Jumat, 01 November 2013

Perilaku Merokok (Andreas Alfred)

Definisi Merokok
     Merokok adalah perilaku manusia yang dilakukan sejak zaman romawi. Pada saat itu orang menggunakan ramuan yg mengeluarkan asap dan dapat dinikmati lewat hidung dan mulut (Sukma, 2011). Lebih jauh lagi, menurut Armstrong (dikutip dalam Kemala) perilaku merokok didefinisikan sebagai perilaku “Menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghebuskan kembali ke luar” (dikutip dalam Sukma, 2011). Menurut Levy (dikutip dari Kemala)  perilaku merokok adalah tindakan seseorang berupa membakar dan menghisap rokok yang dapat menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh orang-orang yang berada di sekitarnya (dikutip dalam Sukma, 2011). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok merupakan tindakan menghisap asap rokok dan dapat dihisap oleh orang-orang di sekitarnya.
Tahapan dalam Perilaku Merokok
     Tahapan dalam perilaku merokok (Komalasari, n.d.) terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu (a) tahap persiapan adalah seseorang mendapat imajinasi yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan; (b) tahap permulaan adalah tahap seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok; (c) tahap menjadi perokok adalah “seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang dalam satu hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokok”; (d) tahap mempertahankan rokok adalah merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan. Hal ini merupakan salah satu dari pengaturan diri. (Sukma, 2011)
Faktor yang Memengaruhi Perilaku Merokok
     Hansen (dikutip dalam Sarafino, 1994) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu (a) faktor biologis, (b) faktor psikologis, (c) faktor lingkungan sosial, dan (d) faktor demografis. Pertama, menurut penelitian faktor biologis membuktikan bahwa nikotin dalam rokok merupakan  bahan kimia yang membuat ketergantungan merokok. Kedua, faktor psikologis dalam merokok dapat  meningkatkan konsentrasi, menghilangkan rasa ngantuk, mencairkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan. Bagi individu yang berinteraksi terhadap orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. Ketiga, lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Keempat, faktor demografis meliputi umur dan jenis kelamin. Namun, pengaruh jenis kelamin saat ini tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sudah merokok.  (Sukma, 2011)
Penanganan Perilaku Merokok pada Umumnya
     Pengarahan yang kurang mengenai bahaya merokok ikut memengaruhi perilaku merokok. Program berhenti merokok bervariasi antara pengobatan di rumah sakit atau konseling individual. Pelayanan konseling terbukti mampu membantu sejumlah besar orang untuk berhenti merokok.
     Beberapa kelompok seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, tokoh pendidikan, dan guru menjadi tokoh panutan dalam upaya penanggulangan perilaku merokok. Media seperti papan reklame, radio, televisi dan surat kabar merupakan jalur penting untuk pendidikan masyarakat. Para wartawan diajak untuk upaya pengendalian tembakau dan risiko kesehatannya merupakan bagian penting dari penciptaan kesadaran masyarakat.Tujuannya adalah untuk merubah persepsi masyarakat tentang merokok bahwa tembakau adalah berbahaya dan merugikan. (Sukma, 2011)
Daftar Pustaka
Sukma, D. (2011). Perilaku merokok siswa serta peranan guru pembimbing. Diunduh dari  http://pustaka.unp.ac.id/abstrak/dina2011a.pdf
1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar