Selasa, 26 Maret 2013

Sterilisasi (Arief NC)

  Secara sederhana, kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah kehamilan. Ada yang mengatakan kehamilan dan punya anak itu adalah berkah, tetapi mengapa harus dicegah? Memiliki anak dalam sebuah keluarga memang sesuatu yang menyenangkan, tetapi di sisi lain tentu saja kesejahteraan anak dan keluarga harus diperhatikan. Bayangkan jika memiliki 10 anak tetapi tidak berkecukupan secara finansial, kasihan anaknya kan? Kebutuhannya terpaksa harus dibatasi, pendidikan pun menjadi terbatas, belum lagi masalah kesehatan dan lain-lain. Untuk itulah dilakukan kontrasepsi yang merupakan salah satu upayanya. Kotrasepsi itu sendiri bermacam-macam jenisnya, salah satunya adalah melalui permanent (surgical) methods atau yang biasa dikenal dengan sebutan sterilisasi.
     Sterilisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu sterilisasi untuk wanita dan untuk pria. Pada wanita, sterilisasi dilakukan dengan tubal sterilization (tubektomi). Metode ini dilakukan dengan memotong, mengikat, atau pembakaran (kauterisasi) tuba fallopi yang merupakan saluran antara ovarium dan rahim untuk kontrasepsi permanen. Sterilisasi pada pria disebut vasektomi. Makanan apakah vasektomi itu? Vasektomi itu adalah metode operasi dalam memotong, kauterisasi, dan mengikat vas deferens pada penis (Carroll, 2010). Keduanya merupakan kontrasepsi yang bersifat permanen. Baik tubektomi, maupun vasektomi, tentu pasangan harus mempertimbangkannya dengan benar-benar matang sebelum melakukan. Kedua metode itu sama-sama tidak memengaruhi hormon dan tidak memiliki efek jangka panjang serta masih dapat bercinta, ini merupakan kelebihan jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya yang bersifat hormonal. Para peneliti dari University of Southern California pernah melakukan penelitian mengenai hal ini. Penelitian itu dilakukan dengan menggunakan dua kelompok wanita yang mengalami kegemukan. Kelompok pertama berisi wanita yang menggunakan metode kontrasepsi non-hormonal; kelompok kedua berisi wanita yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Hasilnya, terdapat perbedaan kandungan glukosa dalam darah berkaitan dengan kadar hormon progestin yang berasal dari kontrasepsi kelompok kedua yang mengakibatkan kegemukan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dalam penelitian ini.
isihatirevaival.blogspot.com
     Di kelas Perilaku Seksual muncul sebuah pertanyaan, "Kenapa sih kok kayaknya laki-laki itu susah buat diajak vasektomi?" Namanya vasektomi, selalu ada bayangan operasi permanen. Sesuatu yang permanen ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi laki-laki untuk melakukan vasektomi. Siapa bilang memutuskan ini adalah hal yang mudah? Sebuah acara TV pernah mengangkat topik ini sekaligus membahas bagaimana prosedur dan perasaan pasien yang menjalani sterilisasi. Di acara ini diungkapkan, sebelum melakukan sterilisasi (tubektomi dan vasektomi) suami istri harus membuat kesepakatan terlebih dahulu, kalau perlu "hitam di atas putih" sebagai surat persetujuan dilakukannya sterilisasi. Dilakukannya sterilisasi sebenarnya bukan "permanen" dalam arti sebenarnya, tetapi masih dapat dilakukan pemulihan agar dapat kembali mempunyai anak. Seakan-akan ini keputusan besar bagi pria, apalagi pria yang takut kehilangan "kejantanannya," mungkin dia akan merasa sangat cemas jika diminta melakukan vasektomi. Kalau diajak untuk mengikuti acara-acara, menonton bioskop, menonton konser, dan lain-lain itu mudah memutuskannya. Kalau yang satu ini tidak mudah, karena harus memiliki komitmen yang kuat dan kesepakatan antara suami istri. Di dalam acara TV itu juga ada pembicara yang merupakan seorang pria yang pernah melakukan vasektomi. Beliau ditanya bagaimana perasaan setelah melakukannya. Dari komentarnya, Beliau merasa puas karena dapat bercinta dengan istrinya tanpa khawatir istrinya hamil lagi. Selain itu, apabila sang suami melakukannya itu menjadi nilai plus bagi istrinya. Seringkali suami meminta istrinya melakukan kontrasepsi, kalau salah ganti lagi dan ganti lagi. Pertanyaannya, apa sang suami mampu berkorban demi cinta  seperti istrinya melakukan hal itu? Jika mampu, komitmen pernikahan di antara keduanya akan semakin kuat berkat pengorbanan keduanya. Cinta di antara keduanya tidak lagi sekadar menerima, tetapi saling memberi kepada pasangannya.

Love is more than a noun--it is a verb; it is more than a feeling--it is caring, sharing, helping, sacrificing

-William Arthur Ward-

Referensi:
1. Carrol, J. L. (2010). Sexuality now: embracing diversity (3rd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
2. http://keluargaberencana.com/kontrasepsi/pilihan-metode/kontrasepsi-mantap/tubektomi/
3.  http://keluargaberencana.com/kontrasepsi/pilihan-metode/kontrasepsi-mantap/vasektomi/
4.  http://health.detik.com/read/2013/02/17/080202/2172100/763/alat-kontrasepsi-hormonal-tingkatkan- 
     risiko-diabetes-pada-wanita-gemuk


22 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar