Definisi Mencontek
Kata mencontek sudah sering didengar
dikalangan pelajar dan pengajar. Warsiyah (2013) “menyontek merupakan bentuk
kecurangan akademik” (para. 3). Mencontek dapat didefinisikan juga dengan
mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak jujur. Bower (dikutip dalam
Kushartanti, 2009) mengatakan “cheating (mencontek) adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan
sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis” (h. 40).
Dapat disimpulkan mencontek merupakan
perbuatan yang tidak jujur untuk mendapatkan suatu keberhasilan. Berikut
faktor-faktor yang membuat seseorang melakukan perbuatan mencontek.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mencontek
Faktor kebiasaaan.
Manusia jika sudah memiliki kebiasaan yang buruk,
akan sulit mengubahnya. Jika seseorang sudah sering mencontek sejak usia muda,
sampai tua nanti hal ini akan tetap dilakukan. Terutama jika individu merasa
bahwa mencontek merupakan hal yang menguntungkan dan mudah dilakukan, maka hal ini
akan terus tertanam di dalam dirinya.
Faktor
lingkungan. Manusia sebagai makhluk sosial akan melakukan interaksi dengan
orang lain. Hubungan dengan orang lain seperti berteman dan hidup berkeluarga akan mempengaruhi
perilaku individu. Beberapa orangtua menganggap bahwa mencontek merupakan hal yang
wajar sehingga anak akan merasa mencontek merupakan hal yang wajar juga.
Faktor
kecerdasasn. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, akan
terhindar dari perilaku mencontek. Tingkat kecerdasan yang dimaksud yaitu (a) intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ). Dengan tingkat kecerdasan rasional (IQ) yang
tinggi individu akan menyelesaikan kemampuan akademiknya dengan baik, namun jika IQ tidak
didampingi dengan rasa tanggung jawab dan perilaku yang baik (EQ) semuanya akan
sia-sia. Sikap bersyukur dan jujur (SQ) juga penting dalam kehidpan individu.
Faktor
usia. Faktor usia dapat mempengaruhi perilaku mencontek, namun terdapat
sedikit perbedaan dalam cara melakukannya.
Usia remaja.
Pada usia remaja, seperti pelajar sangat imgin menyelesaikan akademik dengan
nilai yang bagus. Orientasi pelajar yang hanya ingin mendapat nilai yang baik
akan menimbulkan rasa takut akan kegagalan. Rasa takut akan terus menghantui
sehingga membuat individu melakukan perbuatan curang.
Usia dewasa. Pada usia dewasa,
seperti mahasiswa dan dosen meskipun peluang untuk mencontek kecil, namun masih
ada beberapa yang melakukannya. Pembuatan skripsi, tesis, dan disertasi
merupakan hal sulit, sehingga terjadinya plagiat karena ketidaksanggupan untuk
menyelesaikannya.
Dampak Mencontek
Dampak yang dapat terjadi jika seseorang mencontek sering mencontek,
beberapa di antaranya yaitu (a) tidak bisa mandiri, (b) mudah putus asa, (c)
tidak dihargai oleh orang lain, (d) tidak bisa menghargai diri sendiri, dan (e)
tidak ada rasa percaya diri lagi.
Dampak yang terjadi dalam jangka panjang
yaitu pada saat bekerja, karena sering mencontek, materi pada saat individu
sekolah tidak kuasai. Orang-orang di sekitarnya akan merasa tidak mendapatkan
manfaat dari individu.
Solusi
Solusi yang paling utama adalah rasa percaya diri. Santrock (dikutip
dalam Kushartanti, 2009) menjelaskan bahwa “rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh
dari diri sendiri” (h. 41). Kepercayaan diri ini terdiri dari keyakinan akan
kemampuan diri, optimis, objektif, dan rasional serta realistis (Lauster,
dikutip dalam Kushartanti, 2009).
Kepercayaan diri yang dimiliki individu
akan membawa sikap jujur ketika melakukan sesuatu. Pada saat orang lain
mencontek, rasa percaya diri diharapkan akan memberikan rasa percaya pada
kemampuan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugasnya.
Solusi yang lain yaitu mengubah pola pikir,
berpikir bahwa perbuatan mencontek adalah hal yang tidak dapat ditoleransi.
Lebih banyak meluangkan waktu untuk belajar, supaya sesuatu yang diinginkan
dapat tercapai tanpa harus melakukan kecurangan.
Daftar Pustaka
Kushartatnti,
A. (2009, November). Perilaku mencontek ditinjau dari kepercayaan diri. Indigenous: Jurnal ilmiah berkala psikologi,
11(2), 38-46. Diunduh dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1451/5Anugrahening_Volume%2011%20No.%202%20Nompember%202009.pdf?sequence=1.
Warsiyah. (2013). Perilaku menyontek mahasiswa muslim: Pengaruh tingkat keimanan,
prokrstinasi, akademik, dan sikap terhadap menyontek pada perilaku menyontek
mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Tesis. Institut Agama Islam Negeri Walinsongo, Semarang. Diunduh dari http://eprints.walisongo.ac.id/31/1/Warsiyah_Tesis_Sinopsis.pdf.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar