Minggu, 10 Maret 2013

Bekerja dengan Hati :D (Nurul Hidayah Prabowo)

     Pada saat mengambil mata kuliah Teknik Wawancara (tekwan) yang diajarkan oleh bu Henny Wirawan (Salah satu dosen di kampus saya yang terspektakuler menurut saya), saya sangat menantikan tugas menulis blog mengenai apa yang sudah dipelajari para mahasiswa di kelas yang diajarnya. Pada minggu ke-4, Bu Henny pun akhirnya memberikan tugas yang saya tunggu-tunggu ini. Namun sepertinya dewi fortuna tidak sedang memihak pada saya. Sebab, saat teman-teman saya sedang mempresentasikan mengenai tugas wawancara Psikologi Klinis Dewasa (PKD) dan Psikologi Klinis Anak (PKA), posisi saya hari itu sedang mengantuk sekali dikarenakan efek obat demam yang saya minum sebelum kelas.
     Tapi karena ini tugas yang menjadi tanggung jawab saya, saya akan mencoba menuturkan beberapa informasi baru yang saya dapatkan saat teman-teman saya dari kelompok Psikologi Klinis Dewasa dan Psikologi Klinis Anak mempresentasikan tugas mereka.
     Kelompok yang pertama presentasi adalah mengenai PKD, di mana wawancara yang digunakan ini, ternyata selain untuk rekruitmen juga bisa digunakan untuk klien Psikolog. Wawancara yang digunakan pada klien salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh data. Pada wawancara ternyata juga ada saja klien yang membuka diri terlalu diobral, Maksudnya obral di sini adalah topik pembicaraannya tidak terfokus. Nah, pada saat inilah Psikolog harus bisa menjaga koridor topik pembicaraan agar tidak keluar jalur terlalu jauh

     Sebenarnya, saat itu antara sadar dan tidak sadar (efek mengantuk), saya sempet berpikir, kalau kliennya berbicara terlalu panjang lebar bukankah ada suatu waktu di mana mereka akan membicarakan permasalahan ketidaksadaran mereka? Tapi karena kepercayaan diri yang belum saya maksimalkan, saya simpan pertanyaan ini untuk diri saya sendiri. Mungkin saya langsung mempraktekkan kata-kata yang pernah bu Hennya katakan di kelas. Saat seorang teman saya ada yang menanyakan bagaimana caranya untuk berpikir kritis? Beliau pun menjawab, "Sering-sering mendengarkan orang berbicara. lalu merespon 'masa?' 'terus'...." (kurang lebihnya maaf yaa bu, hehehe..).
     Kemudian, wawancara yang digunakan juga biasanya dibantu dengan observasi untuk melihat gestur tubuhnya. Saya pun sempat ingin menanyakan, bagaimana kita tahu tentang kevalidan wawancara dan observasi yang dilakukan? Akan tetapi ada seorang teman juga yang menanyakan hal yang mirip. Saat itu, kalo tidak salah, inti jawabannya adalah "Jam Terbang!" atau "Jam Merayap" minimalnya,, hehe..  Saat seorang yang memiliki jam terbang (kalau Psikolog baru sekitar 500 atau 1000 jam), Psikolog tsb dapat mengetahui bentuk manipulatif atau 'faking good' yang dilakukan oleh kliennya. Tentunya, setiap pemakaian metode ini tidaklah selalu valid.
     Sebelum tugas saya ini menjadi berlembar-lembar, langsung saja saya akan menggeser topik ke PKA.
     Selanjutnya adalah kelompok PKA yang mempresentasikan hasil tugasnya. GOD, Padahal ini topik adalah passion saya. Agak menyesal dan kecewa dengan diri sendiri karena meminum obat saat pagi hari sebelum kelas tekwan. Sehingga saya hanya bisa menangkap sedikit mengenai PKA.
     Salah satu yang saya ingat adalah, ternyata wawancara ini bisa digunakan pada anak-anak juga. Yaa meskipun dengan pendekatan dan cara penyampaiannya berbeda dengan wawancara untuk dewasa  Tentunya, untuk menambah kelengakapan data yang mungkin tidak bisa diperoleh dari anak, ada beberapa yang juga diperoleh dengan wawancara orangtua mereka. Pada saat ingin membuka pembicaraan dengan anak-anak, Psikolog perlu melakukan pendekatan dengan mengajak anak-anak (khususnya yang sulit membuka diri) bermain mainan yang tersedia di ruang konsul.. Wooowwww,, Fakta lagi, di tempat konsul Psikolog Anak, biasanya disediakan mainan anak-anak. Kalo saya yg jadi Psikolognya saya juga ikutan mainin mainan yang ada di situ deh.. loohhhh...
     Back to topic, dari diskusi di kelas yang saya sukai adalah saat psikolog yang diwawancarai kelompok mengatakan, "Bekerja dengan hati..". Ketika lelah saat bekerja, Psikolog harus bisa mengesampingkan rasa lelahnya dan terfokus diri. Kalo sudah tidak dapat menahan lelah, sebaiknya wawancara diakhiri dan diganti sesi berikutnya. Dan lagi-lagi saya semakin kagum dengan dosen tekwan saya, saat beliau mengatakan "Kalau saya nggak pingsan, saya akan terusin"... Subhanallah, itu mungkin salah satu bukti bahwa saat kita bekerja dengan hati, lelah pun akan berganti dengan kepuasan bathin.

     Selain informasi mengenai PKD dan PKA, saya juga mengambil pelajaran yang bermanfaat sekali saat saya nanti menjadi seorang Psikolog. Pelajaran berharga itu adalah "BEKERJAlah dengan HATI,, Karena dengan begitu, Kalo sampe nggak pingsan, konsultasi akan tetap berlangsung" :D Namun, saya pikir alangkah lebih baiknya, saat saya berkuliahpun harus dengan hati. Dengan demikian saat menjalani perkuliahan tidak akan menjadi beban. Atas pelajaran berharga ini, saya ucapkan terima kasih banyak pada ibu dosen tersayang saya, Bu Henny Wirawan yang senantiasa menginspirasi.. :D
2 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar