Selasa, 26 Maret 2013

Janji Suci (Farah Puspita Sari)


“Apa yang telah disatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh apapun, kecuali maut yang memisahkan “
Hmm, mendengar kata-kata diatas rasanya memiliki makna yang mendalam. Ketika kita berbicara mengenai pernikahan rasanya sama saja ketika kita berbicara mengenai janji suci.
Yaa janji suci yang di ucapkan ketika kita menikah, janji yang harus ditepati sepanjang hidup kita bersama orang yang kita cintai. Janji untuk selalu bersama, nampaknya akan menjadi moment sangat istimewa di sepanjang hidup. Namun sayangnya ternyata tidak mudah untuk menjalani janji yang telah di ucapkan ini. Tidak semua orang dapat menepati janji yang telah diucapkan saat mereka menikah dan tentunya menikah juga tidak sembarang menikah saja, tetapi menikah dengan kualitas pernikahan yang baik. Pernikahan yang di dalamnya terdapat keluarga yang saling membimbing satu sama lain. Dan dalam memilih pasangan untuk menikah pun tidak sembarangan. Akan ada kriteria-kriteria khusus di dalamnya.

Ketika seseorang sudah tidak dapat lagi menepati janjinya, maka mereka akan mengakhiri janji tersebut dengan kata perceraian. Ya perceraian yang sebenarnya hanya merusak janji pernikahan. Dan uniknya ternyata keputusan untuk bercerai menjadi jalan pintas ketika pasangan sudah merasa tidak cocok lagi. Ketika ternyata proses perceraian sudah menjadi lebih mudah, hukum yang mudah dan pengacara yang murah menyebabkan perceraian mudah untuk terjadi. 
 
Dan hal yang paling menyakitkan adalah ketika ada pengkhiatan di dalam sebuah pernikahan (selingkuh). Ketika perselingkuhan menjadi sarana untuk melengkapi bagian yang kurang dalam sebuah pernikahan, hmm rasanya orang tersebut benar-benar sudah menghianati janji suci pernikahan.

Ada sebuah cerita yang saya kutip dari sebuah artikel mengenai arti cinta dan pernikahan
Suatu ketika seorang murid bertanya kepada gurunya, Guru, apakah arti cinta? dan apa artinya pernikahan?
Guru tersebut menjawab, Di depanmu ada sebuah taman, berjalanlah tanpa menoleh ke belakang dan carilah bunga yang paling indah, jika sudah kau dapatkan segeralah kembali.
Kemudian berjalanlah sang murid menyusuri taman tersebut, mencari dan terus mencari.
Sang guru telah menunggu cukup lama akhirnya mendapati muridnya datang dengan tangan kosong, Sang guru bertanya, Kenapa engkau tidak membawa apa-apa?
Murid tersebut menjawab, Di tengah perjalanan aku sudah menemukan sekuntum bunga yang indah namun aku berpikir di depan sana pasti masih ada yang lebih indah maka dari itu aku tidak mengambilnya dan tanpa kusadari aku telah melewati taman tersebut tanpa mendapati apa-apa.
Kemudian sang Guru berkata, Itulah arti cinta
Lalu si murid bertanya kembali, Bagaimana dengan arti pernikahan…
Kemudian sang Guru berkata, Sekarang cobalah berjalan melalui taman di belakangmu itu dan carilah kembali bunga yang paling indah di dalamnya.
Tanpa berpikir panjang si murid berjalan memasuki taman yang berhadapan dengan taman sebelumnya. Namun si murid kembali dengan cepatnya dengan membawa sekumtum bunga yang jika dilihat bunga tersebut biasa-biasa saja, kemudian diperlihatkannya bunga tersebut kepada sang Guru.
Sang Guru bertanya, Kenapa cepat sekali engkau kembali padahal aku baru melihatmu memasuki taman lalu kembali lagi ke sini dan menurutku bunga ini biasa-biasa saja tidak terlalu indah menurutku?
Murid menjawab, Aku takut kalau aku tidak akan mendapatkan bunga lagi di depan dan jika di depan sana masih banyak terdapat bunga, aku takut kalau bunga-bunga di depan sana tidak ada yang seindah bunga ini, maka dari itu aku ambil bunga ini dan lalu kembali.
Sang Guru hanya tersenyum dan berkata, “Itulah arti pernikahan…”
Terkadang kita selalu melihat kekurangan yang ada pada pasangan kita tanpa mau menyadari mungkin tidak ada lagi seseorang yang lebih baik seperti dia di dunia ini.
 
20 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar