Minggu, 24 Maret 2013
THE BASIC OF INTERVIEW (Jessica Octavia)
Setelah beberapa minggu belajar mengenai wawancara, saya bertanya-tanya, apakah diperlukan keterampilan tertentu dalam melakukan teknik wawancara??
Pertanyaan saya terjawab pada minggu ini: ya, dalam wawancara diperlukan keterampilan-keterampilan dasar tertentu. Berikut adalah rangkuman secara singkat mengenai keterampilan dasar wawancara
Salah satu keterampilan yang dibutuhkan adalah kemampuan interviewer dalam membina rapport.
Kondisi nyaman dan hangat harus tercipta saat proses wawancara dilakukan, sehingga klien dapat bereksplorasi dengan bebas dan nyaman. Membina rapport bisa dilakukan dengan cara menyambut klien dengan senyuman, menjabat tangan, atau sambutan yang bersahabat, seperti dengan menyapa atau dengan menanyakan kabar klien.
Namun interviewer harus aware dengan perbedaan budaya yang ada, karena dengan adanya kesalahan dalam membina rapport maka prosedur wawancara akan menjadi kurang efektif.
Penggunaan bahasa perlu diperhatikan. Interviewer patut menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan latar belakang pendidikan, sosio-ekonomi, serta budaya klien. Atur tata bahasa yang akan digunakan sebaik mungkin agar tidak menyinggung dan sesuai dengan klien.
Dalam pembinaan rapport, interviewer patut menghindari ekspresi wajah datar maupun ekspresi yang berlebihan, karena sikap dan tanggapan dari interviewer merupakan kunci dari terciptanya rapport yang baik.
Selain itu perlu diperhatikan juga karakteristik ruangan tempat dimana akan dilaksanakannya interview, seperti ukuran kursi yang akan digunakan, jarak antar interviewer dengan klien, dan lain-lain.
Ornamen yang berlebihan di dalam ruangan juga dapat mempengaruhi efektivitas pembinaan rapport.
Interviewer dihimbau untuk tetap memusatkan perhatian penuh pada klien dengan tidak menerima panggilan telepon maupun pesan singkat (SMS) saat sedang melakukan proses wawancara. Karena ketika perhatian interviewer teralih maka klien akan merasa kurangnya rasa empati interviewer terhadap klien.
Interviewer hanyalah manusia biasa. Interviewer tidak selalu ‘tahu’ dan ‘pernah’ mengalami masalah seperti yang sedang dialami oleh klien. Ketika hal tersebut terjadi, interviewer tidak perlu menjadi sosok yang ‘serba tahu segalanya’. Berempati terhadap klien merupakan cara terbaik dalam mengatasi kendala tersebut.
Kembali pada prinsip awal, klien datang karena ada satu tujuan: ingin didengarkan dan ingin dibantu. Jadilah pendengar yang baik dan bantulah klien dengan semaksimal mungkin. Talk less, but listen and do more!
19 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar