Selasa, 26 Maret 2013

Marriages in Later Life (Arief NC)

     Kehidupan menikah-cerai itu sudah biasa, bahkan sering sekali disorot oleh media. Uniknya, sesuatu yang kurang indah seperti ini mudah sekali mendapat perhatian publik. Padahal masih ada hal positif yang belum tersorot, dan tidak sesering yang negatif itu disorot. Apakah itu? Salah satunya pernikahan yang bertahan lama, yaitu pernikahan yang tetap utuh hingga pasangan mencapai usia lanjut (marriages in later life). Kira-kira ada atau tidak ya yang penasaran resep rahasianya dalam mempertahankan hubungan jangka panjang ini? Sebenarnya ini merupakan salah satu menu dalam kelas Perilaku Seksual hari ini. Sekali-sekali kita juga harus belajar dari generasi di atas kita untuk mendapat pelajarah yang berharga.


sumber: http://mayabasoeki.blogspot.com
     Pernikahan generasi muda dan lanjut usia (lansia) memang berbeda. Pada generasi muda, mudahnya "cinta" adalah sesuatu yang dominan pada umumnya, baik itu berkaitan dengan kedekatan emosional (intimacy) maupun gairah dalam sebuah hubungan (passion). Sedangkan hubungan pernikahan pada lansia itu yang umumnya mendominasi adalah komitmen mempertahankan hubungan. Bagaimana komitmen yang sebelumnya tidak dominan pada pernikahan generasi muda menjadi dominan di masa lansia? Terlepas masih adanya cinta/tidak, masih ada keinginan bersama/tidak, kedua pihak dalam pernikahan sudah banyak berinvestasi dalam pernikahan mereka. Investasi yang dimaksudkan itu bukan dalam konteks ekonomi alias money money I love money, melainkan sudah seberapa banyak pengorbanan yang dilakukan untuk mempertahankan pernikahan. Agar mudah menempatkan diri dalam posisi itu, bayangkan saja jika kita sudah berkorban demi sesuatu, apakah kita ingin pengorbanan itu sia-sia? Tentu tidak. Hal yang sama juga terjadi dalam pernikahan, ketika sudah berkorban demi sebuah hubungan tentu ingin hubungan itu bertahan. 

     Dari manakah asalnya komitmen demikian? Seperti halnya pohon, pohon akan bertumbuh dengan baik apabila diberikan air yang cukup dan pupuk berkualitas. Artinya, komitmen harus ditanamkan sejak masih muda sewaktu menjalin hubungan cinta. Mungkin masih ingin bersenang-senang, belum mampu untuk setia pada satu wanita/pria, masih ingin yang lebih baik... Itu hal wajar, memang sejak dahulu ini merupakan kecenderungan pada manusia, ingin lebih, lebih, dan lebih. Akan tetapi, manusia mampu mengendalikan diri, jadi cobalah untuk tetap bertahan pada satu pilihan pasangan. Ketika sudah memilih, cobalah mempertahankan hubungan dengan tetap menjadi diri sendiri. Tujuannya agar masing-masing pihak saling mengenal dan dapat membantu satu sama lain hingga mencapai tahap pernikahan dan terus berlanjut. Dengan demikian kita juga sekaligus belajar menerima pasangan dari kelebihan dan kekurangannya, sehingga akan lebih terbiasa untuk tidak berpaling dari pasangan dan mencari pasangan baru. Kebiasaan inilah yang nantinya akan mengawali komitmen dalam sebuah hubungan sampai ke jenjang pernikahan dan lansia.
sumber: http://widow.ie/inspiring-quotes-to-share/
     Kalau sudah ada komitmen dan hubungannya menjadi "klop," memang terasa sulit kalau harus kehilangan pasangan. Umumnya pada pernikahan lansia, kehilangan pasangan terjadi akibat kematian salah satu pasangan, kehilangan seseorang yang dicintai. Pasangan yang masih hidup pun menjadi janda (widow) atau duda (widower), penyesuaian dirinya pun akan cukup sulit. Di negara tertentu, janda/duda ini seringkali  "ditinggalkan" oleh keluarga dan kerabat-kerabatnya ketika baru saja kehilangan pasangan. Mereka sebenarnya tetap memberikan dukungan bagi janda/duda untuk tetap berjuang melangsungkan kehidupannya, tetapi mereka merasa bingung harus bagaimana berhadapan dengan janda/duda ini. Perilaku seseorang yang kehilangan pasangan berbeda dari biasanya, misalkan tadinya periang menjadi pemurung. Kalau membaca dimana-mana, jawabannya sama... "berikan dukungan sosial." Kalau sekadar berkata itu mudah tetapi bagaimana menerapkannya? Ternyata dukungan sosial yang dapat diberikan oleh lingkungan terdekatnya itu tidak harus benar-benar nyata. Cukup berada terus di dekatnya, agar Beliau merasa tidak ditinggalkan untuk ke-sekian kalinya. Seiring berjalannya waktu, janda/duda dapat mengumpulkan keberanian untuk kembali berbaur bersama lingkungan sosialnya. Ketika mulai menunjukkan ketertarikan untuk bersama-sama, itulah saatnya kita menyambut dengan hangat dan beraktivitas bersamanya. Tujuannya adalah agar Beliau merasakan masih ada yang peduli dengannya dan tidak perlu terus larut dalam kesedihan.  Seseorang yang dicintai tidak akan pergi dari kita, karena dia selalu ada di hati kita dan mendampingi kita kapanpun dan dimanapun. Setiap kita berpikir tentang dia, dia akan selalu ada untuk kita.
 
14 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar