Pertemuan kali ini membahas mengenai social history. Ketika Ibu Henny membahas mengenai faktor-faktor yang termasuk dalam social history membuat saya sebagai pendengar ikut bertanya dalam diri saya, misalnya “dampak dari pengalaman menghadiri acara A terhadap diri saya sendiri apa?”. Bisa saja positif, bisa jadi negatif. Hal apakah yang menyebabkan saya memandang pengalaman tersebut negatif ataupun positif? Banyak. Bahkan terkadang saya sendiri tidak dapat menjawabnya. Aneh? Lucu? Begitulah uniknya manusia.
Pada satu slide di mana Ibu Henny meminta kami semua untuk menganalisa kasus kecil yang membuat kami semua riuh karena saling melontarkan pendapat. Saya tertawa ketika saya dan kedua teman saya melontarkan pendapat kami masing-masing yang berbeda mengenai kasus kecil tersebut. Di sini saya menjadi lebih memahami betapa manusia sungguh kompleks. Berbagai latar belakang keluarga, pertemanan, pola asuh, kegiatan, pendidikan, pengalaman hingga aktivitas apa yang kita lakukan di waktu senggang pun mempengaruhi kita dalam memandang atau memaknai sesuatu. Luar biasa. Bahkan seseorang yang memiliki saudara kembar, yang katanya memiliki kemampuan telepati mampu memiliki perbedaan pandangan terhadap satu hal.
Jejak-jejak seperti latar belakang keluarga, pertemanan, pola asuh, kegiatan, pendidikan, pengalaman hingga aktivitas yang kita lakukan di waktu senggang dapat menjadi petunjuk bagi psikolog klinis untuk mengetahui klien. Hal ini pula yang menjadi andalan psikolog klinis dalam mengumpulkan informasi klien yang sedang ditangani. Dari sini psikolog klinis menjadi tahu topik atau kata sensitif apa bagi klien, sebagai contoh: kata “bahagia” merupakan hal sensitif bagi klien. Kejadian-kejadian apa yang membuat klien trauma atau “terpukul” atau sangat berat bagi klien. Jejak-jejak ini pula yang membantu psikolog klinis mengetahui bagaimana cara membantu klien sehingga klien dapat menjalani kehidupannya dengan enjoy.
25 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar