Kamis, 28 Maret 2013

Homophobia: Say No to Homoseksual (Sylvia Kristiani)

Pada pelajaran minggu ini, saya banyak mendapatkan inspirasi mengenai homophobia dan homoseksual. Saya baru mengetahui istilah homophobia. Saat itu merupakan pertama kalinya saya mendengar istilah tersebut. Ada orang-orang yang begitu takut dengan homoseksual. Bahkan untuk membicarakannya pun sudah membuat mereka memiliki perasaan yang tidak nyaman. Namun, saya jadi berpikir dan bertanya-tanya, apakah seseorang yang mengalami homophobia dapat menjadi homoseksual karena adanya suatu kejadian tertentu sehingga menyebabkan orientasi seksualnya berubah?
Selain itu, saya juga berpikir mengenai profesi seorang psikolog yang menjadi cita-cita saya. Sebagai seorang psikolog, mungkin suatu saat ia akan menghadapi suatu tantangan dalam menghadapi kasus-kasus yang berhubungan dengan homoseksual. Di satu sisi, homoseksual dianggap sebagai suatu hal yang tidak normal di masyarakat. Seseorang harus memiliki pasangan yang berbeda dengan jenis kelamin dirinya. Adanya pertentangan dengan ajaran agama juga merupakan suatu tantangan tersendiri. Namun, di sisi lain, profesi sebagai seorang psikolog juga dituntut untuk memperhatikan kesejahteraan setiap individu. Jika individu yang mengalami homoseksual sudah merasa nyaman dengan keadaan tersebut, maka ia berhak untuk terus berada dalam keadaan itu.
Seandainya saya berhadapan dengan situasi tersebut, maka akan sangat sulit memutuskan apa yang harus saya lakukan. Namun, mungkin hal yang perlu saya ingat adalah bahwa seseorang yang memiliki orientasi seksual homoseksual atau biseksual juga merupakan manusia biasa yang patut dihargai dan berhak mendapatkan kehidupan yang layak.

5 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar