tp.ac.id/fenomena-
     tawuran-antar-pelajar
Ibung, D. (2009). Mengembangkan nilai moral pada anak. Jakarta: PT Elex Media
    Komputindo.
Kenakalan remaja. (2004) Diunduh dari http://www.sukabumikota.go.id
Simandjuntak, B. (1983). Latar belakang kenakalan remaja.  Bandung: Alumni.
Sugianto. (2005). Bahaya seks bebas. Diunduh dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/
     files/tmp/BAHAYA%20SEKS%20BEBAS%20PADA%20REMAJA.pdf
Winata, S., dan Sulaiman. 2004. Ilmu kesehatan reproduksi: Obstetri patologi.
     Jakarta : EGC.
Winjosastro, H. 1999. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
     Sarwono Prawirohardjo.
10  penyebab kenakalan remaja. (2007). Diunduh dari  http://www.garutkab.go.id/                      
     download_files/article/ 10%20Penyebab%20Kenakalan%20Remaja.pdf
32 persen remaja Indonesia pernah berhubungan seks. (18 Mei 2012). Metro TV
     news.                          
........................ diunduh dari http://www.scribd.com/doc/96144987/Latar-Belakang-Masalah-Seks-Bebas

23 Oktober 2012