Selasa, 26 Maret 2013

Adult Relationship (Dating -> Marriage -> Divorce?) (Aurelia Felicia)


   Orang dewasa biasanya mencari dan memiliki pasangan untuk dijadikan pendamping hidupnya. Pasangan yang berpacaran dari awal akan menetapkan komitmen dalam hubungan yang akan dijalani bersama. Dengan memiliki pasangan, kita akan mendapatkan keuntungan, seperti mempunyai sahabat, hubungan emosional, dan dukungan secara ekonomi. Dalam memilih pasangan pun, kita lebih suka memilih yang memiliki kesamaan dengan kita, entah itu kesamaan kesukaan, agama, ras, dan lainnya. Akan tetapi, masih ada interracial dating, yaitu pacaran yang berbeda ras, agama, atau budaya. Namun, pasangan ini dikatakan lebih mudah mengalami perceraian dibandingkan dengan pasangan dengan ras yang sama.

   Hubungan pacaran biasanya akan berlanjut ke jenjang pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan pun berbeda di tiap budaya atau negara. Misalnya saja di Afrika Selatan (Hottentots), pria boleh menikahi sepupunya dan bebas memilih sepupu perempuan yang akan dinikahinya. Di Indonesia, jarang sekali ada yang menikah dengan sepupunya. Pernikahan yang bertahan sampai usia lanjut, akan memiliki dampak positif bagi kedua pasangan umumnya. Akan tetapi, aktivitas seksual pada usia lanjut akan berkurang, terutama bagi perempuan. Pasangan usia lanjut akan lebih mengutamakan keharmonisan atau pemenuhan hubungan emosional daripada seksual. Namun, yang namanya pernikahan belum tentu semua berjalan mulus dan berakhir bahagia. Ada pernikahan yang berakhir perceraian dan tingkat perceraian semakin tinggi sekarang ini. Contoh yang sangat terlihat terjadi di kalangan artis-artis Indonesia. Banyak pasangan yang baru menikah dan mempunyai anak-anak yang masih kecil sudah memutuskan untuk bercerai. Adapula pasangan artis yang sudah lama membina hubungan rumah tangga dan bercerai.

   Apakah memang semudah itu untuk bercerai? Apakah memang tidak bisa mempertahankan hubungan, apalagi bagi pasangan yang memiliki anak?
 
Ya… sekarang proses perceraian tampak lebih mudah dijalankan, sehingga banyak pasangan yang memilih untuk berpisah. Alasan untuk bercerai pun beragam, yaitu karena kesalahan pasangan atau tidak ada kesalahan (no-fault divorce). Kesalahan yang dilakukan biasanya dikarenakan adanya pihak ketiga atau korban KDRT. Padahal, buat apa menikah jika salah satu pasangan berniat mendua atau menyakiti pasangannya? Sedangkan, no-fault divorce dikarenakan ketidakcocokan pada pasangan yang bisa dikarenakan faktor beda ras, agama, atau usia. Perceraian yang terjadi pun membuat kaum wanita depresi pertamanya, tetapi dapat lebih bahagia dan terbiasa sejalan waktu. Bagi pria, kesenangan atau kebebasan yang dirasakan pertama dan setelah itu, kesehatan fisik dan mental yang menurun karena tidak ada yang mengurus mereka.

~ Do you want your life to have a happy ending?
Just keep your commitment with your partner forever~
 
15 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar