Minggu, 03 November 2013

Keluarga Disharmoni (Vivian Chandra-705130077)


Definisi Keluarga Disharmoni
     Goode (dikutip dalam Fauziah, 2012) mengatakan bahwa “keluarga disharmoni adalah kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka sebagaimana mestinya” (para. 4). Saputra (2012) mengatakan bahwa dalam “proses perkembangan hubungan keluarga yang tidak baik akan menyebabkan suatu kesenjangan dalam keluarga yang disebut sengai keluarga disharmoni” (para. 3). Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga disharmoni adalah keluarga yang gagal untuk membina hubungan yang baik antar sesama  anggota keluarganya dan menyebabkan adanya suatu kesenjangan dalam keluarga tersebut. 
Faktor yang Menyebabkan Keluarga Disharmoni
     Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan disharmonisasi keluarga, yaitu: (a) lingkungan keluarga, bila komunikasi dalam suatu keluarga kurang baik, maka akan berdampak pada keharmonisan keluarga tersebut; (b) konflik suami-istri, kurangnya kedekatan akan suami istri tentu saja akan berujung pada tidak harmonisnya suatu keluarga; dan (c) pengaruh pekerjaan terhadap keluarga, bila seorang istri atau suami terlalu fokus pada pekerjaannya, maka mereka akan cenderung untuk mengabaikan anaknya (Saputra, 2012).
Dampak Keluarga Disharmoni
     Secara psikis. Pada beberapa orang, konflik dalam keluarga akan menimbulkan penyakit, baik yang ringan maupun yang berat seperti kanker dan sakit jantung yang diakibatkan oleh stress (DeVault dan Cohen, dikutip dalam Saputra, 2012).
     Secara psikologis. Ketidakharmonisan dapat mengakibatkan seseorang menjadi depresi, mengalami pola makan yang tidak teratur, terdapatnya kekerasan dalam rumah tangga, dan konsumsi minuman keras karena rasa pelampiasan (DeVault dan Cohen, dikutip dalam Saputra, 2012).
     Terhadap suami-istri. Ketidakharmonisan antara suami-istri akan menyebabkan kurangnya komunikasi (Farisi, dikutip dalam Fauziah, 2012). Padahal, komunikasi adalah kunci penting dalam membina hubungan rumah tangga. Jika komunikasi antara suami-istri berkurang, ini akan berdampak pada kekompakan keluarga.
     Terhadap anak. Anak selalu menjadi korban yang paling merasakan dampaknya keluarga disharmoni. Terdapat beberapa akibat dari keluarga disharmoni terhadap anak.
     Rentan terjerumus pada hal yang tidak baik. Karena anak merasa depresi terhadap konflik di dalam keluarga, maka ia akan menjadi rentan terhadap hal-hal negative sebagai usaha untuk melampiaskan rasa stressnya (Dyah, 2011).
     Prestasi belajar menurun. Konflik yang terjadi dalam keluarga tentu akan terpikirkan oleh anak sehingga ia sulit untuk memfokuskan diri pada pendidikannya (Dyah, 2011).
     Takut untuk menikah. Rasa trauma yang dirasakan oleh anak karena keluarga tidak harmonis dapat membuat anak merasa takut untuk menikah. Mereka takut mereka akan mengalami hal yang sama ketika menjalani kehidupan rumah tangga ketika menikah nanti (Dyah, 2011).
Solusi untuk Keluarga Disharmoni
     Terdapat beberapa hal yang sebaiknya dimiliki ataupun dilakukan oleh suami-istri sebelum mereka memutuskan untuk membina hubungan rumah tangga, yaitu (a) pasangan suami istri harus memiliki kepribadian yang matang, (b) perlunya memiliki status pekerjaan yang membuat keluarga tersebut independen, dan (c) peran serta dari anggota keluarga yang lain (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
     Sebagai orangtua, seseorang harus memberikan komunikasi yang baik terhadap anak. Bukan hanya terhadap anak, tetapi juga terhadap suami-istri. Komunikasi ini mencakup berdiskusi dalam keluarga, menjadi pendengar yang baik maupun memberikan argumen yang baik ketika ingin menyampaikan pendapat. Selain itu, ketika masalah memang tak dapat diatasi lagi, keluarga sebaiknya seorang psikolog untuk melakukan konseling, khususnya konseling keluarga (DeVault & Cohen, dikutip dalam Saputra, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Dyah. (2011, 27 Maret). Dampak pertengkaran orangtua terhadap kehidupan anak. Diunduh dari http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2011/03/27/dampak-pertengkaran-orangtua-terhadap-anak
Fauziah. (2012, 31 Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari  http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni-fauziah-705120151.html
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Saputra, P. A. (2012, 25 Oktober). Keluarga disharmoni mencapai hubungan yang harmoni. Diunduh dari  http://psypas.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar