Senin, 11 Maret 2013

Ketertarikan Seksual (Arief NC)


     "Cinta" sering sekali diangkat menjadi tema lagu, novel, atau film, terutama sinetron. Bahkan produksi sinetron sampai membuat 7 season atau lebih hanya untuk mengekspos fenomena ini. Jantung berdebar, keluar keringat dingin, rasanya jiwa terpisah dari tubuh, hati berbunga-bunga, dan lain-lain selalu dideskripsikan dalam sebuah tayangan atau bacaan. Ini dikatakan sebagai "jatuh cinta" oleh masyarakat Indonesia, salah satu komponennya "sexual attractiveness" atau ketertarikan seksual. Rasa tertarik pada orang lain umumnya diilustrasikan gambar hati yang terpanah, menandakan jatuh cinta. Namun, bagaimanakah panah itu mampu menembus hati seseorang? Hati itu organ dalam tubuh manusia, panah adalah senjata. Kasihan sekali orang yang terkena panah itu. Bukan ini maksudnya, berbicara mengenai "hati" berarti "perasaan" seseorang khusus dalam konteks ini. Terdapat berbagai komponen yang dapat membuat hati ini terpanah, misalnya wajah, gerakan berjalan, dan suara. Selain itu masih ada androstenon versus feromon, hormon yang memengaruhi penciuman manusia untuk tertarik pada lawan jenis tertentu atau tidak.

     Memandang seorang pria tampan/tidak, seorang wanita itu cantik/tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Umumnya pria cenderung tertarik pada wanita yang dinilai feminin, misalnya memiliki bentuk wajah yang bulat, rambut panjang, wajah yang terlihat "bersinar," dan sebagainya. Wanita pun hampir sama dengan pria, umumnya wanita cenderung tertarik pada pria yang dinilai maskulin, misalnya bentuk muka lebih bersiku (tulang wajah lebih tegas), istilahnya sisi "sangar" pria itu terpampang dari wajahnya. Namun, ada hal lain juga yang memengaruhi penilaian pria dan wanita dari segi wajah, yaitu simetris/tidaknya wajah. Wajah simetris diasosiasikan sebagai individu yang sehat secara genetis dan lebih atraktif. Tidak mengherankan apabila mereka cenderung lebih tertarik pada seseorang yang berwajah simetris. Wajah simetris ditandai dengan jarak mata yang yang sama, lebar bibir yang seimbang, posisi telinga setara, dan lain-lain. Kalau diibaratkan kertas origami, ketika dilipat, semuanya 99,999% tepat posisinya.

     Gerakan saat seseorang berjalan juga dapat berkaitan dengan ketertarikan seksual. Coba kita perhatikan, kalau perempuan berjalan seperti sedang menari, gerakan pinggul dapat terlihat jelas. Sedangkan pria berjalan lebih tegak, gerakan pinggulnya tidak begitu terekspos seperti gerakan wanita. Namun, pada saat keduanya diminta berjalan untuk menilai sebarapa seksinya mereka (diberi tahu).... Gaya berjalan mereka pun berubah! Wanita menggerakkan pinggulnya lebih intensif dari sebelumnya, sedangkan pria cenderung mengepalkan tangannya saat berjalan dan lebih tegak. Ada apa gerangan? Rupanya gerakan-gerakan demikian yang digunakan untuk memikat lawan jenisnya. Setiap spesies memiliki kecenderungan untuk memikat lawan jenisnya dengan cara yang khas. Misalnya seekor burung merak jantan memamerkan keindahan ekornya untuk memikat burung betina. Ada juga yang beradu kekuatan untuk memenangkan hati sang betina. Pada manusia, hal ini dapat dilakukan melalui gaya berjalan, sehingga merupakan kecenderungan bagi manusia juga.

     Wanita cenderung lebih tertarik pada pria dengan suara yang lebih berat dan terdengar tegas. Sedangkan pria umumnya tertarik pada wanita dengan suara lebih tinggi. Keduanya dianggap sebagai individu yang sudah "matang" secara usia. Misalnya saat individu berusia 5 tahun dan 17 tahun, suaranya berubah bukan? Nah inilah maksud dari "kematangan" fisik. Kematangan fisik dan kematangan mental masih dapat dianggap terjadi secara bersamaan bagi beberapa golongan individu, maka mereka dapat tertarik pada individu lain dengan suara yang dipandang lebih maskulin (lebih berat) atau feminin (lebih tinggi) sebab dianggap telah dewasa. Ada kalanya pria tidak mampu membedakan suara dari seorang wanita pada waktu yang berbeda. Ketika wanita mengalami ovulasi (dalam kondisi subur), suaranya lebih tinggi dari biasanya, sehingga pria lebih menyukai suara pada saat ini karena dianggap lebih feminin, padahal wanitanya yahh... 4L (Loe Lagi Loe Lagi). Faktor hormon juga berperan dalam ketertarikan seksual, hormon feromon merupakan senjata wanita untuk memikat pria, sedangkan pria memiliki androstenon untuk memikat wanita yang sedang berovulasi. Keduanya memiliki konsep yang sama, keduanya memengaruhi penciuman dan sama-sama berguna untuk memikat melalui penciuman lawan jenis. Apabila individu menyukai baunya, berarti individu itu tertarik pada pemilik baunya, ini adalah konsepnya. Androstenon memiliki karakteristik yang unik, dapat dikatakan sebagai hormon penolak wanita dan dapat pula dikatakan sebagai hormon pemikat wanita. Wanita yang tidak sedang berovulasi cenderung tidak menyukai bau ini dan menolak. Namun, wanita yang berovulasi lebih menyukainya. Inilah alasannya dikatakan sebagai penolak dan pemikat.

     Faktor-faktor di atas akan membuat seseorang merasa senang berada di dekat pasangannya, juga dapat merasakan kenikmatan seksual. Akan tetapi, keunikan manusia adalah manusia memiliki "komitmen" dalam sebuah hubungan cinta. Ketika sudah menikah, manusia memang tetap memiliki kecenderungan untuk mencari yang lebih, lebih, dan lebih baik. Maka pertanyaannya, bagaimana karakteristik dari hubungan yang sampai bertahun-tahun lamanya? Manusia dapat memilih untuk tetap bersama pasangannya atau meninggalkannya untuk berdampingan dengan pasangan baru. Kecenderungan manusia dari jaman purbakala sampai sekarang itu "pria mencari wanita yang dapat memberikan keturunan", sedangkan "wanita mencari pria yang dapat menyediakan sumber daya dan bertanggung jawab." Idealnya tidak ada istilah ingin memiliki keturunan, tetapi pemberi keturunan disia-siakan. Tanpa dia, tidak ada keturunan. Itulah komitmen, berupa keputusan untuk tetap menyediakan sumber daya dan tetap bertanggung jawab pada pasangan serta memberikan keturunan. Pada awal hubungan cinta, komitmen mungkin belum benar-benar kuat, masih berupa rayuan "aku cinta padamu, aku terima kamu apa adanya." Umumnya pada awal hubungan, rasa dekat dan gairah itu lebih dominan dari komitmen. Namun, seiring berjalannya waktu, pasangan akan saling belajar untuk tetap mempertahankan hubungannya melalui komitmen. Cinta dapat tumbuh dari ketertarikan seksual, tetapi cinta hanya dapat dipelihara dengan komitmen antarpasangan.

"Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up."
(James A. Baldwin)

7 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar