Rabu, 13 November 2013

Up to You (Meylisa Permata Sari)

Pada minggu ini, kelas Perilaku Seksual membahas mengenai Ekspresi Seksualitas. Sebenarnya, setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam mengekspresikan kegiatan seksualnya, namun pada umumnya, kegiatan seksual tersebut dilakukan dengan cara yang serupa, dapat diistilahkan sebagai “normal”, namun beberapa orang memiliki preferensi yang tidak biasa dalam memilih cara melakukan kegiatan seksual. Paraphilia didefinisikan sebagai rasa tertarik seksual pada suatu obyek atau situasi yang tidak biasa.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas mengenai pasangan sadomasochism. Pasangan ini terdiri dari seseorang dengan sadism dan seorang yang lain dengan masochism. Individu dengan sadism merupakan pihak yang mendapatkan kepuasan seksual dengan memberikan rasa sakit kepada pasangannya, bisa dengan memukul, mencambuk, dsb., namun Anda harus bedakan orang yang sadism dan sadistic. Orang sadism hidup layaknya orang lain pada umumnya, ia hanya memberikan rasa sakit pada pasangannya saat berhubungan seksual, lain halnya dengan orang sadistic. Memang dari luar sudah kelihatan bahwa ia kasar, seperti agresif, tidak hanya dalam hubungan seksual, namun ia memang melakukan kekerasan dalam situasi lain juga. Kemudian ada lagi individu dengan masochism. Individu ini senang menerima rasa sakit, baik dengan dipukul, bahkan terkadang dipermalukan. Jika sadism bertemu dengan masochism, maka mereka akan disebut sebagai sadomasochism. Apakah kekerasan yang dilakukan oleh pihak sadism dianggap sebagai kekerasan dalam rumah tangga? Asalkan kegiatan tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak, maka hal tersebut tidak dianggap sebagai KDRT, karena pihak lainnya pun telah menyetujui bahkan menginginkan hal tersebut. Mungkin bagi khalayak ramai, hal tersebut menyimpang ataupun aneh, namun di lain pihak, hal tersebut hanya mereka (sadomasochism couple) anggap sebagai ekspresi seksual mereka, seperti (mungkin) orang mengekspresikan kegiatan seksual dengan mencium, mencumbu, dsb.
Sebenarnya sadism dan masochism tidak lagi dianggap sebagai disorder di DSM-5, kecuali mereka merasa tidak nyaman dengan hal tersebut dan mengganggu keberfungsian mereka sehari-hari. Dapat dikatakan hal ini sebenarnya banyak terjadi, namun masih belum terekspos pada masyarakat. Menurut saya, setiap orang memang memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan kegiatan seksualnya, dan selama hal tersebut disetujui kedua belah pihak, ya sah-sah saja, namun bagi pasangan sadomasochism, ada baiknya memastikan keamanan dari setiap aktivitas seksual yang akan dilakukan, mulai dari setting hingga tools-nya.

6 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar