Kehamilan merupakan impian bagi hampir semua wanita di dunia, namun ada juga wanita yang tidak ingin mengalami kehamilan. Semua tergantung keputusan si wanita itu sendiri dan pasangannya. Namun apa saja yang akan dilakukan setiap pasangan yang tidak ingin cepat-cepat hamil atau pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan? Banyak pilihan yang dapat diambil oleh setiap pasangan untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Hal yang paling umum dikenal adalah alat kontrasepsi yang dikenalkan kepada masyarakat terutama masyarakat Indonesia melalui program Keluarga Berencana (KB). Namun jika dilihat, alat kontrasepsi itupun sendiri sudah dilakukan sejak lama. Seperti pada masyarakat mesir kuno yang memasukkan tampon yang telah dicelupkan dalam cairan herbal dan madu pada vagina wanita untuk menahan sperma masuk ke dalam rahim. Ada lagi dengan memasukkan sayuran polong pada masyarakat Afrika Selatan, spons yang sudah direndam pada alkohol pada masyarakat Persia, serta memasukkan bagian buah pomegranate kosong pada masyarakat Yunani. Intinya, strateginya adalah mencegah masuknya sperma ke dalam rahim wanita.
Lantas, alat-alat kontrasepsi modern masih samakah seperti dulu? Jawabannya strateginya masih sama, tapi alatnya saat ini lebih terjamin keamanan penggunaannya. Seperti kondom, alat kontrasepsi yang digunakan pada pria ini ternyata sudah ada sejak lama sekitar pada 1350 SM, hanya saja berbeda bahan dasar pembuatannya. Pria Mesir waktu itu menggunakan sarung dekoratif mereka yang akhirnya dikembangkanlah selubung linen dan usus hewan untuk penutup penis ini. Lalu pada tahun 1844 hingga kini, perusahaan Goodyear mengembangkan dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan karet yang akhirnya digunakanlah bahan lateks untuk pembuatan kondom.
Lalu ada lagi alat kontrasepsi Dhiapragm, yang merupakan alat kontrasepsi berbentuk seperti kubah dan terbuat dari lateks atau silikon yang sekelilingnya fleksibel. Alat ini dimasukkan ke dalam vagina wanita sebelum melakukan sexual intercourse (hubungan intim). Setelah berhubungan intim, Dhiapragm harus dilepas sekitar 6-8 jam kemudian karena memiliki resiko toxic shock syndrome.
Alat lainnya adalah sponge, berfungsi sebagai pelindung serviks, menutupi jalur ke uterus, menyerap sperma dan membunuh sperma. Alat ini nantinya akan dimasukkan ke dalam vagina, namun sebelumnya harus dibasahi terlebih dahulu untuk mengaktifkan spermicide (kandungan yang akan membunuh sperma). Sponge dilipat dan dimasukkan ke dalam vagina dan harus dilepas dalam kurun waktu 24 jam atau 6 jam setelah hubungan intim.
Masih banyak lagi alat-alat lainnya, namun ada lagi yang paling sering digunakan oleh para wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan, yaitu Pil KB. Pil ini bekerja meningkatkan estrogen dan progesteron untuk mencegah kelenjar pituitary mengirimkan sinyal untuk mematangkan ovum. Pil ini juga bekerja menebalkan lendir pada serviks dan mengurangi penumpukkan pada endometrium. Selain pil KB ada juga cara lainnya yang dapat dilakukan tanpa biaya seperti mengeluarkan sperma diluar vagina atau dengan menghitung waktu subur wanita dan melakukan hubungan diluar hari subur tersebut.
Tentunya masih banyak alat kontrasepsi dan cara lainnya yang dapat digunakan bagi tiap pasangan yang tidak ingin cepat-cepat memiliki keturunan. Alat kontrasepsi apapun yang digunakan ataupun cara apapun yang dilakukan ada baiknya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan pasangan dan sebelumnya juga harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahlinya agar memiliki pengetahuan yang pasti dalam hubungan seksual dan alat kontrasepsi. Tentu kita tidak ingin sesuatu yang buruk pada masing-masing pasangan bukan hanya karena kita kurang mengetahui lebih mendalam mengenai alat kontrasepsi dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kehamilan diluar perencanaan. Ingin memiliki keturunan atau tidak ataupun tidak ingin cepat-cepat memiliki anak, semua ada pada keputusan anda dan pasangan anda, yang terpenting adalah komunikasi untuk memutuskannya bersama pasangan.
27 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar