Senin, 25 Maret 2013

Learn to Listen (Imelda Victoria)


Wawancara tidak hanya digunakan dalam bidang klinis dewasa maupun klinis anak. Wawancara juga digunakan dalam bidang Psikologi Industri Organisasi (yang selanjutnya akan disingkat dengan PIO) dan juga dalam bidang Psikologi pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa wawancara digunakan di semua bidang psikologi sebagai suatu teknik, suatu alat, suatu senjata dari para psikolog dalam mencapai tujuan mereka masing-masing.

Berbeda dengan wawancara dalam bidang klinis, wawancara dalam bidang PIO  pada umumnya dilakukan untuk rekrutmen pegawai dan membantu kualitas kinerja pegawai di perusahaan. Tidak terlepas dari psikotes, wawancara juga penting dilakukan ketika melakukan rekrutmen. Psikotes yang digunakan dalam bidang PIO pada umumnya adalah tes kecerdasan dan kepribadian. Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan pada kelas teknik wawancara senin kemarin, saat ini tes-tes tersebut tidak lagi terlalu digunakan dan bahkan ada beberapa perusahaan yang tidak menggunakannya sama sekali. Buku-buku mengenai alat tes kecerdasan dan bagaimana cara mengisinya pun telah tersebar di toko-toko buku. Fungsi alat tes yang seharusnya mengukur berubah menjadi menilai dan tidak ada data valid yang dapat diperoleh karena peserta tes menjawab sesuai dengan panduan, yang berupa bocoran dari alat tes tersebut. Maka dari itu, alat tes semakin menjadi tidak berfungsi ketika melakukan rekrutmen dan diperlukan alat lain yang lebih valid, yaitu dengan wawancara. Wawancara dalam PIO terlihat sederhana, karena hanya membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kerja. Wawancara pada PIO tidaklah mudah, meskipun tidak sesulit wawancara dalam klinis, karena melibatkan kemampuan yang baik untuk memprediksi kinerja seseorang di masa depan. Belum lagi, seorang psikolog PIO perlu untuk mengembangkan kemampuan dalam menghadapai berbagai macam kepribadian calon pegawai dari yang sulit hingga mengancam.

Wawancara dalam bidang pendidikan dapat dikatakan hampir mirip dengan wawancara dalam bidang klinis anak. Wawancara dilakukan baik kepada orangtua maupun kepada siswa yang bermasalah. Selain itu hal-hal yang ditangani oleh psikolog pendidikan tidak jauh berbeda dengan yang ditangani oleh psikolog anak, karena perlu diingat adanya keterhubungan yang hadir antara anak dengan pendidikan. Masa perkembangan kanak-kanak adalah masa di mana anak belajar untuk memulai hidupnya, sebagian besar kegiatan belajar dilakukan pada masa kanak-kanak hingga remaja. Wawancara di bidang pendidikan bahkan juga terkadang digunakan layaknya wawancara dalam rekrutmen di bidang PIO untuk merekrut OSIS. Melihat banyaknya fungsi, alasan, tujuan, dan kegunaan dari teknik wawancara yang beragam antara bidang yang satu dengan yang lainnya, menunjukkan bahwa wawancara merupakan alat yang fleksibel. Wawancara terkadang sulit dilakukan karena sangat memungkinkan untuk terjadinya bias, yang tentunya membuat data yang diperoleh menjadi tidak valid. Akan tetapi, wawancara terkadang justru memberikan jawaban yang dapat memperlengkap informasi yang telah diperoleh dari alat tes. Lalu, apa yang diperlukan untuk menjadi pewawancara yang baik? Kembali lagi, pengalaman dan keseriusan untuk mendengar adalah dua hal yang dapat memepertajam kemampuan seseorang untuk melakukan wawancara. Kemampuan mendengar dengan konsentrasi yang penuh merupakan hal yang secara perlahan tetapi pasti,  mengembangkan kemampuan mewanwancarai seseorang menjadi lebih baik dan terus lebih baik lagi.

Wawancara tidak membutuhkan kemampuan untuk bertanya, tetapi lebih kepada kemampuan untuk mendengar.Karena dengan mendengar, pertanyaan pun akan muncul.

10  Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar