Selasa, 04 Desember 2012

Human Trafficking (Claudia Deini Irawan)


Perdagangan manusia sekarang ini telah menjadi suatu "bisnis" bagi kalangan atau kelompok tertentu yang mungkin saja menghasilkan banyak uang. Mengapa manusia diperdagangkan? Jawabannya dapat berbagai macam, diperdagangkan organ tubuhnya seperti ginjal, dijual kepada orang yang tidak punya anak, atau bahkan untuk menjadi pekerja seks komersial. Masalah perdagangan manusia saat ini menjadi masalah yang serius karena banyaknya kasus perdagangan manusia yang terjadi, khususnya terhadap kaum perempuan dan anak-anak, karena perempuan dan anak-anak dianggap memiliki "nilai jual" yang tinggi. Dewasa ini, cukup banyak kegiatan-kegiatan kampanye yang mendukung ditiadakannya perdagangan manusia khususnya perdagangan perempuan dan anak. Salah satu brand kosmetik terkenal yang melakukan kampanye ini adalah The Body Shop.

Apa dampaknya bagi perempuan dan anak yang menjadi korban perdagangan? Dampaknya pada perempuan yang pasti adalah kondisi stres, depresi, atau bahkan pada beberapa kasus memiliki keinginan untuk bunuh diri. Bagi anak-anak, yaitu rasa percaya diri yang kurang atau depresi atau stres yang berkepanjangan. Masih banyak lagi dampak  atau efek buruk yang dapat ditimbulkan. Maka dari itu, karena lebih banyak buruknya, maka mari kita dukung kampanye "stop human trafficking".

4 Desember 2012

Trafficking dan Lansia Perempuan di Panti Werdha (Sylvia Kristiani)

Women Psychology Class on Monday, 26-11-2012
Kelas Psikologi Perempuan minggu ini (pada 26 November 2012) membahas mengenai trafficking dan kekerasan terhadap lansia perempuan di Panti Werdha. Hal tersebut membuat saya berpikir bahwa perdagangan manusia bukan merupakan hal yang jarang terjadi pada akhir-akhir ini. Sering kita dengar adanya perdagangan manusia pada berita-berita di televisi, terutama perdagangan perempuan dan anak-anak.  Di antara kasus-kasus perdagangan tersebut, ada yang korbannya diculik, tetapi ada pula yang diberikan oleh pihak keluarga dengan alasan ekonomi. Mereka ada yang menjadi pekerja seks komersial, pembantu rumah tangga, bahkan menjadi budak.
Kurangnya pengawasan dan tindakan tegas dari pemerintah membuat perdagangan terhadap manusia semakin marak terjadi. Hal tersebut membuat orangtua menjadi cemas terhadap keselamatan anak mereka. Para orangtua takut kalau anak mereka akan diculik dan diperdagangkan sehingga mereka dituntut untuk dapat lebih melindungi anak atau keluarga mereka. Walaupun demikian, hal tersebut bukan berarti hanya orangtua yang berperan dalam mencegah terjadinya trafficking, tetapi dibutuhkan juga kerjasama dari masyarakat dan dari berbagai pihak agar perdagangan terhadap manusia sungguh-sungguh dapat dihindari.
Pada pembahasan mengenai kekerasan terhadap lansia perempuan di Panti Werdha, saya mendapatkan banyak pelajaran dari pembahasan tersebut. Saya menjadi berpikir dan bertanya-tanya mengenai bagaimana perasaan para orangtua yang berada di sana, saya ingin tahu bagaimana hubungan mereka dengan anak-anaknya yang mengirim mereka ke sana, dan apa yang ada di pikiran anak-anaknya sampai mereka mengirimkan orangtua mereka ke panti jompo, serta bagaimana kehidupan yang didapatkan para orangtua yang berada di panti jompo.
Namun, pelajaran yang paling berharga bagi saya adalah saya tidak akan mengirim orangtua saya ke dalam panti jompo. Sebagus dan sebaik apapun fasilitas ataupun pelayanan yang diberikan oleh panti jompo tersebut, saya tetap tidak akan melakukannya. Bagi saya, lebih baik saya sedikit sibuk tetapi orangtua saya masih berada bersama saya, daripada berada di panti jompo karena orangtua saya telah melakukan hal yang sama terlebih dahulu kepada saya ketika saya belum dapat melakukan apa-apa.
 
4 Desember 2012

sebuah tulisan terakhir untuk psikologi perempuan (Dionisius Ferdi Weros)

Tulisan ini merupakan tulisan terakhir saya untuk kelas Psikologi Perempuan. Saya akan membahas dua buah fenomena yang merupakan bentuk kekerasan lain yang sering dialami oleh wanita yaitu trafficking (perdagangan manusia) dan kekerasan yang dialami oleh wanita di panti werdha.

Pertama, saya akan membahas mengenai fenomena trafficking. Saat membahas fenomena ini, saya teringat dengan naskah pementasan teater SMA saya yang berjudul "SINGKAWANG" (teraSING di KotA WAnita terbilANG). Pementasan ini bercerita tentang kehidupan sekumpulan anak muda di kota Singkawang yang mayoritas ditinggali oleh etnis Cina. Kisah ini dimulai ketika salah satu wanita berasal dari kota tersebut "dinikahkan" dengan pria dari Taiwan pada usia yang sangat muda. Selanjutnya, pementasan bercerita tentang kehidupan sehari-hari teman-teman wanita yang "dinikahkan" tersebut. Selain itu, pementasan juga bercerita tentang orang-orang yang berkecimpung dalam bisnis "pernikahan" tersebut. Cerita bergulir dan akhirnya menyebabkan tragedi di kota tersebut.

Kenyataannya memang kota Singkawang menjadi salah satu pemasok wanita untuk "dinikahkan" dengan pria dari Taiwan. Alasan utama mengapa fenomena ini terus terjadi adalah faktor kemiskinan. Kemiskinan yang melanda kota Singkawang menyebabkan banyak warga tidak mampu untuk berpikir panjang untuk segera menjual anak perempuannya kepada pria Taiwan. Minimnya pembangunan di daerah tersebut membatasi lapangan kerja dan korupsi yang menguasai daerah tersebut memperlancar praktik seperti ini. Pada pementasan teater digambarkan bahwa kepala desa ternyata bekerja sama dengan orang yang melakukan bisnis penjualan manusia tersebut.

Faktor persamaan etnis yaitu sama-sama beretnis Cina bisa juga memperkuat keinginan warga untuk menjual anaknya. Orangtua menganggap karena pria Taiwan tersebut beretnis Cina maka akan memperlakukan dengan baik anak perempuannya yang juga beretnis Cina, walaupun tidak demikian. Memang ada wanita yang beruntung mendapatkan suami yang baik saat tiba di Taiwan. Akan tetapi, tidak sedikit pula wanita yang "dinikahkan" tersebut malah mengalami kekerasan rumah tangga dan berusaha keras untuk kembali ke kampung halamannya. Secara umum, fenomena trafficking banyak mempunyai efek negatif. Hal ini juga serupa dengan pengiriman TKI secara gelap ke negara-negara yang membutuhkan pembantu rumah tangga. Tidak sedikit kita melihat TKI yang mengalami penyiksaan secara sadis dari majikannya. Namun, sekali lagi kita tidak dapat mengatakan bahwa tidak ada TKI yang memperoleh kesuksesan setelah bekerja di luar negeri. Kita dapat melihat dari penggambaran di atas bahwa fenomena trafficking memiliki banyak sekali bentuk mulai dengan "pernikahan" paksa, pengiriman TKI illegal, dan masih banyak bentuk lainnya.

Penulis menilai bahwa human trafficking adalah fenomena yang tidak dapat didiamkan begitu saja oleh pemerintah. Bisa saja korban human trafficking dipekerjakan sebagai pelacur, pembantu rumah tangga, pekerja di bawah umur, dan lain-lain. Korban juga direngut kebebasannya oleh para pelaku human trafficking. Penulis melihat bahwa hal yang paling mengerikan dari fenomena ini adalah manusia diperlakukan sebagai barang, bukan sebagai individu yang mempunyai kehendak. Bagi penulis, perdagangan manusia menunjukkan sisi tergelap manusia yaitu manusia memakan manusia lainnya.

Fenomena kedua yang saya akan bahas adalah penelantaran yang dialami oleh wanita di panti werdha. Salah satu bentuk kekerasan yang tidak memiliki efek fisik secara langsung adalah penelantaran. Hal ini sering dialami oleh kakek dan nenek yang tinggal di panti werdha. Penelantaran dimulai oleh para anak dari kakek dan nenek tersebut karena merasa kerepotan mengurus orangtuanya. Hal ini menyebabkan mereka memutuskan untuk mengirim orangtua mereka ke panti werdha. Lalu, perlahan-lahan mereka akan lebih jarang mengunjungi orangtua mereka. Bagi penulis, hal ini merupakan suatu fenomena yang cukup menyedihkan.

Penelantaran ini memiliki efek yang sangat buruk bagi kakek nenek tersebut secara psikologis tentunya. Rasa sakit hati, sedih, kecewa, putus asa, rendah diri, dan perasaan negatif lainnya bercampur menjadi satu dalam diri mereka. Selain itu, berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh Ci Tasya, banyak kakek nenek yang tinggal di panti werdha mengalami kekerasan oleh para pegawainya. Faktor minimnya bayaran dan pelatihan menyebabkan kakek dan nenek yang tinggal di panti werdha mengalami penderitaan. Mereka sering diperas oleh pegawai panti werdha tersebut. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, merupakan peribahasa yang paling mengungkapkan fenomena ini.

Melihat fenomena-fenomena seperti ini sebagai seorang mahasiswa psikologi, penulis merasa harus memberikan sumbangan bagi perbaikan panti werdha seperti ini. Peningkatan pelatihan bagi pegawai dan bayaran yang lebih pantas bisa meminimalisir kekerasan seperti ini. Selain itu, tidak kalah penting edukasi terhadap anak-anak dewasa yang merasa kerepotan mengurus orangtuanya. Sering kali karena perasaan kesal sederhana, misalnya karena orangtua terlalu bawel, dapat mendorong anak untuk menelantarkan orangtuanya di panti werdha. Tentu edukasi menjadi sangat penting dan usaha untuk saling memahami antara anak dewasa dan orangtuanya sangat dibutuhkan.

Kedua fenomena di atas adalah fenomena yang dapat dicegah, tetapi dibutuhkan sekali usaha bersama untuk mencegahnya. Pada akhirnya, penulis berharap melalui tulisan ini masyarakat dapat lebih menyadari bahwa banyak fenomena mengerikan seperti ini di sekitar mereka. Tentu dibutuhkan bantuan nyata untuk korban-korban human trafficking dan khususnya bagi korban kekerasan di panti werdha. Pemberian support bagi kakek dan nenek di panti werdha sangat penting sekali untuk diberikan.

Akhir kata, semoga melalui tulisan ini kita disadarkan bahwa ternyata di balik segala sesuatu mungkin saja tersimpan sesuatu hal yang tidak kita sadari sebelumnya.

3 Desember 2012

STOP! Human Trafficking... (Kusbandiyah Chandrawati)


Zaman modern seperti ini semakin lama kehidupan akan semakin sulit, oleh sebab itu tidak jarang kita mendengar adanya perdagangan manusia. Mulai dari perdagangan wanita, perdagangan anak bahkan hingga perdagangan organ.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Padahal wanita maupun anak-anak juga merupakan manusia yang tidak pantas untuk dijual. Banyak kasus yang terungkap di Indonesia bahwa mereka tega menjual anggota keluarganya hanya karena himpitan ekonomi. Apakah hidup seseorang dapat dengan mudahnya ditukar dengan uang?
Ingatlah bahwa manusia itu adalah mahkluk yang paling mulia, maka tidak ada satupun hal yang lebih berharga daripada kehidupan seseorang. Apalagi jika orang yang diperdagangkan adalah orang terdekat atau bahkan anggota keluarga sendiri.
Rasanya... Orang yang menjadi melakukan hal tersebut benar-benar tidak memiliki hati. Wanita itu ada untuk dicintai bukan untuk menjadi korban segala keinginan pribadi orang lain. Wanita yang telah menjadi korban perdagangan, tentu akan merasa hidupnya menjadi hancur. Wanita yang seharusnya memiliki masa depan yang indah, harus menjadi korban kejahatan dari orang terdekatnya.
Hal tersebut sungguh tidak adil terhadap dirinya.  Sama halnya dengan anak-anak. Anak-anak yang masih polos dan tidak berdosa harus menjadi korban perdagangan. Ingatlah bahwa anak adalah karunia terindah dalam hidup. Jangan hanya karena masalah ekonomi, anak yang tidak berdosa harus menjadi korbannya.
Tanpa disadari di lingkungan sekitar kita, mungkin saja hal tersebut telah banyak terjadi. Jika kita mengetahui adanya kasus seperti itu, janganlah takut untuk melaporkannya. Bayangkan jika hal tersebut terjadi pada diri kita sendiri. Tentu akan sangat menyakitkan bukan? Oleh sebab itu, marilah kita bersama memberantas perdagangan manusia, karena hal tersebut adalah suatu tindakan yang sangat tidak bermoral. 
"Stop Human Trafficking...."
 
3 Desember 2012 

love your parents (Sifellina Tan)

apa yang terlintas dipikiran anda ketika keluar kata orangtua?? orang yang melahirkan kita??iya, orang yang mengasuh kita, orang yang mendidik kita. semua ini yang terlintas ketika mendengar kata orangtua. tetapi, banyak yang kita ketahui bahwa orang-orang yang melahirkan, mengasuh dan mendidik kita tersebut berada di salah satu rumah yang biasa kita sebut panti werda. begitu miris ketika melihat mereka disana, bagaimana perasaan mereka ketika anak yang selama ini dia lahirkan, dia asuh, dia didik memaksa atau membawa dia untuk tinggal berpisah dan harus tinggal di tempat yang begitu asing tanpa bersama dengan anak dan cucunya. pernahkah kalian memikirkannya? perasaan yang mereka rasanya begitu dalam, stress yang mengakibatkan depresi, merasakan terbuang oleh anak yang begitu mereka sayangi. setiap hari yang dilakukan mereka hanya menunggu kedatangan anaknya untuk membawa mereka keluar dari panti tersebut. apabila keinginan mereka atau bersedia untuk tinggal di panti werda, maka mereka akan dapat menikmati kehidupan tua mereka tanpa beban, tetapi apabila yang seperti saya katakan di atas maka mereka merasakan stress yang sangat mendalam sehingga kadang yang kita temui di panti werda ada beberapa nenek atau kakek yang sangat galak atau sebagainya. 
saya pernah berkunjung kesalah satu panti werda, ada seorang nenek yang sedang sakir tiba-tiba pada saat saya berkunjung dia memeluk saya dan mengatakan bahwa "nak, nama kamu siapa? kamu kenal anak saya?? tolong katakan ke dia kalau saya kangen dia, saya cemburu dengan nenek disebelah saya, anaknya selalu mengunjungi saya, saya kapan?" pada saat itu air mata langsung ingin menetes kebawah, begitu saya mempertahankan untuk tidak nangis didepan nenek tersebut. begitu miris yang dikatakan nenek tersebut, tidak pernah terbayangkan bagaimana orang-orang dapat memasukkan orangtua mereka disana. ada beberapa alasan yang diberikan, mereka cerewet sih, mereka kotor sering pipis sembarangan, mereka sering jalan sana sini. hei, pernahkah kalian memikirkan bagaimana kalian pada saat kecil pada saat kalian cerewet tidak mau makan karena sayurnya tidak enak, pada saat bayi buang air sembarangan, saat bisa berjalan lari kesana kemari, tetapi mereka tidak sedetik pun mengeluh akan hal ini, mereka dengan senang hati melakukannya. mari kita sedikit membalas apa yang mereka berikan kepada kita saat kita kecil, kita tidak dapat membalas sepenuhnya, mereka tidak pernah memintanta. tetapi, dengan kasih sayang dan cinta yang kita berikan, perhatian yang kita berikan, menurut mereka itu merupakan balasan yang sangat besar untuk mereka. so, love and care your parents. hal terindah adalah kebersamaan bersama keluarga.
 
3 Desember 2012

Lupus (Tiara Mareta)

     Sudah pernahkah Anda mendengar tentang Lupus? Bukan, ini bukan novel  Lupus (karya Hilman) pada jaman dulu.  Lupus yang ingin saya bahas di blog ini adalah penyakit lupus. Mungkin diantara kalian masih banyak yang belum mengetahui penyakit ini. Penyakit lupus adalah penyakit autoimun. Disebut autoimun karena pada penderita lupus, system pertahanan diri, yang disebut antibody bukannya melawan virus-virus berbahaya, malah jumlahnya berlebihan sehingga balik menyerang organ atau tubuh kita sendiri.
     Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).
     Gejala Penyakit Lupus adalah sebagai berikut:
1. Gejala umumnya adalah penderita akan sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal.
2. Timbulnya gangguan pada pencernakan dan pada kulit sang penderita akan mudah gosong akibat terkena sinar matahari.
3. Penderita akan mengalami anemia, karena sel-sel darah merah akan hancur apabila mengidap penyakit ini.
4. Pada kulit penderita akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Dan ruam merah yang hampir menyerupai cakram dapat muncul di kulit pada seluruh bagian tubuh.
     Wanita lebih rentan 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus.(orang dengan lupus)  "Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres," ujarnya. Penyakit ini kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen. Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering dijumpai gejala lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
     Sekarang ini, sudah banyak artikel-artikel ataupun buku-buku yang banyak membahas tentang penyakit lupus. Bahkan sudah ada buku yang bercerita tentang bagaimana para odapus bangkit dan dapat survive dengan penyakit ini walaupun sudah divonis meninggal oleh para ahli, judul bukunya adalah “Cinta Membuatku Bangkit: Saat Lupus Berbunga Hikmah”. Semoga bermanfaat..!!
Sumber:
Penyakit lupus diambil dari http://mmcagus.blogspot.com/2012/01/penyakit-lupus.html

3 Desember 2012

Human Trafficking dan Panti Werdha (Dinda Dwi Jayanti)

    Human Trafficking atau perdagangan manusia saat ini sudah semakin marak sekali terjadi di Indonesia. Perdagangan manusia bukan lagi hal yang baru di Indonesia, setiap tahun mungkin terjadi peningkatan pada perdagangan ilegal tersebut. Biasanya yang dijadikan korban untuk diperdagangkan adalah orang-orang yang diambil dari pedesaan, wanita-wanita desa yang di iming-imingkan akan mendapatkan uang yang banyak dari suatu pekerjaan yang sebenarnya belum pasti kebenarannya. Tidak sedikit wanita yang akhirnya menjadi korban dari perdagangan manusia tersebut. Tidak jarang, para wanita yang menjadi korban dalam human trafficking tersebut dipekerjakan untuk melayani para lelaki hidung belang di sebuah club malam atau yang biasa disebut dengan pekerja seks komersil (PSK). 
     Saya pernah mendengar cerita, seseorang yang menjadi korban perdagangan manusia, dimana ada seorang wanita yang memiliki wajah dan tubuh yang biasanya banyak di idam-idamkan kebanyakan wanita, yaitu cantik, putih, tinggi, dan berambut hitam panjang. Tetapi wanita tersebut adalah seorang PSK yang tinggal di salah satu rumah penyalur PSK. Wanita tersebut dahulunya berasal dari sebuah desa terpencil. Dulu ia melihat banyak teman-temannya yang tadinya hidupnya miskin dan saat bekerja di Jakarta dan pulang ke desa, teman-temannya pun terlihat sudah memiliki banyak uang. Ia melihat saat teman-temannya berangkat ke Jakarta dengan membawa tas yang sudah tidak layak pakai, tetapi pada saat dari Jakarta dan pulang ke desa, teman-temannya sudah tidak lagi menenteng tas yang tidak layak pakai tetapi sudah mendorong tas koper. Hal tersebut sangat menarik baginya, sehingga pada akhirnya ia mengikuti jasa penyaluran yang diikutin teman-temannya. Pada saat awal ia mengetahui bahwa pekerjaan yang harus ia kerjakan adalah menjadi seorang PSK, ia sangat kaget dan merasa ingin sekali kembali pulang ke desa. Tetapi, saat ia merasakan ia bisa mendapatkan uang yang banyak dari pekerjaan tersebut, ia mulai menikmati pekerjaan menjadi PSK. Dalam pekerjaannya, ia sering harus melayani para lelaki hidung belang dalam sehari sebanyak 7 kali. Tidak jarang ia mengalami luka pada alat kelaminnya dan setiap hari  juga ia harus menggunakkan obat tetes untuk kelamin agar alat kelaminnya tidak lagi luka.
     Jika dilihat dari cerita di atas, hal tersebut sangat mengerikan dan perjalanan hidup yang salah. Selain itu, human trafficking tidak hanya sebatas seorang wanita yang akhirnya dijadikan PSK, ada juga para orang tua yang menjual anaknya untuk dijadikan pengemis oleh orang lain. Biasanya anak-anak kecil yang menjadi target untuk dijadikan pengemis, karena biasanya orang-orang dianggap akan lebih memiliki belas kasihan terhadap anak kecil dibanding yang sudah dewasa. Kasus yang pernah saya temui dan tidak jauh berbeda dengan kasus tersebut adalah ada sepasang orang tua, yang menyewakan anak bayi nya kepada orang lain untuk dibawa orang tersebut mengemis di jalanan. Setelah selesai mengemis, anak bayi tersebut di kembalikan ke orang tua. Hal tersebut terjadi terus menerus. Kejadian ini sungguh tidak lazim dilakukan oleh orang tua. Seorang bayi yang seharusnya mendaptkan perawatan dari kedua orang tua nya di rumah, tetapi demi mendapatkan uang, orang tua tersebut tega menyewakan anak bayinya untuk dijadikan pengemis. Anak bayi tersebut dibawa-bawa ke jalanan oleh orang yang bukan ibu atau salah satu keluarganya dan terkena debu-debu, asap kendaraan, dan teriknya matahari sedangkan orang tua tersebut hanya berada di dalam rumah menunggu uang datang. Hal tersebut sangat tidak berperikemanusiaan. Dari semua cerita diatas, itu hanya sebagian kecil dari kehidupan human trafficking. Dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan uang, beberapa orang sudah tidak lagi dapat menyayangi dirinya sendiri dan tidak lagi dapat memakai hati nuraninya. Uang dapat membutakan mata, pikiran dan hati manusia.
     Dari human trafficking, kita dapat liat sangat tampak hal-hal yang menampilkan kekejaman dari manusia. Selain itu, kekejaman tidak hanya berada pada kasus human trafficking tetapi dapat juga ditemukan di dalam panti werdha. Banyak anak yang tega menaruh atau memasukkan para orang tua nya yang sudah tua ke dalam panti werdha, dikarenakan para anak tersebut sudah berkeluarga dan tidak lagi sanggup untuk mengurusi orang tua mereka yang sudah tua. Padahal, hal tersebut merupakan bagian dari tanggung jawab seorang anak untuk terus merawat dan menyayangi orang tua mereka hingga meninggal. 
     Dulu saya pernah berkunjung ke sebuah panti werdha di daerah Jakarta Barat untuk tugas wawancara salah satu mata kuliah. Panti tersebut secara keseluruhan terlihat tidak terlalu bagus.Di dalam panti tersebut, saya banyak melihat para lansia perempuan dan laki-laki. Sebagian dari mereka terlihat masih bugar dan sebagian lagi dari mereka terlihat sudah sangat tidak terawat. Para lansia tersebut tinggal di kamar-kamar yang ukurannya kecil. Terlihat kamar-kamar tersebut tidak bersih. Saya mewawancarai salah satu lansia berjenis kelamin laki-laki. Kakek tersebut ditaruh anaknya di panti tersebut karena anaknya sudah berkeluarga, anak kakek tersebut tidak punya cukup waktu untuk tetap mengurusi kakek tersebut karena terlalu banyak bekerja. Istri kakek tersebut sudah meninggal sebelum anaknya memindahkannya ke panti. Terkadang, anak kakek tersebut datang ke panti untuk menjenguk, tetapi, hal tersebut sangat jarang sekali terjadi. Selain kakek tersebut, saya banyak menemui beberapa lansia wanita. Mereka terlihat benar-benar tidak sehat. Sesekali, saya pernah melihat salah satu pengasuh di panti memarahi dengan nada yang cukup keras ke salah satu lansia wanita karena nenek tersebut menjatuhkan nasi yang ada dipiring. Lansia wanita yang lain ada juga yang pernah di larang untuk menonton tv diluar jam istirahat. Melihat hal tersebut, saya sangat tidak tega melihat para lansia tersebut. Dalam hati saya bertanya "kemana para anak-anak mereka?"
     Kejadian tersebut memang tidak semua terjadi di semua panti werdha, tapi itu hanya contoh kecil dari kasus di salah satu panti werdha di Jakarta ini. Saat itu, saya terus bertanya mengapa anak-anak mereka ada yang tega menaruh orang tua mereka di panti dikarenakan mereka tidak ada waktu lagi atau tidak mampu lagi mengurus orang tua mereka. Seharusnya, kita seorang anak dapat terus mengurus orang tua kita. Saat mereka tua, sudah seharusnya menjadi tanggung jawab anak untuk mengurus orang tua. Saat kita kecil, dimana saat kita masih susah berjalan, belum bisa menggunakkan kedua tangan kita untuk makan, belum bisa memakai baju sendiri, dan terus-terus menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk mengurus kita, orang tua tetap setia merawat kita hingga kita dewasa. Sudah saatnya dimana anak semakin dewasa dan orang tua semakin tua, kita sebagai anak dapat membalas jasa orang tua kita dulu. Ketika orang tua mungkin sudah tidak bisa berjalan lagi, anak seharusnya dapat menjadi 'kaki' untuk orang tuanya. saat orang tua tidak bisa lagi menggunakkan kedua tanggannya untuk makan dan tidak bisa lagi memakai pakaian sendiri, anak dapat menjadi 'tangan' untuk orang tuanya. Dan sebanyak apapun waktu yang termakan untuk mengurus orang tua, tetap saja jasa orang tua tidak akan tergantikan. Sayangilah orang tua kita, bayangkan suatu saat nanti kita pun akan menua dan mempunyai anak. Kita pasti tidak ingin anak kita kelak akan berhenti menyayangi dan merawat kita kelak. Tidak ada sesuatu yang lebih besar, lebih indah, dan pengorbanan yang besar jika dibandingkan dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kita.
 
3 Desember 2012

Stop sexual harassment! (Imelda Victoria)


What do you think about harassment?? Being touched by unknown men? Being told about sexual joke all day all time by a men? A men that whistling to you? Taking your photo silently? Or even a man that gazing to one part of your body?

Every act that intended to women body can be sexual harassment, but important to note that sexual harassment is very subjective because it depends on the women’s view. Considered as sexual harassment or not, it was depend on how that women feel after being treated like that. One women may feel so annoyed hearing a men that whistling to her, another might think it as a proof of their popularity, or another might feel it was common for a men whistling to a women. From the men’s view, some of them might have that intention but some of that mightn’t. They might really want to touch a women’s body, but some of them maybe only out of their line. He maybe too friendly with one women, and see her as the same like their male friends. So, if we as a women encounter it, of course we must explain that we don’t like it clearly and seriously. Being silent is wrong, because the more we encounter it the more we become stress. Report it to someone might not help too. It’s because sexual harassment is subjective. We said it is, buat another might said it wasn’t. Even the person who did it will said that he isn’t. Everyone said not, but we feel stressed being treated like that. So indeed it was sexual harassment, eventhough no one said it is. That’s why the one who can stop this is ourself. Don’t afraid that if you said it you will be hated, as long as we didn’t show any aggression such as angry or another negative emotion, it will alright. We said it only to clarify that it was annoy us and we don’t like to be treated like it. I think, better to be disliked by a men that couldn’t appreciate women than liked by them. “If we stay silent than we accept it” It was what most of people always said. Ignoring it is impossible too, so don’t worry to take action on it. Since sexual harassment may appear in any situation and condition. We should be brave on our action and find a better place to be stay.

2 Desember 2012

I love you, Mom and Dad. I will never leave you alone (Yohana Fabiola)


Ketika kecil, ayah dan ibu menimang kita dengan penuh sayang. Merawat dan membesarkan kita dengan penuh cinta. Menjaga kita ketika kita sakit. Memeluk kita ketika menangis. Sangat besar cinta orangtua kita kepada kita.

Ketika kita besar dan mulai hidup mandiri. Berkarier dan menjadi sukses. Mulai membina keluarga baru. Kita sibuk dengan semua urusan-urusan kita. Dan kita melupakan mereka, orangtua kita. Kita tidak lagi ingat untuk datang mengunjungi mereka, menanyakan kabar mereka, atau bahkan mengajak mereka berjalan-jalan.

Kita tidak peduli jika orangtua kita merasa kesepian. Kita tidak peduli jika tubuh orangtua kita mulai lemah dan tidak berdaya. Kita tidak lagi memperhatikan perasaannya. Apakah ia sudah makan? Apakah seluruh kebutuhannya terpenuhi dengan baik? Atau bahkan kita menjadi pelit dan tidak ingin membiayainya. Kita marah ketika ia mulai pikun dan menanyakan hal yang sama berulang kali. Kita jijik ketika ia muntah dan buang air sembarangan. Kita malu karena ia hanya tulang yang terbalut oleh kulit beserta segala kelemahannya

Kita lupa. Kita lupa bahwa ketika kecil orangtua kita lah yang merawat kita. Ibu yang selalu membuatkan makanan enak untuk kita makan. Ayah yang selalu mengajak kita bermain. Kita lupa bahwa mereka yang membersihkan kotoran kita, menjaga kita ketika sakit, mengelap air mata kita. Kita lupa semua itu.

Kita seperti anak durhaka yang tidak menghormati orangtua kita. Ibu yang melahirkan kita dan ayah yang membimbing kita.

Mereka adalah orangtua kita yang harus tetap kita hormati sampai kapanpun. Tanpa kehadiran mereka, tidak akan ada kita kita di dunia ini. Bagaimanapun keadaan mereka, mereka tetap orangtua kita dan selayakanya sebagai anak kita berbakti kepada mereka.

Ketika kecil, orangtua merawat kita dengan kasih sayang. Ketika kita besar dan mereka menjadi lansia, kita lah yang harus merawat mereka. Bukan dititipkan kepada panti werdha, bukan ditelantarkan dan membiarkan mereka mengurus dirinya sendiri. Bukan demikian. Mereka adalah orangtua kita, mereka berhak mendapatkan perhatian dan perawatan kita.

Terima kasih, Ma.
Terima kasih, Pa.
Untuk setiap cinta Mama dan Papa,
hingga sekarang 'ku beranjak dewasa
Tak kupunya sesuatu yang berharga
Untuk membayar jerih lelah kalian menjagaku
Hanya ucapan terima kasih yang tulus dari hatiku
serta doaku selalu untuk Mama dan Papa.
Terima kasih, Ma.
Terima kasih, Pa.
Aku sayang Mama dan Papa.
Sekarang dan selamanya.

2 Desember 2012

Mereka Itu Orangtua Kita, Bukan Sekadar Pengasuh Kita (Dini Puspita Ayati Sofyan)

Panti werdha merupakan suatu wadah untuk individu-individu yang sudah lanjut usia. Para individu lanjut usia yang berada di panti werdha ada yang memang menginginkan untuk berada di tempat tersebut untuk menghabiskan sisa hidupnya dan ada pula yang dibawa dan terpaksa tinggal di panti werdha karena 'dibuang' oleh keluarganya, biasanya oleh anaknya.
Saya tidak habis pikir pada anak yang 'menaruh' orangtuanya yang sudah tua di panti werdha dengan alasan bahwa orangtua mereka tidak bisa diberitahu atau tidak sanggup merawat orangtuanya lagi. Apakah mereka tidak menyadari bahwa mereka pun sering merepotkan orangtuanya? Mereka berkata bahwa orangtuanya sering (maaf) buang air sembarangan. Apakah mereka lupa ketika mereka masih kecil mereka pun juga demikian? Pernahkah orangtua mereka berhenti membersihkan diri mereka? Bukankah tidak? Banyak alasan yang mereka katakan untuk 'menaruh' orangtua mereka di panti werdha. Sadarkah mereka bahwa dengan mereka melakukan hal demikian sama saja mereka durhaka dan tidak berterima kasih kepada orangtua mereka?
Untuk para individu yang masih muda dan masih memiliki orangtua, cobalah berpikir kembali jika Anda ingin menitipkan orangtua Anda ke panti werdha nantinya. Pikirkanlah apakah orangtua Anda akan benar-benar terawat di sana? Pikirkanlah apakah perbuatan Anda tersebut merupakan balas budi Anda kepada orangtua Anda yang selama ini menjaga dan membesarkan Anda? Cobalah untuk menghargai seluruh jasa orangtua kita kepada kita selama ini. Semenyebalkan apapun orangtua kita, mereka tetap orangtua kita. Begitu juga yang orangtua kita pikirkan terhadap kita. Semenyebalkan apapun kita, kita tetap anak mereka. Itulah yang membuat orangtua kita tidak pernah berhenti dan menyerah menjaga dan merawat kita sampai kita bisa seperti sekarang ini. Lalu mengapa kita harus membiarkan orang lain yang menjaga dan merawat orangtua kita di panti werdha?

2 Desember 2012

HUMAN TRAFFICKING DAN KEHIDUPAN LANSIA DI PANTI WERDHA (Shanti Leli Umboh)


Human trafficking atau perdagangan manusia merupakan hal yang dilakukan untuk menjual orang untuk dijadikan budak ataupun dijadikan sebagai pekerja seks. Human trafficking biasanya menjual wanita untuk diperdagangkan, namun ada pula yang menjual bayi atau anak-anak. Terkadang, human trafficking terjadi tanpa disadari oleh seseorang karena mereka dijanjikan untuk mendapatkan gaji yang besar dengan pekerjaan yang bagus. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi melainkan pemaksaan, intimidasi, dan kekerasan yang dirasakan oleh orang tersebut. Mereka yang menjadi korban human trafficking, dibawa ke luar negeri secara ilegal kemudian dijual kepada orang yang tidak bertanggung jawab dengan menjadi pembantu atau pekerja seks tanpa pembayaran dan perlakuan yang pantas serta layak.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menghentikan human trafficking, antara lain memberikan pengetahuan mengenai human trafficking itu sendiri, memberikan pendidikan yang layak, pemerintah membuat perjanjian bilateral antar negara dan lebih memperketat Undang-Undang (UU) mengenai ketenagakerjaan agar tidak ada lagi orang Indonesia yang diperlakukan dengan tidak layak dan semena-mena. Human trafficking telah terjadi dihampir seluruh wilayah di Indonesia, hal ini disebabkan individu ingin mendapatkan pekerjaan yang layak walaupun dengan latar belakang pendidikan yang pas-pasan. Indonesia dikenal sebagai negara pemasok tenaga kerja, lebih spesifiknya tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Hal ini haruslah dihentikan, Indonesia tidak harusnya terkenal sebagai pemasok tenaga kerja karena Indonesia juga masih memiliki hal lain yang dapat ditonjolkan, seperti pariwisata dan kekayaan alam lainnya. Penghentian human trafficking dapat dilakukan melalui memberikan pengetahuan kepada lingkungan terdekat kita dan negara ini juga harus mempertegas serta menjanjikan masa depan yang lebih baik kepada rakyat yang kurang mampu agar mereka tidak berpikir untuk mengadu nasib di luar negeri, di mana mereka tidak mengetahui secara mendalam pekerjaan apa yang akan mereka lakukan.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga ialah para lansia yang berada di panti werdha. Panti werdha yang ada di Indonesia, kebanyakan merupakan tempat yang tidak layak dalam menampung para lansia. Para lansia diperlakukan secara tidak baik dan terkadang terdapat kekerasan di dalam perawatan para lansia. Panti werdha tidak semuanya merupakan tempat yang tidak layak, ada juga beberapa panti werdha yang memiliki fasilitas yang bagus dan memiliki perawat yang baik. Akan tetapi, panti werdha seperti itu memerlukan uang iuran yang cukup mahal karena dimiliki oleh pihak swasta. Terdapat juga panti werdha yang dimiliki oleh pemerintah, tetapi kebanyakan tempat tersebut tidak terawat dan tidak memiliki perawat yang profesional.

Terdapat beberapa alasan seorang lansia berada di panti werdha, antara lain sudah tidak ada lagi keluarga, telah ditelantarkan keluarga, seperti anak-anak, dan keinginan lansia tersebut untuk masuk ke panti werdha. Apabila keinginan lansia tersebut untuk masuk ke panti werdha, maka hal tersebut haruslah dihargai. Namun, bila hal itu merupakan suatu paksaan dan bukan keinginan dari lansia tersebut maka janganlah memaksakan karena hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan mental dari lansia tersebut. Sebagai seorang anak, sebaiknya rawatlah orang tua sendiri dan tidak memasukkan mereka ke panti werdha. Orang tua merupakan orang yang telah merawat dan  mendidik kita tanpa pamrih dan penuh kasih sayang. Kenapa kita harus memisahkan mereka dari keluarga yang mereka kasihi? Rawatlah orang tua dengan penuh kasih sayang karena tanpa mereka kita bukanlah apa-apa. Orang tua adalah wakil Tuhan di dunia, maka dengan merawat mereka, kita juga telah mendapatkan upah yang besar di surga.

2 Desember 2012

Human Trafficking dan Panti Werdha Adalah Sebuah Pilihan... (Leni Kopen)


Pertemuan terakhir dalam Psikologi Perempuan membahas tentang Human Trafficking dan Kehidupan Lansia Perempuan di Panti Werdha. Walaupun kelas berakhir, semoga saja tulisan saya tidak berakhir sampai disini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Henny Wirawan dan Kak Tasya tercinta atas segala pembelajaran dan pengajaran serta pengetahuan yang saya dapatkan selama di kelas. Semoga tulisan saya bisa bermanfaat bagi para pembaca dan orang lain juga. Sebagai perempuan, kita harus berani dalam mengungkapkan aspirasi kita. Jangan hanya diam dan mau dianggap sebagai kaum yang lemah dan tak berdaya. Sejak Kartini mengumumkan emansipasi kaum perempuan, kita harus bisa belajar lebih baik, lebih mandiri, dan bertanggung jawab akan apa yang kita lakukan. Tetap semangat dalam menjalani hidup serta dukung para kaum perempuan yang masih banyak mendapatkan ketidakadilan di Indonesia bahkan di dunia.

 Human Trafficking atau perdagangan manusia menjadi kendala besar bagi bangsa Indonesia saat ini. Masalah ini tidak hanya menyerang salah satu daerah di Indonesia melainkan merambah hampir ke seluruh pelosok negeri kita ini. Perdagangan manusia ini umumnya menjadikan wanita dan anak sebagai korbannya. Kebanyakan diantaranya perempuan dibawah umur. Human trafficking atau perdagangan manusia merupakan suatu bentuk perbudakan baru dalam konteks kontemporer. Bentuk pemaksaan, intimidasi, dan kekerasan dalam hubungan kerja  adalah ciri dari aktivitas human trafficking. Iming-iming akan kehidupan yang lebih baik merupakan salah satu pemicu makin suburnya aktivitas perdagangan manusia.

Bencana alam, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketiadaan kemampuan atau keterampilan hidup adalah salah faktor yang mempengaruhi korban untuk terjerat dalam lingkaran kejahatan perdagangan manusia. Pada beberapa kasus, para pelaku human trafficking bertindak seolah-olah sebagai agen penyalur tenaga kerja yang akan menyalurkan para tenaga kerja pada perusahaan tertentu di luar negeri. Para korban yang berhasil selamat dan bersaksi telah mengakui, terjaringnya mereka dalam lingkaran sindikat perdagangan manusia justru karena tergiur akan banyaknya penghasilan yang akan mereka peroleh jika mereka bekerja di luar negeri. Tapi justru apa yang mereka alami jauh dari yang mereka bayangkan. Pemaksaan, intimidasi, dan kekerasan justru menjadi hal yang harus mereka hadapi. Pada beberapa kasus yang ditemukan, para korban perdagangan manusia yang tidak berhasil diselamatkan selalu berujung pada kematian atau pada penyakit kejiwaan akibat kekerasan yang mereka alami.

Hampir 80 persen dari sekitar 6,5 juta pekerja migran kita adalah perempuan. Fakta ini memunculkan stigma dan persepsi di masyarakat, tenaga kerja Indonesia (TKI) identik dengan tenaga kerja wanita (TKW). Lebih spesifik lagi identik dengan pembantu rumah tangga (PRT). Sebagian dari mereka berpendidikan rendah sehingga banyak terserap ke sektor informal terutama PRT. Keadaan ekonomi yang sulit, lapangan kerja yang sempit dan tidak adanya akses terhadap permodalan membuat banyak perempuan, terpaksa menjadi TKW. Sebagian dari mereka ada yang berhasil menjadi tulang punggung keluarga, namun tidak sedikit yang menjadi korban human trafficking (perdagangan manusia) dan beragam bentuk perbudakan lainnya di negeri orang. Hampir setiap hari kita bisa mendapatkan kabar duka dari para pekerja migran kita. Mulai dari pelecehan seksual, penyiksaan baik fisik maupun mental yang menyebabkan depresi, cacat, sakit, gila bahkan meninggal dunia. Belum lagi pelanggaran hak-hak lainnya seperti gaji yang tidak dibayar dan tidak adanya waktu libur (http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/15/human-trafficking-masih-menjadi-ancaman-serius-449897.html).

Migrant Care Indonesia memperkirakan sebanyak 43 persen atau sekitar 3 juta dari total buruh migran Indonesia adalah korban human trafficking. Data ini tidak hanya mencakup pekerja migran yang bekerja secara illegal namun juga mereka yang secara resmi mengikuti mekanisme pemerintah alias pekerja migran legal. Korban perdagangan manusia sangat rawan terhadap eksploitasi, baik secara seksual maupun kerja paksa. Sementara itu, secara umum Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat, sepanjang tahun 2010 hingga 1 November, kasus penganiayaan yang menimpa TKI kita cukup tinggi. Yakni sebanyak 3.835 di 18 negara tujuan pengiriman. Ini yang berhasil didata. Kasus di lapangan dipastikan jauh lebih besar (http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/15/human-trafficking-masih-menjadi-ancaman-serius-449897.html).

Data yang lebih mencengangkan tentang kasus human trafficking di Indonesia dirilis oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada 2010 yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara sumber utama human trafficking, negara tujuan dan transit bagi perempuan, anak-anak dan orang-orang yang menjadi sasaran human trafficking, khususnya prostitusi dan kerja paksa. Bukankah hal ini memalukan nama negara kita? Ini terjadi karena migrasi yang berlangsung di Indonesia adalah migrasi yang tidak aman, sehingga trafficking seakan menjadi bagian integral dalam proses migrasi itu sendiri. Mulai dari pemalsuan dokumen, pemalsuan identitas, umur, kemudian akses informasi yang tidak sampai ke basis calon buruh migran sampai minimnya perlindungan hukum dari negara.

Pemerintah harus lebih memperhatikan dan memberikan batasan yang jelas dalam UU untuk perlindungan para pekerja migran dan TKI atau TKW serta penting pula untuk membuat UU dengan sejumlah negara tujuan terutama negara yang memiliki banyak catatan kasus praktik human trafficking seperti Malaysia dan Arab Saudi. Aspek hukum ini harus ditindaklanjuti dengan peningkatan daya saing dan kompetensi TKW untuk meningkatkan posisi tawar mereka saat bekerja di luar negeri. Termasuk pembekalan informasi dan pengetahuan yang memadai tentang hak dan kewajiban mereka sebagai pekerja migran yang dilindungi oleh undang-undang. Para korban human trafficking yang masih di bawah umur pun harus diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya, agar mereka lebih berharga dan bisa mencapai cita-citanya. Seperti Risma yang menjamin sekolah korban human trafficking, Pemerintah seharusnya bisa meneladani tindakan Risma, dan sebagai pemimpin negara harus jelas jaminan dan hak atau kewajiban seorang TKI atau pekerja migran (http://www.gerakanantitrafficking.com/index.php?option=com_content&view=article&id=88:risma-jamin-sekolah-korban-trafficking&catid=41:jawa-timur&Itemid=82). Selain itu, jaminan akan ketersediaan mata pencaharian yang layak juga dapat sangat membantu mengurangi aktivitas perdagangan manusia. Jika negara mampu memberikan kepastian kelayakan hidup kepada warganya, maka niscaya warganya tak akan berpikir untuk mencari penghidupan di luar negeri dan dapat memutus mata rantai human trafficking. Cara ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan membuat lembaga yang berkonsentrasi terhadap hal tersebut.

Berbicara tentang human trafficking termasuk ke dalam tindak kejahatan, penelantaran lansia pun termasuk dalam kejahatan. Pada dasarnya orang lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya sebagai tempat bergantung yang terdekat. Mereka ingin hidup bahagia dan tenang dihari tua serta masih ingin diakui keberadaannya. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu, anak-anak dan teman-temannya juga semakin sibuk dengan masalahnya sendiri sehingga para lansia sering merasakan kesepian dan merasa tidak berharga. Selain itu pola keluarga yang semakin mengarah pada pola keluarga inti (nuclear family) mengakibatkan anak-anak secara tidak langsung kurang memperdulikan keberadaannya dan jalinan komunikasi antara orang tua dengan anak semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan orang lanjut usia merasa tersisih dan tidak lagi dibutuhkan perananannya sebagai anggota keluarga walaupun masih berada di lingkungan keluarga.

Sebenarnya lansia tidak akan menimbulkan masalah yang berati bagi keluarganya, apabila mereka masih mampu merawatnya. Namun bila keluarganya menjadi semakin sibuk dan tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk merawat, salah satu jalan yang dipilih adalah menempatkan orang lanjut usia di Panti jompo. Semua itu adalah sebuah pilihan. Kalau saya, saya akan merawat ibu saya sampai di hari tuanya. Karena sudah seharusnya kita sebagai anak bisa merawat dan menjaga serta memberi kasih sayang kepada orang tua kita. Mereka yang telah mendidik kita dari kecil hingga sekarang, kenapa kita tidak bisa berbuat demikian ketika beliau sudah tua. “Ingat, orangtua kita yang ada di rumah merupakan wakil Tuhan, tentunya kita harus menghormati orangtua kita”, kata ibu Henny. Benar sekali kata bu Henny, orangtua memang patut kita hormati dan sayangi hingga akhir masa tuanya. Tanpa mereka, kita pun tidak akan lahir di dunia ini. Kita harus bisa bersyukur dan rawat orangtua kita selama mereka masih ada (hidup). Jika sudah tiada, apalagi yang bisa Anda lakukan untuk mereka?

Menikmati masa tua tanpa ditemani anak, suami atau bahkan cucu,  pastinya menyedihkan. Sepi dan sendiri. Memang banyak teman, namun rasa sepi tetap sulit terusir. Itulah gambaran yang menimpa kehidupan lansia di panti werdha. Kadang para lansia tersebut masih merasa kesepian karena keluarganya tidak ada yang membesuk atau menanyakan kabarnya. Itulah yang membuat mereka merasa dibuang atau ditelantarkan ke panti tersebut. Walaupun di panti banyak aktivitas seperti senam pagi, makan bersama, ibadah bersama, atau melakukan ketrampilan tertentu. Hal tersebut tak cukup mendukung kesejahteraan mereka. Namun tak menutup kemungkinan, ada juga lansia yang merasa bisa beradaptasi dengan baik sehingga mereka bisa bahagia selama berada di panti. Seperti menemukan pasangan hidup lagi dan akhirnya menikah di panti, hal tersebut merupakan sesuatu yang lucu tapi romantis. Fasilitas dalam panti juga masih perlu diperhatikan, masih banyak pekerja sosial dalam panti yang meminta uang kepada para lansia yang tinggal di panti jika disuruh. Sungguh ironis memang, begitulah kenyataannya. Tidak ada yang gratis. Tapi, bagaimana perasaan seorang lansia yang memang ditempatkan di panti tanpa kabar dari keluarga dan uang bulanan? Bagaimana kesehatan dan gizi mereka? Apakah mencukupi? Hanya dari bantuan umat atau komunitas gereja atau ibadah tertentu yang membantu lansia tersebut agar dapat mendapatkan kehidupan yang layak. Sebagai anak, kita harus bisa merawat orangtua kita hingga akhir usianya. Kecuali ada kasus tertentu yang memang sudah tidak bisa keluarga merawatnya lagi, setidaknya keluarga tetap memberikan dukungan dan menjenguk orangtua tersebut. Dengan meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan orangtua Anda akan berdampak pula pada usia harapan hidup orangtua Anda.

2 Desember 2012

Trafficking (Elvandari Armen)


    Trafficking adalah istilah yang sering digunakan sebagai kegiatan perdagangan manusia. Korban dari kejahatan ini biasanya perempuan atau anak-anak. Mengapa perempuan dan anak-anak? Betul, karena perempuan dan anak-anak identik dengan makhluk lemah dan tidak berdaya. Perempuan yang dijualbelikan biasanya dijadikan pekerja seks komersial atau pembantu rumah tangga di luar negeri. Perempuan Indonesia sering dikirim ke luar negeri untuk menjadi pekerja kelas bawah  Tidak jarang mereka juga sering mendapatkan perlakuan tidak wajar dari majikanya, seperti pemukulan atau pemerkosaan.
     Seorang tokoh masyarakat, Tetty Kuswandari, staff bantuan hukum Solidaritas Perempuan mengatakan bahwa kasus perdagangan perempuan Indonesia dan mendapatkan pelecehan paling sering terjadi di kawasan Timur Tengah, yaitu Arab Saudi. Selain itu, beliau juga menambahkan terdapat tiga kasus penting yang sering ditangani oleh Solidaritas Perempuan, yaitu penganiayaan, pemerkosaan, dan akhirnya korban tersebut meninggal.
     Selain itu, contoh pelanggaran dalam dunia kerja lainnya adalah para pekerja buruh pabrik sering dimanipulasi. Maksudnya, anak-anak di bawah umur dipekerjakan dan mereka dibuatkan KTP. Selain itu, usia mereka pun dimanipulasi menjadi 18 atau 21 tahun. Hal ini membuktikan bahwa banyak oknum-oknum tertentu yang bersikap tidak transparan dan mengeksploitasi tenaga anak.
     Untuk mengurangi atau bahkan menghentikan perdagangan manusia tentunya bukan perkara yang mudah. Harus ada kerja sama dari pihak pemerintah dan masyarakat luas. Ada baiknya pemerintah melakukan perjanjian bilateral. Tidak hanya membuat perjanjian saja, tetapi perjanjian tersebut diperketat peraturannya dan tentu saja dilaksakan secara tertib. Jika terdapat pelanggaran, pemerintah harus bersikap tegas dan meresponi dnegan cepat. Sebagai masyarakat, ada baiknya peka terhadap lingkungan. Jika terdapat kejanggalan  mengenai tawaran kerja di luar negeri atau jadwal kerja yang dianggap tidak wajar ada baiknya kita berkonsultasi kepada orang yang lebih mengerti tentang dunia kerja atau bahkan pihak berwajib. Jangan sampai kita sendiri, keluarga, atau kerabat menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia.
Have a nice day, readers.. :)

1 Desember 2012

Kekerasan dalam Rumah Tangga (Elvandari Armen)


     Semua perempuan yang belum menikah pasti mendambakan rumah tangganya kelak akan bahagia. Tetapi pada kenyataannya tidak jarang kekerasan dalam rumah tangga sering mewarnai kehidupan pernikahan. Memang kehidupan pernikahan memiliki masalah yang jauh lebih kompleks dibandingkan masa pacaran. Tetapi, mengapa semua masalah yang terjadi harus diselesaikan dengan tangan dan kekerasan? Mari telusuri lebih lanjut....
     Suami yang melakukan kekerasan pada istrinya sebenarnya dapat dideteksi ketika masa pacaran. Mestinya selama masa pacaran, perempuan harus lebih realistis dan peka terhadap potensi kekerasan yang dilakukan pasangan. Misalnya, ketika pasangan sedang marah, apa yang ia lakukan? Apakah ia terbiasa untuk mengeluarkan kata-kata kasar atau membanting barang dan sebagainya? Bahkan apakah ia sering melampiaskan kemarahannya kepada kita? Atau yang lebih ekstrim, apakah ia berani melukai atau menyakiti kita? Jika pacar Anda seperti itu, coba Anda  pertimbangkan dan tinjau kembali hubungan Anda.
     Pasangan yang sudah melakukan kekerasan pada masa pacaran tidak perlu dipertahankan. Mengapa?  Pada masa pacaran saja sudah menunjukkan kekerasan, apa lagi jika sudah menikah? Potensi-potensi kekerasan yang dilakukan pacar, harus dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan langkah yang lebih serius. Tentunya kita tidak mau kehidupan pernikahan penuh dengan rasa takut dan khawatir, bukan? Cobalah realistis melihat sikap pacar, jangan terus menerus menutupi sikap buruknya. :)

1 Desember 2012

Basmi Trafficking! (Aurelia Felicia)


   Human trafficking atau perdagangan manusia pasti sudah sering didengar dan banyak sekali dilakukan, khususnya di Indonesia ini. Mengapa ya ada saja orang yang begitu kejamnya sampai menjual orang atau bahkan anggota keluarganya sendiri demi uang? Apa mereka masih mempunyai hati nurani?

   Trafficking lebih banyak dialami oleh perempuan dan anak-anak. Mengapa seperti itu? Karena mereka merupakan dianggap makhluk tidak berdaya. Anak-anak yang diperdagangkan biasanya di bawah umur 18 tahun. Ada anak-anak yang diculik dan orangtua tidak mengetahui apa-apa tentang anak yang akan diperdagangkan itu. Ada pula orangtua yang tertipu karena pedagang manusia. Orangtua yang tertipu ini biasanya hanya mengetahui bahwa anaknya akan mempunyai pekerjaan, tanpa diberikan pemberian yang jelas dan tepat.

   Banyak faktor penyebab lainnya, seperti krisis moneter yang memperparah keadaan, kurangnya pendidikan, kemiskinan, kurangnya kesadaran (khususnya tentang pekerjaan yang akan diberikan), keinginan cepat kaya atau mendapat uang, kurangnya pencatatan kelahiran, dan korupsi, serta lemahnya penegakan hukum. Kemiskinan seringkali juga menjadi salah satu penyebab utama. Orangtua terpaksa menjual anaknya untuk memenuhi kebutuhan, terutama bagi ada anggota keluarga yang sakit. Penegakan hukum di Indonesia juga sangat lemah sehingga kasus perdagangan ini banyak terjadi. Hukuman tidak terlalu ditegakkan dan berlaku sesuai dengan seharusnya.

   Sebaiknya, dibuat perjanjian bilateral dan adanya imigrasi. Selain itu, memberikan pengetahuan tentang perdagangan manusia dan berhati-hati dalam pemilihan pekerjaan, pendidikan diprioritaskan, dan jam kerja yang lebih pendek. Jam kerja yang lebih pendek agar menghindari pulang malam dan penculikan, sehingga perempuan dan anak-anak dapat bekerja dengan lebih aman. Pihak-pihak lain harus berusaha membasmi dan mencegah trafficking! Jangan percayakan begitu saja diri dan anggota keluargamu ke tangan orang lain, terutama ke orang yang mencurigakan. Kita harus lebih mawas diri dan sadar diri. Utamakan pula pendidikan.

~ Protect your own family!  >.<

1 Desember 2012

Kekerasan Yang Merajalela (Dionysius Dias Ardi Nugroho)


Kekerasan atau agresi merupakan topik yang paling laris dan paling ramai dibicarakan di media masa. Kekerasan adalah sebuah penyimpangan, tetapi selalu saja dilakukan dan kasus-kasusnya selalu bermunculan setiap hari. Kekerasan seksual merupakan salah satu dari banyak kasus kekerasan yang muncul di Indonesia. Banyak media mengatakan bahwa pelaku kekerasan seksual biasanya mengalami gangguan kejiwaan. Kekerasan seksual yang terjadi pada anak perempuan dapat menyebakan rasa traumatis. Rasa traumatis itu muncul saat bertemu laki-laki. Perempuan yang mengalami kasus pelecehan seksual biasanya melihat laki-laki adalah sosok yang mengerikan dan cenderung menyakiti. Maklum saja, jika perempuan yang mengalami kekerasan waktu itu berusia 9 sampai 10 tahun, kasus kekerasan seksual akan memunculkan stigma negatif pada pikiran korban. Efek dari kekerasan yaitu perempuan memiliki kecenderungan untuk menjadi lesbian karena perempuan yang mengalami kekerasan merasa takut kepada laki-laki dan merasa lebih nyaman bersama perempuan. Efek negatif lainnya adalah perempuan yang mengalami kekerasan seksual dapat megarah ke prostitusi alias jadi pekerja seks komersial (PSK). Semoga pemerintah lebih tanggap dalam menangani kasus pelecehan seksual pada anak da komisi perlindungan anak juga berperan aktif, tidak hanya menerbitkan peraturan.

Selain itu kekerasan juga terjadi pada istri. Beberapa kasus yang muncul yaitu kekerasan fisik terhadap istri. Kasus kekerasan fisik yang terjadi yaitu suami memukul istri. Tidak hanya itu kekerasan verbal juga sering terjadi. Istri dimaki dengan kata-kasar oleh suami. Suami yang membatasi keuangan terhadap istri dan anak secara berlebihan merupakan contok dari kekerasan ekonomi. Kasus kekerasan terhadap istri tidak diketahui penyebabnya. Pesan moral dari Bu Henny (dosen mata kuliah psikologi perempuan), yaitu selidiki pasangan sejeli mungkin pada masa pacaran. Jika sudrah mengawasi secara berlebihan seperti melihat setiap detik pesan singkat dari telefon genggam dan mulai melibatkan kontak fisik pada saat situasi tidak mengenakkan, tiada kata, selain “PUTUS.”

1 Desember 2012

Human Trafficking dan Panti Jompo (Dionysius Ardi Nugroho)


Uang memang alat yang digunakan untuk membeli kebutuhan hidup. Semua orang menghabiskan waktu sekitar 8 sampai 10 jam untuk mencari uang dan sesuap nasi. Hal ini memang rutinitas masyrakat perkotaan. Di daerah perkotaan yang semakin padat, lapangan pekerjaan semakin sulit sedangkan kehidupan konsumtif semakin tinggi. Sulitnya mencari lahan pekerjaan menyebakan munculnya beragam cara mencari uang mulai dari yang halal sampai dengan yang tidak halal. Cara halal yang dilakukan yaitu membuka usaha contohnya berdagang, menjadi agen properti atau asuransi, dan berusaha di bisnis online. Cara yang tidak halal dan paling banyak dilakukan yaitu prostitusi dan human trafficking. Human trafficking adalah usaha untuk melakukan perdagangan manusia. Perdangangan manusia terjadi mulai dari antar daerah hingga antar Negara. Perdagangan manusia juga merupakan awal dari prostitusi. Pulau Kalimantan diduga memiliki angka tertinggi dalam human trafficking. Hal ini disebabkan karena pulau Kalimantan berbatasan dengan Negara Malaysia. Tetapi perdagangan manusia di pulau Kalimantan sangat sulit dideteksi karena batas Negara Malaysia dan pulau Kalimantan sangat tipis. Semoga Pemerintah melakukan cara untuk mengurangi perdagangan manusia di Kalimantan dengan cara meningkatkan kemanan pada daerah-daerah terpencil, karena hutan merupakan tempat orang Indonesia dan Malaysia melakukan perbuatan tidak terpuji ini. Saya terkejut ketika mengetahui daerah Kelapa Gading ternyata juga menjadi tempat perdagangan manusia. Hal itu berdasarkan situs  http://www.merdeka.com/jakarta/30-orang-dijual-agen-human-trafficking-di-kelapa-gading.html. Pihak kepolisian sudah melakukan usaha yang baik dengan melakukan penggerebekan terhadap kejahatan itu. Berita selengkapnya dapat dilihat di http://www.merdeka.com/tag/h/human-trafficking/mabes-polri-gerebek-lokasi-human-trafficking.html



Usia seseorang pasti akan selalu bertambah. Suatu saat manusia akan memasuki masa lansia. Masa lansia identik dengan perasaan kesepian, karena teman-teman orang lansia ada yang sudah meninggal dan anak dari lansia sibuk dengan keluarga dan pekerjaannya. Panti jompo adalah sarana yang disediakan pemerintah untuk menampung orang lanjut usia. Beberapa panti jompo di Indonesia terlihat seperti penjara karena lansia lebih sering diterlantarkan dan perawatnya meminta tips (berdasarkan kesaksia teman saya). Berbeda dengan di Luar negeri, panti jompo merupakan tempat seperti surga yang membuat lansia merasa kembali merasa muda. Saya pribadi ingin berpendapat mengenai topik lansia. Jika orangtua saya nanti sudah berusia lanjut, saya tidak ingin meletakkan di panti jompo. Kedekatan dengan orangtua selalu diperlukan dan mereka lebih ingin mendapat perhatian daripada sekadar dibiarkan di panti jompo.

1 Desember 2012

Kasih Orangtua Sepanjang Masa (Priska Aprilla)


Mungkin kisah mengharukan berikut ini pernah anda dengar. Konon di Jepang, pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya, dengan tujuan agar tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Suatu hari seorang pemuda berniat membuang ibunya ke hutan. Ibunya lumpuh dan pikun. Ia menggendong ibunya menyusuri hutan. Sang ibu yang tidak berdaya semampunya berusaha menggapai ranting pohon kemudian mematahkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampainya mereka di hutan, pemuda itu menurunkan ibunya dan mengucapkan kata perpisahan. Sesungguhnya ia berusaha menahan sedih, namun ia tega melakukan perbuatan itu. Sang Ibu dengan tegar berkata “Anakku, ibu sangat menyayangimu sejak kau kecil hingga dewasa. Bahkan hingga saat ini rasa sayang ibu terhadapmu tak berkurang sedikitpun. Sekarang pergilah, ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat di jalan. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.”

Mendengar pesan sang ibu, si pemuda menangis histeris dan kemudian memeluk ibunya dengan erat. Ia  kembali menggendongnya dan membawanya pulang. Pemuda itu akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya hingga  ibunya meninggal dunia.

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita, bahwa cinta seorang ibu tidak pernah habis hingga akhir hidupnya. Ibu yang dengan penuh cinta kasih yang tulus, mengandung, membesarkan dan merawat kita hingga kita dapat seperti saat ini. Akan tetapi seringkali ketika orangtua sudah berusia lanjut, sebagai anak banyak orang yang merasa keberatan untuk menjaganya. Banyak anak yang menitipkan orangtuanya untuk tinggal di panti jompo tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan kenyamanan mereka. Hal yang seringkali dilupakan adalah orangtua tidak hanya butuh materi dari anaknya, tapi juga kebersamaan dan perhatian. Jika anak tidak mau merawat orangtua dengan berbagai macam alasan dan memilih untuk menitipkannya di panti jompo mungkin benar pepatah yang mengatakan "kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang jalan". Semoga di antara kita tidak ada yang seperti demikian yaa..

1 Desember 2012

Senin, 03 Desember 2012

Still Loving You Even Though You're being Old....:D (Ruth Kurnia Wulan)


    Penuaan merupakan sebuah bagian kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia. Pada masa ini, setiap manusia akan mengalami penurunan di berbagai aspek kehidupan. Penurunan yang akan dialami adalah penurunan secara fisik yang meliputi penurunan daya ingat, penyusutan tulang, penurunan daya penglihatan, kemampuan mendemgar yang semakin menurun, dan penurunan daya indera lainnya. Penurunan ketahanan tubuh pada individu yang berada dimasa dewasa akhir ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan berbagai macam gangguan fisik atau penyakit pada lansia. Gangguan fisik juga diiringi dengan adanya keadaan emosional (psikis) yang tidak baik.
     Pada umumnya, permasalahan psikis yang dialami lansia diakibatkan dari kurangnya dukungan keluarga yang diterima. Akibat dari kurangnya dukungan dan perhatian dari keluarga khususnya anak mereka akan membuat lansia mengalami sindrom kesepian (empty nest). Tidak sedikit lansia yang memiliki anak pada akhirnya harus menghabiskan sisa hidupnya di panti werdha. Dan tidak sedikit juga para lansia yang dititipkan di panti mengalami sindrom tersebut dan pada akhirnya menjadi depresi. Mereka depresi dikarenakan mereka merasa diri mereka 'dibuang' oleh anak mereka sendiri, mereka juga merasa dirinya sudah tidak diperlukan oleh keluarganya. Anak-anak mereka cenderung sibuk dengan kehidupan mereka sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan dan kehidupan orangtua mereka yang tinggal di panti. Pada umumnya, para lansia yang sudah dititipkan oleh anak mereka di panti tidak datang untuk menjenguk orangtuanya. Mereka merasa sudah cukup hanya dengan rutin membayar iuran bagi orangtuanya yang ada di panti tanpa harus rela datang untuk menjengukdan melihat keadaan mereka.
     Beberapa orang mungkin berpikir untuk menitipkan orangtua mereka untuk tinggal di panti werdha adalah salah satu keputusan yang tepat. Hal ini dikarenakan agar orangtua mereka ada yang mengurus karena diri mereka merasa tidak mampu untuk mengurus orangtuanya sendiri di tengah kesibukan pekerjaan mereka. Mereka berpikir bahwa dengan menitipkan orangtua mereka di panti maka orangtua mereka tidak akan kesepian karena orangtua mereka pasti merasa nyaman tinggal di tempat orang-orang yang seumur dengan dirinya. Tetapi jika dilihat pada kenyataannya, meskipun mereka tinggal di panti werdha tetaplah keberadaan dan perhatian dari keluarga (anak) mereka adalah hal yang terpenting. Mereka berpikir sebaik dan sebagus-bagusnya panti tersebut dan sebanyak-banyaknya teman yang mereka miliki di panti tersebut tidak akan bisa menggantikan suasana nyaman di rumah sendiri bersama keluarga sendiri.
     Ketidaknyamanan berada di panti juga dapat disebabkan oleh faktor lainnya, salah satunya adalah fasilitas yang tidak memadai dan pelayanan yang buruk dari panti tersebut. Tidak semua panti werdha itu baik dan bagus, khususnya di Jakarta; terdapat beberapa panti yang kurang tepat bagi para lansia. Fasilitas yang kurang memadai dan pelayanan dari para petugas panti yang tidak ramah. Hal tersebut juga hanya akan menambah permasalahan lansia yang tinggal di panti.
     Oleh karena itu, bagi para anak yang masih memiliki orangtua, sadarilah tanggung jawab kita sebagai anak. Sesukses apapun kita, kita tidak akan bisa jadi seperti saat ini tanpa kerja keras orangtua kita dan kita tidak akan pernah bisa membalas semua jasa orangtua kita hanya dengan materi. Perhatian, kasih sayang, dan ketulusan untuk mau selalu menjaga dan merawat kedua orangtua kita adalah satu-satunya hal yang dapat kita lakukan sebagai anak. Mungkin orangtua kita tidak pernah meminta balasan apapun tetapi hanya dengan keberadaan kita yang selalu menemani masa tua mereka itu adalah hal paling berharga bagi hidup mereka. Begitu juga bagi panti werdha yang ada dan petugas pelayanan di panti, tuluslah melayani mereka seperti orangtua kita sendiri yang selalu tulus menjaga dan merawat kita.

28 November 2012

Humanity Not for Sale! (Ruth Kurnia Wulan)


    Human trafficking merupakan salah satu bentuk fenomena kejahatan yang melanggar norma dan hak asasi manusia. Perempuan dan anak-anak merupakan salah satu korban yang menjadi sasaran dalam fenomena tersebut. Pada salah satu sumber menyatakan bahwa ada beberapa negara-negara yang memiliki angka woman trafficking tertinggi, antara lain:Kuba, Iran, Korea Utara, Zimbabwe, Libya, Yaman, Sudan, dan Kongo. Perempuan-perempuan tersebut ditemukan di negara transit sebelum mereka diperdagangkan sebagai prostitusi di Eropa. Di Indonesia pun terdapat kasus-kasus human trafficking meskipun tidak sebanyak di negara-negara lain dan perempuan yang menjadi korbannya banyak ditemukan di negara-negara seperti Taiwan, Malaysia, Mesir, Amerika Serikat, China, dan lainnya.

     Perempuan dan anak-anak selalu menjadi sasaran utama dalam perdagangan manusia (human trafficking) karena dianggap mereka adalah kaum lemah dan tidak berdaya. Para perempuan dan anak-anak dibawah umur yang menjadi korban dari human trafficking tersebut, dipekerjakan dengan bidang pekerjaan yang tidak baik seperti prostitusi, mafia kejahatan, dan bentuk-bentuk pekerjaan lain yang merugikan. Isu tentang perdagangan perempuan dan anak-anak tersebut tidak akan dapat diperbincangkan jika tidak ada yang melaporkannya. Pelaporan tersebut terkait dengan adanya bentuk-bentuk kekerasan yang diterima terhadap para pekerja korban human trafficking. Akibat yang diterima bagi mereka yang menjadi korban tentunya tidak pernah dipertanggungjawabkan dengan baik oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dampak buruk yang biasanya dialami adalah kekerasan fisik yang dapat mengakibatkan kematian ataupun penyakit serius lainnya, stres, miskin, dan jenjang pendidikan terhenti. Perempuan dan anak-anak yang diperdagangkan relatif berusia muda dan mereka harus bekerja dengan waktu kerja diluar ketentuan yang ada, jelas saja pasti pendidikan mereka menjadi terganggu padahal mereka masih perlu banyak didikan moral maupun pengetahuan yang harus didapatkan untuk kehidupan mereka kedepannya.
     Globalisasi dan perkembangan di segala bidang dan juga tuntutan hidup meningkat yang menyebabkan akhirnya setiap individu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya hingga rela untuk memperdagangkan anak ataupun keluarganya sendiri demi kepentingan diri sendiri. Butuh adanya kesadaran yang berasal dari dalam diri setiap individu untuk hidup tanpa keegoisan dan peduli dengan kehidupan sesamanya. Anak-anak merupakan generasi penerus kehidupan yang seharusnya dijaga dan dipelihara dan juga dididik dengan baik agar dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan bukannya berada di jalanan ataupun tempat yang tidak tepat untuk mencari uang untuk orang lain. Begitu juga dengan perempuan, mereka ada bukan untuk dijual kepada bangsa lain ataupun orang lain, mereka ada juga untuk dipelihara dan dilindungi dan mereka bukanlah kaum lemah yang dapat ditindas. Kita semua sebagai makhluk sosial seharusnya dapat bekerja sama untuk saling menjaga dan melindungi. Sadarilah bahwa kita semua saling membutuhkan satu sama lain. bagaimana jika didunia ini hanya ada laki-laki saja atau hanya ada perempuan saja atau tidak ada anak-anak yang ada hanya ada orang dewasa...???? Pastinya tidak akan dapat terbayangkan apa jadinya nanti....

30 November 2012

Love Me Until The End (Aska Dzumalin)


   Memasuki masa dewasa akhir artinya memasuki usia yang rentan dengan gangguan kesehatan maupun rasa kesepian (loneliness atau emptiness). Oleh karena itu, kita sebagai anak maupun cucu harus berusaha membuat mereka tetap senang dan menjaga mereka sampai akhir hayatnya.
     Hidup damai dan sejahtera hingga tua adalah impian banyak orang. Semua orangtua menginginkan anak-anaknya untuk tetap hidup berada di sekitar mereka saat mereka tua nanti agar mereka tidak merasa kesepian atau ditinggal, meskipun mungkin mereka akan tetap merasa kesepian saat ditinggal oleh pasangan mereka, namun setidaknya mereka memiliki sanak keluarga yang dapat menemaninya dalam kegiatan sehari-hari seperti makan, jalan-jalan, dan lain-lain, sehingga ia tetap dapat merasakan kehangatan dari keluarganya.
     Biasanya semakin tua, orang akan semakin seperti anak kecil, mudah rewel, mudah marah, dan lain-lain, mungkin karena hal-hal itulah banyak keluarga yang menitipkan orangtua (lansia) di panti werdha. Namun menurut saya, itu bukan alasan untuk menitipkan orangtua atau nenek-kakek ke panti werdha karena yang namanya keluarga itu seharusnya bisa mengasihi satu sama lain dari awal kelahiran hinggga akhir hayat, sehingga saya kurang menyetujui jika seorang anak atau cucu menitipkan orangtua atau kakek neneknya di panti werdha.
  Mungkin saat di usia tua nanti, kita rentan dengan rasa kesepian, karena anak-anak kita sudah membangun keluarga intinya sendiri, dan mungkin saat di usia tua nanti kita sudah lebih dahulu ditinggal oleh pasangan kita, sehingga sangat mudah untuk kita juga merasa jenuh walaupun memiliki keluarga di sekitar kita. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan bagi kita mulai dari usia sekarang untuk menyiapkan banyak hobi atau mengetahui hal-hal yang kita sukai agar dapat membantu kita menghabiskan hari tua kita. Selain hal-hal yang membuat kita senang, hendaknya kita juga semakin tua semakin mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa agar hidup terasa damai dan sejahtera.
“Family means no one gets left behind or forgotten.” - David Ogden Stiers

1 Desember 2012

Choose Your Right Partner (Nurul Permata Habsari)


     Berpacaran adalah salah satu hal yang indah di jalani. Indah bila pasangan tersebut saling menghormati dan menghargai pasangannya tersebut. Terkadang terdapat kekerasan dalam pasangan yang terjadi. Misalnya, kekerasan verbal yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Membentak contohnya, hal tersebut lebih sering dilakukan oleh pria akan tetapi tidak menutup kemungkinan wanita pun dapat melakukan hal tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan untuk memilih pasangan sebelum menikah. Masa pacaran sudah berbuat kekerasan apalagi bila sudah menikah, kekerasan dapat terjadi lebih parah lagi, karena merasa sudah saling memiliki dan mempunyai hak lebih jauh lagi. Bermula dari kekerasan verbal dapat membesar menjadi KDRT seperti memukul dan melakukan kekerasan yang lainnya dengan menggunakan kekerasan fisik. tips pertama dalam memilih pasangan adalah melihat ketika ia menyetir mobil, jika ia marah-marah terus dan tidak sabaran, maka dapat dilihat bahwa tempramennya tersebut adalah tinggi dan dapat kemungkinan pasangannya tersebut dapat perlakuan kekerasan verbal. selain itu, selama berpacaran, coba lihat perilaku yang baik atau tidak. Dalam arti, jika dalam bercanda saja sudah kasar, apalagi bila sudah menikah, tidak menutup kemungkinan kalau pasangahn tersebut akan melakukan kekerasan dalam fisik. so, berhati-hatilah dalam memilih pasangan, jangan sampai salah memilih pasangan karena jika salah memilih pasangan dan sudah menikah akan lebih sulit untuk diatasi.

30 November 2012

SAVE HUMAN!! (Nurul Permata Habsari)

     Banyak orang yang menganggap perempuan adalah makhluk lemah dan juga pantas untuk diinjak. Padahal, wanita adalah sama derajatnya dengan laki-laki, akan tetapi kekurangan perempuan  adalah dari segi fisik. Banyak juga pelecehan yang yang dilakukan kepada perempuan. salah satu pelecehan yang dialamim oleh beberapa perempuan adalah penjualan perempuan. Perempuan yang dijual adalah perempuan yang biasanya dari faktor ekonomi yang tidak mendukung sehingga lebih memilih untuk menjualkan perempuan kepada seseorang atau justru malah dijual ke luar negeri. Saya pernah mendengar bahwa dulunya pada tahun 90-an, terdapat perdagangan bayi yang terjadi di salah satu kota di Indonesia. Bayi-bayi tersebut berasal dari berbagai negara yang telah dibuang oleh ibunya. Bagi yang membeli bayi tersebut, dapat membeli bayi tersebut ke tempat yang telah disediakan. hal tersebut adalah salah satu perilaku yang tidak menghargai sesama manusia. Bayi tersebut adalah salah satu korban dari tidak adanya rasa menghargai sesama manusia. Selain perdagangan Bayi, terdapat juga perlakuan majikannya terhadap PRT nya tersebut. PRT adalah manusia yang sama dengan derajatnya. Terkadang manusia tidak memperlakuan PRT nya dengan tidak sopan dan juga terkadang ada yang sampai di siksa. Hal tersebut terjadi karena majikannya tersebut merasa mempunyai uang yang banyak sehingga ia dapat memperlakukan PRT nya tersebut dengan sesuka hati.
so, hargailah sesama manusia semaksimal mungkin dari hal yang minimal, karena dari hal yang minimal tersebut akan menghasilkan timbal balik yang maksimal juga.

30 November 2012

Not for Sale (Maulidhya Pramono)


     Perdagangan perempuan dan anak-anak bukan hal yang asing di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol PBB berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh.

Perdagangan manusia paling banyak terjadi pada perempuan dan anak-anak

     Para perempuan yang biasanya berasal dari kalangan sosial ekonomi bawah menjadi sasaran empuk bagi para pelaku perdagangan manusia. Para pelaku mengiming-imingi berbagai keuntungan dan juga harta yang berlimpah namun mereka tidak menceritakan secara detail mengenai pekerjaannya dan juga kadang melakukan pemalsuan identitas dari calon korban. Pada beberapa kasus, perdagangan perempuan dan anak-anak terjadi secara disadari oleh anggota keluarga, anggota keluarga mereka dengan sengaja menjual anak mereka demi mendapatkan sejumlah uang. Miris rasanya jika membayangkan bagaimana kondisi psikologis perempuan dan anak-anak korban perdagangan. Mereka harus bertahan didalam kondisi yang memprihatinkan karena kemerdekaannya di rebut secara paksa.
     Perhatian berbagai kalangan mengenai perdagangan manusia sudah cukup terlihat. MTV EXIT adalah salah satu bentuk kepedulian generasi muda akan adanya perdagangan manusia. MTV EXIT adalah akronim dari End Exploitation and Trafficking yang merupakan bentuk kampanye terhadap perdagangan manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan akan perdagangan manusia melalui acara-acara televisi, informasi melalui Internet, pertunjukan-pertunjukan langsung, dan kerjasama dengan organisasi-organisasi anti perdagangan.


MTV EXIT dapat menimbulkan kesadaran dan kepedulian anak muda akan adanya perdagangan manusia

     Acara seperti ini menjadi salah satu penggerak untuk kalangan muda agar sadar dan peduli akan adanya nasib beberapa saudara kita yang menjadi korban perdagangan manusia. Peran pemerintah juga sangat penting, adanya berbagai peraturan mengenai pemberantasan perdagangan manusia hendaknya dapat dilaksanakan dengan maksimal, jangan hanya menjadi penghias buku undang-undang semata.

Sumber: KPAI.go.id


29 November 2012

Kasih iIbu Sepanjang Masa...., Kasih Anak? (Anita Lusiana)


Manusia yang hidup, kelak nantinya akan menua. Seperti orangtua kita, mereka akan semakin tua, di samping umur kita yang akan semakin bertambah.  Orang tua kita, merawat kita hingga kita tumbuh dewasa. Semuanya diberikan, sekalipun nyawa sebagai taruhannya. Orangtua kita selalu mengajarkan kita saat kita tidak bisa apa-apa, orangtua kita selalu membuat makanan yang sehat dan enak untuk semua anaknya, orangtua kita selalu merapikan rumah di waktu senggangnya, padahal seharusnya di waktu sengganngnya adalah waktu untuk Beliau beristirahat karena sudah bekerja seharian untuk mengasuh kita.


Namun, adakalanya juga tubuh mereka menjadi lemah, dan tidak memiliki tenaga yang cukup seperti waktu Beliau muda. Namun, pernahkah kita berpikir, bagaimana cara membalas jasa kedua orangtua kita? Bisakah membalasnya dengan cara memberikan barang-barang mahal? atau bisakah dengan hanya memberikan uang yang berlimpah untuk digunakannya? Semua jawaban itu, tidak bisa! Orangtua kita hanya ingin diperhatikan, serta disayangi. Semua barang-barang mewah tidak berarti untuknya, karena sebenarnya, barang mewah yang Beliau punya hanyalah kita, sebagai anaknya.

Setelah puluhan tahun Beliau memberi pengorbanan yang sangat besar untuk kita, Mengapa saat mereka tua, kita berinisiatif untuk membuangnya ke tempat asing? Apakah karena mereka sudah tidak bisa lagi melayani kita sebagai "bos besar" di rumah? Sebuah tanda tanya besar muncul dikepala saya, bagi mereka yang dengan tega menempatkan orangtuanya ke Panti Werdha dengan alasan untuk membuat orangtuanya lebih bahagia.

Sekedar share sedikit, saya pernah pergi ke Panti Werdha yang ada di Jakarta Barat, sewaktu pelajaran Gerontologi, disana saya mendengar salah satu Oma yang bercerita, temannya meninggal karena penyakit katarak yang tidak disembuhkan. Sementara salah satu Oma menjadi Oma kesayangan di Panti tersebut, sehingga Oma itu selalu mendapat prioritas, entah karena apa.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan di Panti Werdha, jauh dari kata nyaman.
Jadi, sayangilah orangtua seperti sebagaimana mereka sangat menyangi kita. Jika mereka tidak ada, kita tidak akan ada di dunia ini.

Bagi orangtua, "Tidak ada tempat yang paling nyaman selain rumahnya sendiri".

28 November 2012

As Woman (Reberta Oktavela)


Cantik itu relatif, cantik tidak hanya diukur dari wajah, dan bentuk tubuh saja. Cantik itu adalah bagaimana seseorang menghargai dan menjaga tubuh mereka. Jika seseorang mulai merasa dirinya itu ada suatu hal yang kurang, misalnya: kurang cantik, lemak dimana-mana mereka akan berusaha mencari cara untuk menutupi kekurangannya tersebut, dari mulai yang sederhana memakai produk perawatan anti aging, kosmetik, sampai ke bedah plastik. Ketidakpuasan tubuh adalah ketidakpuasan terhadap bagian spesifik pada tubuh (lengan, kaki, atau wajah). Ketidakpuasan tubuh ini biasanya berimplikasi pada karakteristik individu dan faktor sosial. Karakteristik individu dapat berupa BMI, self esteem, perilaku makan, dan dinamika keluarga, sedangkan pada faktor sosial budaya berupa media dan tekanan sosial untuk menjadi kurus pada perempuan dan otot-otot untuk laki-laki. Ketidakpuasan tubuh pada wanita mengarah pada gangguan makan yang berfokus pada penurunan berat badan. Efek negatif dari ketidakpuasan tubuh dapat mempengaruhi harga diri sehingga low self esteem, depresi, kecemasan, diet berlebihan, dan juga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Salah satu penyebab seseorang mengalami ketidakpuasan tubuh adalah media, media biasanya memakai figur yang menarik untuk menarik perhatian konsumennya. Iklan kecantikan, susu penurun berat badan  misalnya, pada iklan tersebut dihadirkan sosok wanita yang sangat langsing dan sangat cantik. Iklan tersebut seolah-olah membuat wanita untuk takut menjadi tua, keriput, kehitaman, rambut rontok, dan paha yang gemuk. Kesempurnaan menjadi gambaran perempuan dalam iklan, sehingga seolah-olah hanya yang sempurna yang mampu menikmati hidup ini. Jika dilihat lebih cermat, kebanyakan produk yang diiklankan adalah memakai figur seorang wanita, hal ini tidak bisa dipungkiri karena wanita adalah pasar yang sangat besar bagi produsen, bisa dilihat dari sangat banyaknya produk kosmetik yang diciptakan untuk wanita, wanita selalu ingin tampil menarik, sehingga membuat wanita berbondong-bondong membeli produk tersebut agar tampil cantik. Faktor lain mengapa wanita kebanyakan menjadi figur iklan adalah wanita dianggap mampu menguatkan pesan iklan. Wanita merupakan elemen agar iklan mempunyai unsur menjual. Wanita dalam iklan akan menambah daya tarik masyarakat untuk menikmati pesan iklan.

28 November 2012


Kamis, 29 November 2012

As Family (Reberta Oktavela)


Keluarga adalah tempat dimana kita merasa aman dan nyaman. Bagaimana jika sebuah rumah bukanlah tempat yang tidak nyaman lagi jika ada anggota keluarga yang melakukan kekerasan terhadap anggota keluarganya yang lain? Menurut data KOMNAS perlindungan perempuan  kasus KDRT pada tahun 2010 meningkat sekitar  6,25% dan diprediksi akan meningkat tiap tahunnya. Faktor utama terjadinya kasus KDRT adalah dominasi suami terhadap istri dan faktor ekonomi. Kekerasan ekonomi yang dialami korban sebagian besar adalah tidak diberi nafkah untuk biaya hidup sehari-hari, dalam bentuk lainnya adalah korban ditelantarkan suaminya yaitu ditinggal pergi oleh suaminya sehingga otomatis juga tidak diberi nafkah. Penelantaran yang dilakukan oleh suami ini banyak dilatarbelakangi oleh adanya perselingkuhan. Dalam beberapa kasus kekerasan ekonomi (penelantaran) terdapat korban yang akhirnya sampai menjadi PSK, karena dia harus menanggung biaya hidup dirinya dan anak-anak yang tinggal bersamanya. Kekerasan tidak hanya pada hubungan keluarga saja, namun bisa saja terjadi pada hubungan berpacaran, kekerasan yang biasa dilakukan adalah baik dalam bentuk fisik, psikologis, maupun seksual disebabkan karena hubungan yang tidak seimbang, tidak ada keberanian untuk menolak apalagi melawan.

Kekerasan dalam keluarga, terutama kekerasan seksual pada anak juga kerap terjadi. Namun, kekerasan seksual pada anak jarang melaporkannya ke pihak berwenang karena dianggap itu sebagai aib keluarg. Tak jarang pelakunya pun merupakan anggota keluarganya sendiri, seperti saudara kandung, ayah tiri, dan paman. Biasanya pelaku memberikan ancaman jika hal tersebut diberitahukan ke orang lain. Bentuk kekerasan seksual terhadap anak dapat berupa langsung dan tidak langsung. Kekerasan seksual langsung misalnya, meraba tubuh seperti payudara atau bokong, sedangkan kekerasan seksual secara tidak langsung yaitu seperti eksibisionisme atau pornografi pada anak seperti memotret atau merekam  bagian tubuh anak. Ada beberapa ciri anak yang mengalami sexual abuse, yaitu: perubahan perilaku, anak tiba-tiba berubah menjadi pendiam, tidak nafsu makan, sulit tidur, takut, sulit berkonsentrasi, hilangnya kepercayaan kepada orang lain, menjadi depresi, hingga sampai berniat untuk melakukan bunuh diri.
Anak adalah titipan Tuhan, hendaknya kita menjaga dan merawatnya dengan baik, agar tumbuh dengan baik pula.

28 November 2012

Child and Parents (Reberta Oktavela)


Seorang anak yang berumur lima sampai enam tahun biasanya sangat bersemangat untuk bersekolah dan bermain dengan saudara ataupun teman-temannya. Namun, pada sebagian anak tidak bisa merasakan hal itu, anak tersebut diharuskan bekerja oleh orangtuanya untuk membantu perekonomian keluarga. Saya jadi teringat dengan cerita dosen saya di perkuliahan, di salah satu Negara tersebesar seorang anak dipekerjakan untuk membantu orangtuanya dalam penjualan barang ilegal, pada saat melewati imigrasi ayahnya meminta anaknya yang menyimpan barangnya di tas sekolah anaknya agar barang tersebut tidak ketahuan oleh penjaga imigrasi. Ada sebuah cerita lagi yang membuat saya terkejut, bayi yang baru lahir diperjual-belikan tidak hanya untuk masalah aborsi atau pancingan, melainkan juga sebagai alat untuk menyimpan obat-obat terlarang. Jadi, pada saat di bandara pasangan suami istri berserta membawa "anaknya" untuk pergi ke suatu tempat dengan alasan liburan, namun ternyata pesawat yang mereka tumbangin itu mengalami keterlambatan yang cukup lama, pada saat itu salah satu petugas bandara melihat bayi itu terlihat biru dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Setelah diperiksa ini itu, ternyata terdapat banyak obat terlarang di perut sang bayi!!!

Orangtua adalah orang yang harus kita hormati, karena mereka lah yang merawat kita dari kecil. Orangtua yang ketika mereka sudah lansia kerap dimasukkan oleh anggota keluarganya ke panti werdha yang mungkin dikarenakan anak-anaknya terlalu sibuk hingga tidak bisa mengurusi orangtuanya, walaupun demikian ada juga sebagian dari mereka sendiri yang mau masuk ke panti werdha. Di panti werdha mungkin anaknya berpikir bahwa orangtua mereka akan dirawat dengan baik, namun kenyataannya tidak demikian. Kebanyakan mereka tidak dirawat dengan baik, dan mereka pun kebanyakan merasa kesepian dan merindukan anak-anaknya.  Tak dipungkiri, ada dari mereka yang mengalami stress hingga depresi karena tidak ada yang bisa di ajaknya untuk sharing, berbagi pengalaman, dan keinginan mereka.

Ada kutipan dari yang pernah saya baca, dia menuliskannya seperti ini: "Mengapa orangtua selalu menganggap anaknya itu sebagai anak kecil? Karena orangtua sangat mencintai anaknya dari sebelum lahir hingga mereka meninggal."

28 November 2012

Inner Beauty (Ibarat Dewi Lakshmi) (Angela Kharista)


Bagi pria, wanita merupakan sosok teladan dan pembimbing dalam menempuh kehidupan rohaninya. Kasih yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri merupakan sifat bawaan dalam diri wanita. Wanita yang berpengetahuan, berbudaya, diikat dengan kasih, dan selalu waspada mempertimbangkan apakah perkataan dan perbuatannya sudah selaras dengan moral, wanita tersebut ibarat Dewi Lakshmi, Dewi Kekayaan, yang membawa kebahagiaan dan keberuntungan bagi rumah tangganya. Wanita yang terikat kepada suaminya oleh cinta kasih benar-benar merupakan sekuntum bunga yang langka dalam menebarkan keharumannya. Wanita tersebut bagaikan permata yang memancarkan cahayanya dalam keluarga begitu cemerlang.

Sifat-sifat seperti kesopanan, kerendahan hati, dan bakti kepada Tuhan adalah perhiasan sejati bagi wanita, atau biasa dunia menyebutnya dengan inner beauty. Wanita memelihara nilai-nilai tradisional suatu kebudayaan agar bangsa tetap seimbang dan stabil. Wanita yang mengetahui teknik ketenangan batin, harmoni sosial, pengabdian tanpa pamrih, dan kepuasan ekonomi akan menjadikan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya kuat, jujur, dan bahagia.

Kebajikan dan kesucian merupakan ideal bagi setiap wanita. Itulah keutamaan yang paling terpuji pada wanita. Dengan kebajikan dan kesucian itu wanita dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan orang yang ia sayangi. Kesopanan dan kerendahan hati juga sangat penting bagi wanita. Tanpa kesopanan dan kerendahan hati, wanita tidak memiliki keindahan dan budaya. Kerendahan hati, kemurnian pikiran, tata krama, kesabaran, kelembutan hati, dipadu dengan cita-cita yang luhur, kepekaan, dan watak yang menyenangkan serta ramah, gabungan sifat-sifat ini adalah perhiasan paling berharga bagi wanita (inner beauty).

28 November 2012

Wanita dan Pekerjaan (Angela Kharista)


Dewasa ini semakin banyak wanita yang menempuh pendidikan modern. Mereka bekerja di kantor, sekolah, dan pabrik. Mereka juga mencapai kedudukan yang tinggi dalam berbagai bidang lain. Tetapi sebagian dari mereka bekerja karena terdorong oleh keinginan untuk membanggakan diri, bukannya karena ingin melaksanakan ideal pelayanan tanpa pamrih. Keinginan mereka akan kenyamanan meterial semakin lama semakin besar. Namun, bila wanita mengejar pekerjaan, siapa yang akan mengurus rumah tangga? Bila ayah dan ibu keduanya bekerja di kantor mencari uang, bagaimana jadinya dengan anak-anak mereka nanti? Bila sang ibu menghabiskan waktunya memperlajari buku-buku, siapa yang akan bekerja di dapur? Mungkin mereka akan memperoleh uang lebih banyak, tetapi itu hanya akan menambah kecemasan, kegelisahan, dan kerugian.

Wanita yang bekerja akan mendapati bahwa mereka tidak benar-benar berbahagia, kecuali mereka melakukan pekerjaan mereka dengan passion yang kuat dari dalam diri mereka. Wanita yang terpelajar harus menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk mengasuh anak-anaknya sehingga mereka tumbuh menjadi pecinta tanah air yang sehat, bajik, dan berdisiplin, yang berguna bagi nusa bangsa, kebudayaan, dan masyarakat. Mendapatkan uang bukan tujuan akhir pendidikan. Ketamakan untuk memperoleh uang dengan segala cara dan secepat mungkin telah menyebabkan kejahatan yang dewasa ini kita lihat dalam masyarakat. Uang menimbulkan rasa sombong, dan kesombongan menimbulkan rasa benci.

Bila wanita meninggalkan rumah untuk bekerja, di manakah ibu rumah tangga yang akan melakukan pekerjaan rumah tangga? Bila suami istri keduanya pergi ke kantor, lalu mana ibu yang akan merawat anak-anaknya? Bila sang ibu pergi ke sekolah mengajar anak-anak lain, siapa yang akan mengajar anak-anaknya sendiri? Walaupun mungkin keadaan uang membaik, berbagai kesulitan lain akan timbul dalam rumah tangga. Dalam usahanya memperoleh kesenangan, wanita bekerja di kantor hanya akan memperoleh kehampaan dalam rumah tangganya.

Janganlah pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh koki, pembantu, pengasuh, dan lain-lainnya! Wanita tidak boleh tergantung kepada mereka dalam merawat anak-anak atau melayani suaminya.

28 November 2012