Dalam mengaplikasikan teknik wawancara, kita juga sebaiknya dianjurkan untuk mengetahui terlebih dahulu riwayat sosial seseorang. Yang dimaksud dengan riwayat sosial adalah sebuah rangkaian info yang ingin didapatkan dari klien seperti info tentang dirinya dari masa kanak-kanak hingga saat ini. Kemudian mencari tahu apa yang menyebabkan klien mengalami masalah baik itu ringan maupun berat dengan melihat nature dan nurturenya. Dalam penggalian riwayat klien, kita dituntut bukan hanya mengumpulkan data saja, akan tetapi kita dituntut untuk lebih ke pemaknaan dan penghayatan persepsi yang muncul bukan sekedar korelasi. Mengapa demikian? Karena fakta itu biasanya belum tentu maknanya sama, jadi kita harus berhati-hati dalam mengartikannya. Jangan lupa, tipe menginterview social history seseorang ada dua yakni oral dan tertulis. Tipe yang paling menyenangkan adalah wawancara karena interaksi dan mimik serta perilaku seseorang lebih terlihat dibandingkan wawancara terulis. Hal yang paling menyedihkan dalam pendataan social history seseorang adalah periodenya itu panjang karena kita ingin mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Tapi, dalam pengumpulan data itu dibatasi. Jadi maksimal waktu dalam 1 sesi adalah 4,5 jam, sedangkan maksimal sesi yang diberikan jika datanya tetap kurang adalah 3 sesi. Selama klien bercerita, kita harus melihat polanya dia untuk menyimpulkan apakah klien kita itu memiliki srategi adaptive atau maladaptive dalam menyelesaikan masalah. Mengapa harus tahu riwayat klien sih? Karena kita memiliki tujuan dalam kegiatan ini, yakni untuk mendapatkan informasi yang cukup agar tahu asal usul atau sebab akibat dari peristiwa atau kejadian yang terjadi oleh klien. Dalam social history terdapat berbagai macam aspek yang ingin diketahui dalam pembuatan data, diantaranya adalah family history, educational history, job history, marital history, interpersonal relationship, recreational preferences, sexual history, medical history, psychiatric, legal history, alcohol and substance abuse dan niklcotine or caffeine consumption. Family history itu kita bicara mengenai silsilah keluarga dari 3 generasi dengan tujuan mengindikasikan mungkin masalah yang terjadi pada dirinya mungkin masuk ke dalam faktor genetik. Selain itu menanyakan klien lahir dan dibesarkan di mana, norma dalam keluarganya seperti apa, komunikasi dan hubungan dengan keluarga gimana. Educational history itu membahas tentang bagaimana terjadinya proses pembentukan diri akibat waktu yang dihabiskan itu lebih banyak disekolah ketimbang dirumah. Selanjutnya adalah job history. Kita tidak boleh membuka percakapan langsung dengan pertanyaan "pekerjaannya apa?" karena setiap orang kan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Jika klien bekerja tanyakan jenjang karirnya sampai mana, masih berada di tempat yang sama dengan jabatan yang sama selama berpuluh tahun atau sebaliknya. Selanjutnya adalah area marital history. Area ini adalah area yang sangat sensitif atau kata lainnya harus hati-hati karena orang itu terkadang susah menjawabnya. Berikutnya adalah area interpersonal relationship yakni membahas tentang bagaimana relasi klien dengan orang lain. Kemudian terdapat area recreational yang membahas tentang waktu luangnya saat bekerja itu seimbang dengan waktu kerja atau waktu kesibukannya. Hal ini penting untuk menrefreshing otak, pikiran dan fisik seseorang. Area sexual history membahas relasi hub. Seksual nya klien dan sama seperti dengan marital, area ini juga sulit untuk dijawab. Area medical history meliputi riwayat medis klien. Kita harus tahu supaya jika klien mengalami sakit fisik, yah harus disembuhin terlebih dahulu. Area psychiatric membahas tentang klien mendapatkan diagnosa dan penanganan yang seperti apa. Apakah sudah mendapatkannya dengan baik atau tidak, maka dari itu kita perlu mengetahuinya terlebih dahulu. Area legal history membahas tentang perilaku secara hukum, taat atau tidak. Misalnya berapa kalali kena tilang atau kecepatan yang langgar seperti apa. Apakah ada karakter yang menunjang ke psikologisnya atau tidak. Terakhir adalah area alkohol, nikotin dan caffein. Hal ini membahas seberapa banyak klien mengkonsumsi dan kapan perilaku tersebut muncul. Perlu diingat 5 hal untuk menjadi seorang pewawancara sosial yang baik yakni, mendengarkan apa yang dikatakan klien agar dapat inquiry, bicara seperlunya, diwawancara bukan di interogasi, mempunyai rasa ingin tahu yang lebih (jangan tanya jawab aja), catat hal yang penting jika tidak dapat mengingat semuanya, waspada akan perbedaan norma dan budaya serta ajak klien bercerita sampai jelas dan kelar dengan menggunakan probing yang baik.
27 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar