Sterilisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu sterilisasi untuk
wanita dan untuk pria. Pada wanita, sterilisasi dilakukan dengan tubal sterilization (tubektomi). Metode
ini dilakukan dengan memotong, mengikat, atau pembakaran (kauterisasi)
tuba fallopi yang merupakan saluran antara ovarium dan rahim untuk
kontrasepsi permanen. Sterilisasi pada pria disebut vasektomi. Makanan
apakah vasektomi itu? Vasektomi itu adalah metode operasi dalam
memotong, kauterisasi, dan mengikat vas deferens pada penis (Carroll,
2010). Keduanya merupakan kontrasepsi yang bersifat permanen. Baik
tubektomi, maupun vasektomi, tentu pasangan harus mempertimbangkannya
dengan benar-benar matang sebelum melakukan. Kedua metode itu sama-sama
tidak memengaruhi hormon dan tidak memiliki efek jangka panjang serta
masih dapat bercinta, ini merupakan kelebihan jika dibandingkan dengan
metode kontrasepsi lainnya yang bersifat hormonal. Para peneliti dari University of Southern California pernah
melakukan penelitian mengenai hal ini. Penelitian itu dilakukan dengan
menggunakan dua kelompok wanita yang mengalami kegemukan. Kelompok
pertama berisi wanita yang menggunakan metode kontrasepsi non-hormonal;
kelompok kedua berisi wanita yang menggunakan metode kontrasepsi
hormonal. Hasilnya, terdapat perbedaan kandungan glukosa dalam darah
berkaitan dengan kadar hormon progestin yang berasal dari kontrasepsi
kelompok kedua yang mengakibatkan kegemukan pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal dalam penelitian ini.
isihatirevaival.blogspot.com |
Di kelas Perilaku Seksual muncul sebuah pertanyaan, "Kenapa sih kok
kayaknya laki-laki itu susah buat diajak vasektomi?" Namanya vasektomi,
selalu ada bayangan operasi permanen. Sesuatu yang permanen ini menjadi
pertimbangan tersendiri bagi laki-laki untuk melakukan vasektomi. Siapa
bilang memutuskan ini adalah hal yang mudah? Sebuah acara TV pernah
mengangkat topik ini sekaligus membahas bagaimana prosedur dan perasaan
pasien yang menjalani sterilisasi. Di acara ini diungkapkan, sebelum
melakukan sterilisasi (tubektomi dan vasektomi) suami istri harus
membuat kesepakatan terlebih dahulu, kalau perlu "hitam di atas putih"
sebagai surat persetujuan dilakukannya sterilisasi. Dilakukannya
sterilisasi sebenarnya bukan "permanen" dalam arti sebenarnya, tetapi
masih dapat dilakukan pemulihan agar dapat kembali mempunyai anak.
Seakan-akan ini keputusan besar bagi pria, apalagi pria yang takut
kehilangan "kejantanannya," mungkin dia akan merasa sangat cemas jika
diminta melakukan vasektomi. Kalau diajak untuk mengikuti acara-acara,
menonton bioskop, menonton konser, dan lain-lain itu mudah
memutuskannya. Kalau yang satu ini tidak mudah, karena harus memiliki
komitmen yang kuat dan kesepakatan antara suami istri. Di dalam acara TV
itu juga ada pembicara yang merupakan seorang pria yang pernah
melakukan vasektomi. Beliau ditanya bagaimana perasaan setelah
melakukannya. Dari komentarnya, Beliau merasa puas karena dapat bercinta
dengan istrinya tanpa khawatir istrinya hamil lagi. Selain itu, apabila
sang suami melakukannya itu menjadi nilai plus bagi istrinya.
Seringkali suami meminta istrinya melakukan kontrasepsi, kalau salah
ganti lagi dan ganti lagi. Pertanyaannya, apa sang suami mampu berkorban
demi cinta seperti istrinya melakukan hal itu? Jika mampu, komitmen
pernikahan di antara keduanya akan semakin kuat berkat pengorbanan
keduanya. Cinta di antara keduanya tidak lagi sekadar menerima, tetapi
saling memberi kepada pasangannya.
Love is more than a noun--it is a verb; it is more than a feeling--it is caring, sharing, helping, sacrificing
-William Arthur Ward-
Referensi:
1. Carrol, J. L. (2010). Sexuality now: embracing diversity (3rd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
2. http://keluargaberencana.com/kontrasepsi/pilihan-metode/kontrasepsi-mantap/tubektomi/
3. http://keluargaberencana.com/kontrasepsi/pilihan-metode/kontrasepsi-mantap/vasektomi/
4. http://health.detik.com/read/2013/02/17/080202/2172100/763/alat-kontrasepsi-hormonal-tingkatkan-
risiko-diabetes-pada-wanita-gemuk
22 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar