Minggu, 24 Maret 2013
Harus Banyak Belajar lagi :) (Nurul Hidayah Prabowo)
Pada hari ini (04/04/2013) mata kuliah Teknik Wawancara memberikan tugas untuk bercerita di Blog lagi. Untungnya belajar dari minggu lalu, pada saat mengunyah materi yang disampaikan kelompok sudah saya persiapkan mata saya untuk siaga selama tujuh hari tujuh malam. Sebenarnya adalah 215 menit lamanya atau sekitar 3 jam 35 menit. Karena minggu lalu mendengarkan materinya setengah nyawa maka dari itu hari ini saya sengaja melekkin mata. Tapi walaupun kelasnya kelebihan 35 menit akan tetapi nggak kerasa loh. Entah efek niat gara-gara belajar dari kesalahan minggu lalu, atau karena emang materinya bidang saya banget!
Baiklah sebelum blog saya berubah menjadi sebuah novel layaknya sinetron "Cinta Fitri" hingga babak ke-enam dan sebelum pikun akut saya kambuh, saya akan memulai informasi-informasi atau pengetahuan baru yang saya dapatkan.
Tiga kelompok yang pertama adalah kelompok yang mempresentasikan mengenai Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Sebenarnya agak males sih dengerinnya, maklumlah bukan minat saya untuk bidang PIO ini. Akan tetapi ada beberapa info yang baru saya tahu dari Ci Tas*** (baca : sensor) yang merupakan seorang asisten dosen dari seorang dosen yang luar biasa yaitu yang berinisial H untuk mata kuliah yang memiliki bobot 3 sks. Berikut info yang menurut saya cukup menarik yang saya dapatkan:
HRD juga ternyata bisa diancam oleh pelamarnya. Sebelum denger ini, saya belum pernah kepikiran kalau pelamar juga ada saja yang memiliki keberanian atau kecenderungan untuk mengancam sang interviewer. Mungkin ini salah satu sikap putus asa mereka yang takut tidak terpilih. Sungguh cerminan sikap yang negatif, akan tetapi kalau tidak bisa menangani perilaku yang ekstrim seperti ini bukan psikolog namanya. Karena itu, biasanya interviewer tidak langsung memberitahu kalau orang yang sedang di-interview ini tidak diterima. Biasanya, cara menolak halusnya dengan tidak memberi kabar lebih dari 2 minggu. strategi yang cukup beralasan dan cerdas sekali.
HRD memiliki bakat "bajak membajak". Maksudnya adalah HRD memilliki strategi untuk menghasut seseorang yang kompeten pada jabatan manager ke atas pada perusahaan lain dengan cara halus untuk berpindah kerja ke tempat HRD tersebut bekerja. Mudah-mudahan sistem ini bukan terinspirasi dari sistem politik. Walaupun hal ini tampak tidak etis, tapi hal ini etis dilakukan oleh PIO.
HRD menolak pelamar yang memiliki IPK di atas 3 koma sekian. Saat mendengar Asisten Dosen (Asdos) saya yang tercinta, sontak kelas menjadi gaduh. Teman saya yang IPK di atas 3 koma sekian mereka menjadi resah (khususnya yang mengincar pekerjaan bidang PIO). Sebaliknya saya sempat mendengar ada yang mengatakan, "YESS!! Untung IPK gue masih aman!". Parahnya lagi saya mendengar ada yang dengan polosnya mengatakan, "Masa gue harus turunin IPK gue gitu" hahaha,, dan saya sendiri, "Untung nggak minat PIO :D" hehehe..
Sekian dari PIO, Selanjutnya tiga kelompok terakhir membahas mengenai Psikologi Pendidikan. Kelompok pertama yang menyajikan materi ini adalah kelompok saya loh. Berikut adalah foto saya dan teman-teman saat mau wawancarai guru Konseling dari salah satu SMA swasta di Jakarta.
Sekarang mulai yuk ke topik Psikologi Pendidikan yang kelompok saya dan teman-teman lain yang sempat disampaikan. Namun, di sini saya hanya akan memberikan informasi yang menurut saya menarik dari Psikologi Pendidikan.
Ternyata di konseling juga ada untuk Anak Berkebutuhan Khusus loh. Pernyataan ini merupakan kabar gembira buat saya yang emang berencana untuk melanjutkan S2 dengan mayor Klinis Anak dan minor Psikologi Pendidikan. Walaupun kerjanya cukup berat, tapi sepertinya cukup memikat hati saya untuk berkecimpung di bidang tersebut. Secara pribadi, saya ucapkan terimakasih banyak atas ilmu yang kalian presentasikan tadi. Sebab, ilmu yang disampaikan sangat memberikan saya bayangan mengenai tanggung jawab atau tugas-tugas secara umumnya saat menjadi konselling di sekolah Anak Berkebutuhan Khusus. "Thank youuu, Guys"
Konselor sekolah membantu dalam pemilihan calon generasi OSIS. Menurut saya sebenarnya sih bagus juga bila konselor turun tangan dalam membantu memilih calon-calon yang sesuai dengan minat dan kepribadiannya. Saya rasa ini akan sangat membantu para pejabat OSIS yang akan lengser dalam memilih orang yang tepat. Jadi kepikiran untuk menerapkan hal ini di SMA saya bersekolah. Hal ini sepertinya jarang diterapkan untuk daerah Tangerang. Mungkin malah tidak ada sekolah di Tangerang yang menerapkannya.
Pelajaran moral yang saya dapatkan pada hari ini adalah apapun yang nantinya dipilih, entah itu Psikologi Klinis Dewasa, Psikologi Klinis Anak, PIO, atau pun Psikologi Pendidikan, yang terpenting adalah semua dipilih matang-matang. Pilih sesuai dengan hati dan minat. Tapi yang lebih penting lagi, apapun yang dipilih, kita harus berani mempertanggungjawabkannya dengan kompeten yang kita miliki. Jika bukan keahlian kita, sebaiknya diberikan ke yang lebih ahli. Caranya agar kita menjadi kompeten, yaaa belajar doongg. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang sudah didapat, tapi "harus banyak belajar lagi" :)
4 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar