Orang dewasa biasanya mencari dan memiliki
pasangan untuk dijadikan pendamping hidupnya. Pasangan yang berpacaran dari
awal akan menetapkan komitmen dalam hubungan yang akan dijalani bersama. Dengan
memiliki pasangan, kita akan mendapatkan keuntungan, seperti mempunyai sahabat,
hubungan emosional, dan dukungan secara ekonomi. Dalam memilih pasangan pun,
kita lebih suka memilih yang memiliki kesamaan dengan kita, entah itu kesamaan
kesukaan, agama, ras, dan lainnya. Akan tetapi, masih ada interracial dating, yaitu pacaran yang berbeda ras, agama, atau
budaya. Namun, pasangan ini dikatakan lebih mudah mengalami perceraian
dibandingkan dengan pasangan dengan ras yang sama.
Hubungan pacaran biasanya akan berlanjut ke
jenjang pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan pun berbeda di tiap budaya
atau negara. Misalnya saja di Afrika Selatan (Hottentots), pria boleh menikahi
sepupunya dan bebas memilih sepupu perempuan yang akan dinikahinya. Di
Indonesia, jarang sekali ada yang menikah dengan sepupunya. Pernikahan yang
bertahan sampai usia lanjut, akan memiliki dampak positif bagi kedua pasangan
umumnya. Akan tetapi, aktivitas seksual pada usia lanjut akan berkurang,
terutama bagi perempuan. Pasangan usia lanjut akan lebih mengutamakan
keharmonisan atau pemenuhan hubungan emosional daripada seksual. Namun, yang
namanya pernikahan belum tentu semua berjalan mulus dan berakhir bahagia. Ada pernikahan
yang berakhir perceraian dan tingkat perceraian semakin tinggi sekarang ini.
Contoh yang sangat terlihat terjadi di kalangan artis-artis Indonesia. Banyak pasangan
yang baru menikah dan mempunyai anak-anak yang masih kecil sudah memutuskan
untuk bercerai. Adapula pasangan artis yang sudah lama membina hubungan rumah
tangga dan bercerai.
Apakah memang semudah itu untuk bercerai? Apakah
memang tidak bisa mempertahankan hubungan, apalagi bagi pasangan yang memiliki
anak?
Ya… sekarang
proses perceraian tampak lebih mudah dijalankan, sehingga banyak pasangan yang
memilih untuk berpisah. Alasan untuk bercerai pun beragam, yaitu karena
kesalahan pasangan atau tidak ada kesalahan (no-fault divorce). Kesalahan
yang dilakukan biasanya dikarenakan adanya pihak ketiga atau korban KDRT. Padahal,
buat apa menikah jika salah satu pasangan berniat mendua atau menyakiti
pasangannya? Sedangkan, no-fault divorce dikarenakan ketidakcocokan pada
pasangan yang bisa dikarenakan faktor beda ras, agama, atau usia. Perceraian yang
terjadi pun membuat kaum wanita depresi pertamanya, tetapi dapat lebih bahagia
dan terbiasa sejalan waktu. Bagi pria, kesenangan atau kebebasan yang dirasakan
pertama dan setelah itu, kesehatan fisik dan mental yang menurun karena tidak
ada yang mengurus mereka.
~ Do you want your life to have a happy
ending?
Just keep your commitment with your
partner forever~
15 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar