Rabu, 27 November 2013

when men are rape victims (Lyvia Kurniawan)


Tahukah anda bahwa tidak hanya perempuan saja yang dapat diperkosa? Laki-laki pun dapat menjadi rape victims. Bagaimana bisa?Sedikit mengherankan memang, namun ya pada kenyataannya laki-laki memang dapat menjadi korban pemerkosaan. Di Amerika Serikat, lebih dari 14000 laki-laki melaporkan bahwa mereka telah menjadi korban perkosaan. Tetapi, pada umumnya kasus perkosaan pada laki-laki jangan dilaporkan daripada perkosaan pada perempuan. Secara khusus, laki-laki yang menjadi korban perkosaan akan dipandang lebih negatif daripada perempuan yang menjadi korban perkosaan. Sama halnya pada perempuan, efek jangka panjang dari perkosaan pada laki-laki dapat mencakup depresi, marah, cemas, menyalahkan diri sendiri dan cenderung menjadi lebih mudah terluka.

Mungkin banyak yang tidak percaya bahwa ada kasus pemerkosaan oleh perempuan terhadap laki-laki karena adanya mitos bahwa laki-laki selalu bersedia untuk melakukan seks dan perempuan tidak pernah memerlukan laki-laki untuk diperkosa. Ya, namun pada kenyataannya kasus pemerkosaan oleh perempuan pada laki-laki ini dilaporkan terjadi. Perempuan yang menjadi pemerkosa ditemukan terkait dengan berbagai perilaku seksual yang agresif, termasuk memaksa untuk seks dan menggunakan kekerasan verbal. Umumnya kasus pemerkosaan ini menggunakan kontak psikologis atau tekanan, seperti persuasi verbal dan manipulasi emosional, daripada paksaan fisik. Kebanyakan laki-laki yang diperkosa perempuan sering tidak mau disebut korban, sehingga banyak yang tidak melaporkan pemerkosaan ini meskipun terdapat gejala fisik dan psikologis yang terjadi.
 

Tidak sedikit juga laki-laki yang mengalami kasus perkosaan dari laki-laki juga. Umumnya kasus perkosaan laki-laki oleh laki-laki mungkin tidak ditunjukkan karena korban jarang melaporkannya kepada polisi. Tidak seperti kasus perkosaan pada perempuan yang langsung mencari perawatan pengobatan, hal yang menjadi hambatan mereka untuk melapor adalah karena takut akan dianggap gay.

Biasanya juga korban perkosaan adalah laki-laki yang masih muda (sekitar akhir usia 20an) dan merupakan orang Afrika Amerika. Hal ini karena frekuensi perkosaan yang tinggi ada di Afrika Amerika yang telah membuat banyak penelitian mengenai perkosaan laki-laki. Laki-laki yang gay ditemukan lebih banyak menjadi korban perkosaan daripada laki-laki heteroseksual. Para korban melaporkan adanya paksaan untuk seks oral dan anal serta masturbasi hingga ejakulasi.


Reaksi emosi umum laki-laki korban perkosaan yaitu seperti merasa terhina, malu, menyalahkan diri sendiri, merasakan kebencian dan depresi. Sama halnya pada perempuan, laki-laki yang menjadi korban pemerkosaan mungkin mengembangkan sindrom trauma. Mereka juga akan mempertanyakan orientasi seksualnya dan merasa bahwa pemerkosanya tersebut menganggapnya bukan “laki-laki sesungguhnya”.

20 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar