Definisi Keluarga Disharmoni.
Goode (dikutip dalam Fauziah, 2012) mengatakan bahwa “keluarga
disharmoni adalah kondisi retaknya struktur peran sosial dalam suatu unit
keluarga yang disebabkan satu atau beberapa anggota keluarga gagal menjalankan
kewajiban peran mereka sebagaimana mestinya” (para. 4). Saputra (2012)
mengatakan bahwa dalam “proses perkembangan hubungan keluarga yang tidak baik
akan menyebabkan suatu kesenjangan dalam keluarga yang disebut sengai keluarga
disharmoni” (para. 3). Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa keluarga disharmoni adalah keluarga yang gagal untuk membina hubungan
yang baik antar sesama anggota
keluarganya dan menyebabkan adanya suatu kesenjangan dalam keluarga tersebut.
Faktor yang Menyebabkan Keluarga Disharmoni
Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan disharmonisasi keluarga, yaitu: (a) lingkungan
keluarga, bila komunikasi dalam suatu keluarga kurang baik, maka akan berdampak
pada keharmonisan keluarga tersebut; (b) konflik suami-istri, kurangnya
kedekatan akan suami istri tentu saja akan berujung pada tidak harmonisnya
suatu keluarga; dan (c) pengaruh pekerjaan terhadap keluarga, bila seorang
istri atau suami terlalu fokus pada pekerjaannya, maka mereka akan cenderung
untuk mengabaikan anaknya (Saputra, 2012).
Dampak Keluarga Disharmoni
Secara psikis. Pada
beberapa orang, konflik dalam keluarga akan menimbulkan penyakit, baik yang
ringan maupun yang berat seperti kanker dan sakit jantung yang diakibatkan oleh
stress (DeVault dan Cohen, dikutip dalam Saputra, 2012).
Secara
psikologis. Ketidakharmonisan dapat mengakibatkan seseorang menjadi
depresi, mengalami pola makan yang tidak teratur, terdapatnya kekerasan dalam
rumah tangga, dan konsumsi minuman keras karena rasa pelampiasan (DeVault dan
Cohen, dikutip dalam Saputra, 2012).
Terhadap suami-istri. Ketidakharmonisan
antara suami-istri akan menyebabkan kurangnya komunikasi (Farisi, dikutip dalam
Fauziah, 2012). Padahal, komunikasi adalah kunci penting dalam membina hubungan
rumah tangga. Jika komunikasi antara suami-istri berkurang, ini akan berdampak
pada kekompakan keluarga.
Terhadap
anak. Anak selalu menjadi korban yang paling merasakan dampaknya keluarga
disharmoni. Terdapat beberapa akibat dari keluarga disharmoni terhadap anak.
Rentan terjerumus pada hal yang tidak baik. Karena anak merasa depresi terhadap
konflik di dalam keluarga, maka ia akan menjadi rentan terhadap hal-hal negative
sebagai usaha untuk melampiaskan rasa stressnya (Dyah, 2011).
Prestasi belajar menurun. Konflik
yang terjadi dalam keluarga tentu akan terpikirkan oleh anak sehingga ia sulit
untuk memfokuskan diri pada pendidikannya (Dyah, 2011).
Takut untuk menikah. Rasa trauma
yang dirasakan oleh anak karena keluarga tidak harmonis dapat membuat anak
merasa takut untuk menikah. Mereka takut mereka akan mengalami hal yang sama
ketika menjalani kehidupan rumah tangga ketika menikah nanti (Dyah, 2011).
Solusi untuk Keluarga Disharmoni
Terdapat beberapa hal yang sebaiknya dimiliki
ataupun dilakukan oleh suami-istri sebelum mereka memutuskan untuk membina
hubungan rumah tangga, yaitu (a) pasangan suami istri harus memiliki
kepribadian yang matang, (b) perlunya memiliki status pekerjaan yang membuat
keluarga tersebut independen, dan (c) peran serta dari anggota keluarga yang
lain (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Sebagai orangtua, seseorang harus
memberikan komunikasi yang baik terhadap anak. Bukan hanya terhadap anak,
tetapi juga terhadap suami-istri. Komunikasi ini mencakup berdiskusi dalam
keluarga, menjadi pendengar yang baik maupun memberikan argumen yang baik
ketika ingin menyampaikan pendapat. Selain itu, ketika masalah memang tak dapat
diatasi lagi, keluarga sebaiknya seorang psikolog untuk melakukan konseling,
khususnya konseling keluarga (DeVault & Cohen, dikutip dalam Saputra,
2012).
DAFTAR
PUSTAKA
Dyah. (2011, 27 Maret).
Dampak pertengkaran orangtua terhadap kehidupan anak. Diunduh dari
http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2011/03/27/dampak-pertengkaran-orangtua-terhadap-anak
Fauziah. (2012, 31
Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni-fauziah-705120151.html
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Saputra, P. A. (2012, 25 Oktober). Keluarga disharmoni mencapai hubungan yang harmoni. Diunduh dari http://psypas.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar