Minggu, 31 Maret 2013

Social History of the Clients: Don’t Treats Them Equally, Nobody Have the Exact Similar Experience (Lusiana Rio Santoso)


Pada kelas TekWan hari ini (21/03/2013) temanya adalah mengenai Social History atau riwayat sosial klien. Apa saja yang termasuk dalam riwayat sosial klien yang wajib diketahui oleh psikolog yang menangani klien tersebut. Awalnya ketika melihat judul ‘Social History’ muncul di slide pertama, saya pikir… lho? kok sosial? maksudnya tentang sejarah ilmu sosial kah? kok kayak sosiologi atau psikologi sosial sih? hehehe… Oh saya salah, ternyata begitu diartikan ke dalam bahasa ibu saya, Indonesia, maksudnya riwayat sosial klien toh… Oke saya salah mengartikan istilah asing itu mentah-mentah hahaha…
 
Mengapa sih penting bagi psikolog untuk mengetahui Social History klien? karena jelas tidak ada 2 orang di dunia ini yang memgalami experience yang sama dalam hidupnya. Setting boleh saja sama, tapi bagaimana respon dan perasaan tiap individu ketika ia mengalami suatu kejadian tentu tdiak akan sama. Social History klien dipengaruhi baik oleh Nurture (dari lingkungan dimana ia bertumbuh secara psikologis, pergaulannya dan lain-lain) maupun Nature (bawaan lahir, kondisi psikologis yang muncul semenjak ia dalam kandungan-konon kondisi psikologis ibu hamil akan mempengaruhi janin juga). Dari cara klien menceritakan Social History dirinya kita juga dapat mengetahui kemampuan adaptive dan maladaptive klien. Adaptive jika klien mampu mengatasi segala permasalahannya dengan tanpa berlarut-larut, dan maladaptive jika klien terlalu mudah tenggelam dalam permasalahan dan berlarut-larut pula. Semua itu dapat menjelaskan orang seperti apa klien tersebut.
 
Dijelaskan pula bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan Social History dari klien, umumnya, untuk bisa mengumpulkan informasi mendetail mengenai klien tidak lebih dari 1 sesi, paling lama membutuhkan 3 sesi dan berdurasi sekitar 4,5 jam. Bisa didapatkan dengan cara Oral maupun Written, tergantung klien maunya dan bisanya seperti apa.
 
Baiklah, jadi apa saja sih yang harus diketahui psikolog dari kliennya? terutama hal-hal yang perlu diketahui untuk mempermudah psikolog dalam mencari akar permasalahan dan penyelesaian dari dan bagi klien. Banyak yang perlu diketahui, mulai dari silsilah keluarga klien, lingkungan social klien, riwayat pendidikan klien dan bagaimana prestasi klien ketika masih sekolah dan setelah klien bekerja. cara bergaul klien sejak dulu hingga sekarang, apakah klien mengkonsumsi kafein atau alcohol dan obat-obatan lain, dan apakah ada riwayat gangguan mental pada keluarga klien atau tidak… pokoknya berbagai aspek-aspek penting yang sifatnya pribadi dari diri klien itu harus bisa diketahui (dengan cara yang bisa diterima oleh klien tentunya). Tidak mungkin juga kita menilai seseorang begini atau begitu kalau kita tidak tahu apa-apa mengenai orang tersebut bukan? nanti jadinya kalau kata anak gaul sekarang itu ya sotoy hahaha… tapi jangan sok mau tahu juga alias kepo. Sulit memang, harus tahu banyak hal mendetail mengenai klien tanpa harus terkesan kepo, tapi disitulah pemahaman dan penerapan kita mengenai seni teknik wawancara diuji. 
 
Dari pengalaman saya sendiri (yang masih sedikiiiiiit banget), jelas berbeda ketika kita mewawancarai subjek dengan gangguan mental dan yang tidak ada gangguan mental yang parah (ya stress dikit sih pasti ada lah…). Ketika mewawancarai subjek dengan kondisi mental yang baik-baik saja, subjek cenderung lebih mudah untuk menceritakan hal-hal yang sifatnya bisa dibilang agak sensitif (meski tidak sampai mendetail juga), berbeda dengan subjek dengan gangguan mental, yang cenderung terlihat tidak nyaman duluan jika harus mengingat-ngingat hal-hal yang sifatnya terlalu traumatis bagi dirinya (jika klien mengalami PTSD terutama). Dan menggali informasi dari klien dengan gangguan-gangguan semacam skizofrenia dan gangguan jiwa lainnya juga harus hati-hati, saya pernah mewawancarai (tepatnya ngobrol sih ya…) dengan pasien di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Jakarta pusat (atau barat, saya nggak yakin hehehe…), pasien itu bercerita dengan sangat lancarrrr, tapiiii….. berhubung pasien statusnya masih harus diberi obat-obatan penenang secara teratur dan bicaranya juga agak ngawur, yang jelas apapun yang ia ceritakan jangan langsung dipercaya 100% juga… entah mengenai bagaimana ia bisa terdampar di RSJ tersebut, ataukah ketika ia bilang bahwa ia sudah sembuh dan mengenai asal-usulnya terutama harus diteliti apakah benar atau tidak… lho? ini curcol’an saya kira-kira nyambung nggak sih dengan pembahasan social history? hehehe… kalau kata salah satu dosen saya di kampus, saya suka ‘sekedar sharing’ meski ‘sekedar sharing’nya saya itu entah nyambung atau tidak. 
 
Yah inti dari tulisan yang lumayan panjang dan (mungkin) tidak berbobot ini adalah, penting bagi psikolog, dokter, dan profesi-profesi yang berhubungan dengan kemakmuran psikologis dan fisik orang lain untuk mengetahui Social History’nya, karena tiap orang memiliki riwayat hidup yang berbeda dan penanganannya pun tentu tidak bisa disamaratakan.  
 
26 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar