Minggu, 31 Maret 2013

Social History (Arief NC)

     Sejak SMA sampai sekarang, kalau ada tugas wawancara selalu diberikan tujuan, misalnya wawancara guru, wawancara orangtua, wawancara seorang wirausahawan, wawancara psikolog, dan lain-lain. Namun, selama ini yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan membina hubungan yang baik agar wawancara menjadi lancar, melatih teknik bertanya, melatih cara berpikir kritis, dan sebagainya. Semua itu lebih mengarah ke teknisnya wawancara. Pernahkah terpikir apa saja yang dapat berpengaruh pada pengalaman narasumber dan pendapat-pendapatnya ketika diwawancara? Itulah yang akan kita bahas kali ini, social history (riwayat sosial)....
     Judulnya memang history (sejarah atau riwayat), jangan dianggap seperti pelajaran sejarah yang penuh dengan nama-nama artis dan tahun-tahun berjayanya. Konteksnya itu sosial, artinya yang kita bicarakan adalah konteks munculnya masalah klien dari lingkungan  sosialnya. Melalui riwayat sosial, kita akan mampu mengenal klien lebih dalam dan mengetahui akar masalahnya termasuk pandangannya terhadap sebuah peristiwa. Riwayat sosial ini beraneka ragam, dapat berupa cerita dari klien, family origin, pendidikan, dan masih banyak lagi. Konteks seperti apapun hampir sama, kalau berbincang atau wawancara dengan seseorang yang mencurahkan isi hatinya (curhat), apa yang kita cari? masalahnya. Masalah yang dialaminya itu yang menjadi target selama ini. Ketika ditanya, memangnya masalah itu darimana asalnya? Bingung, galau, tidak tahu, ragu-ragu menjawab, dan teman-temannya melebur dalam pikiran kita. Itu berarti kita belum dapat membantu orang ini, karena belum benar-benar mengerti peristiwa yang dihadapinya termasuk akar masalahnya. Poin terpentingnya itu seperti apakah orang ini memaknai peristiwa itu? Apa tujuannya? Agar kita mengetahui bagaimana dia menghadapi situasi itu tentunya. Seseorang yang datang kepada kita bukan orang yang tidak bisa menghadapi masalah. Mereka tahu caranya, tetapi cara yang digunakan itu tidak cukup efektif, sehingga membutuhkan bantuan dan dukungan dari kita.
pencenk-estry.blogspot.com
     Supaya mudah membayangkan tentang family origin, bayangkanlah pohon keluarga, bukan pohon tauge, pohon beringin, dan pohon pisang. Salah satu kegunaannya mengetahui darimana asalnya masalah yang dialami klien, baik itu berupa gangguan yang berasal dari lingkungan keluarga, atau secara genetik (keturunan). Misalkan apabila konteksnya klinis, anggota keluarga yang mana saja yang mengalami gangguan sama dengan klien? Apakah ada penyebab gangguan itu secara genetik? Lingkungan keluarga juga dapat memengaruhi apa yang terjadi pada klien. Contohnya satu rumah terdiri dari 10 keluarga dan keputusan klien (anak) harus dipertimbangkan oleh 10 keluarga itu. Andaikan 10 keluarga itu tidak menyetujui keputusannya, lebih berat tidak disetujui orangtua saja atau tidak disetujui oleh keluarga sendiri dan keluarga besar secara serempak? Bisa jadi pada akhirnya anak akan merasakan kecemasan saat ingin mengungkapkan pendapat atau keputusannya, sebab selalu berpikir akan ditolak sejumlah orang.
     Melalui pendidikan pun kita juga dapat mengenali seseorang. Melalui pendidikan kita dapat mengetahui bagaimana dan seberapa keras usahanya mencapai performa selama ini, termasuk seberapa baik performanya. Satu hal yang perlu diingat, seseorang yang sukses secara akademik belum tentu bagus juga di dunia kerja. Ada banyak sekali faktor yang memengaruhinya, salah satunya apakah dia mudah dibentuk oleh lingkungan kerjanya atau tidak. Lowongan kerja di koran umumnya menuliskan satu soft skill, yaitu fleksibilitas. Berarti kandidat diharapkan merupakan orang yang dapat menempatkan diri dalam berbagai situasi dan bersedia dibentuk. Terdapat kecenderungan bahwa orang yang berprestasi itu lebih sulit dibentuk, terutama apabila dia masih "memaksakan" konsep yang sudah dipelajari. Perlu diketahui, konsep yang dipelajari melalui pendidikan itu adalah dasarnya, di tempat kerja tersedia konsep pengembangannya. Itulah hambatannya dalam kesuksesan.
     Itu baru sebagian kecil dari riwayat sosial, tidak perlu galau karena memikirkan apa saja yang tercakup dalam riwayat sosial. Semuanya memang banyak, semuanya berbeda, tetapi penerapannya sama. Secara sederhana, riwayat sosial ini adalah sesuatu yang dapat kita tanyakan saat wawancara, terutama untuk sesi pertama. Sesi pertama adalah saat-saatnya gencar mengumpulkan data mengenai klien dan mengorganisasikannya agar lebih teratur dan mudah dipahami. Biarlah klien bercerita minimal satu makalah kalau dibuat dalam bentuk tertulis. Tujuannya adalah agar klien mampu melepas sebagian dari bebannya, agar pada sesi berikutnya dia merasa lebih baik. Selain itu, kita juga memiliki lebih banyak informasi setelah bertanya mengenai riwayat sosialnya dan mampu mendapat gambaran seperti apa dia. Kita tidak akan pernah mengenal lebih dalam siapa lawan bicara kita jika kita menutup mata dari apa yang dialaminya dan dia rasakan selama ini. Ketika kita tahu apa yang dialami dan dirasakannya, di situlah kita akan mulai mengenalnya.
 
21 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar