Keluarga merupakan
kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Setiap individu memiliki persepsi
berbeda mengenai keluarga. Pada umumnya keluarga merupakan sekelompok orang
yang memiliki ikatan baik secara emosional dan keturunan atau pertalian darah. Menurut
Reiner (dikutip dalam Jubair, 2012, para. 3) “keluarga adalah sebuah kelompok
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek."
Faktor-faktor
Utama yang Memengaruhi Perceraian
Dalam membina suatu keluarga sering kali
ditemukanh ambatan dan masalah-masalah, yang tidak jarang berujung pada
perceraian. Perceraian merupakan suatu kondisi di mana keluarga tidak lagi utuh,
dimana pasangan suami istri tidak lagi tinggal bersama. Beberapa faktor utama yang
memengaruhi perceraian, yaitu (a) keadaan ekonomi, (b) perselingkuhan, (c)
KDRT, dan (d) cara pandang yang tidak lagi sejalan.
Alasan pertama yang sering kali membuat
seseorang memutuskan untuk bercerai adalah keadaan ekonomi. Banyak orang
mengatakan, dalam membina suatu hubungan keluarga cinta bukanlah satu-satunya
hal terpenting, melainkan kondisi ekonimilah. Banyak fakta yang dapat dijumpai
di dalam masyarakat bahwa banyak pasangan yang gagal dalam membina hubungan
perkawinan mereka akibat kondisi ekonomi yang buruk. Banyaknya kebutuhan yang
kerap kali tidak terpenuhi, seringkali memicu perselisihan yang berujung pada
ketidakberdayaan dalam mempertahankan bahtera rumah tangga.
Alasan kedua yang menjadi pemicu dari
perpisahan suami-istri adalah perselingkuhan. Kehadiran orang ketiga merupakan
permasalahan yang sangat umum terjadi dan menjadi salah satu alasan utama
penyebab terjadinya perceraian. Ketidakpuasan pasangan atau keterlibatan cinta
pada masa lalu yang belum usai merupakan pemicu terjadinya perselingkuhan.
Alasan ketiga yang menjadi pemicu dalam
terjadinya percerain adalah kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Kekerasan
dalam rumah tangga biasanya dilakukan oleh pihak pria. Kondisi lingkungan yang
buruk serta himpitan kehidupan yang mendesak seringkali membuat seorang pria
cenderung berprilaku kasar. Tindakan penganiyayaan yang dilakukan oleh pria
biasanya merupakan suatu pelampiasan atas masalah atau kekesalan yang
dihadapinya.
Alasan terakhir yang seringkali menjadi alasan
pasangan suami-istri untuk bercerai adalah cara pandang yang tidak lagi
sejalan. Individu merupakan makhluk dinamis yang senantiasa berkembang.
Perkembangan yang dialami oleh seorang individu sering kali mempengaruhi cara
berpikir, berperilaku dan juga kebutuhannya. Pandangan yang tidak lagi sama
merupakan salah satu proses dari perkembangan pola pikir individu sehingga
sering kali hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat lagi hidup bersama.
Dampak dari Perceraian
Perceraian dalam suatu keluarga tidak hanya
berdampak bagi pasangan suami-istri, tetapi sering kali berdampak pula dengan keadaan
psikologis sang anak. Tanpa disadari oleh pasangan suami-istri, anak sering
kali menjadi korban keegoisan dalam perceraian kedua orangtuanya.
Anak-anak dengan latar belakang orangtua
yang bercerai biasanya memiliki masalah psikologis. Keadaan frustasi dan rasa
takut akibat tekanan yang dialaminya di rumah seringkali membuat seorang anak
kehilangan jati dirinya dan mengalami perubahan prilaku. Penyimpangan serta
kenakalan yang dilakukan oleh anak yang menjadi korban penceraian merupakan
suatu pelampiasan akibat kemarahan serta rasa kecewa yang dialami oleh sang
anak. Sikap antisosial yang ditunjukan seorang anak juga merupakan prilaku yang
kerap kali terjadi pada seorang anak yang menjadi korban penceraian.
Perceraian juga berdampak pada keadaan
psikologis pasangan suami-istri yang mengalami kegagalan dalam membina rumah
tangga. Seringkali perceraian membawa suatu trauma tersendiri, terutama dalam
memulai suatu hubungan yang baru. Perceraian juga sering kali mengubah perangai
pasangan suami-istri yang pada akhirnya melupakan tugas mereka sebagai
orangtua.
Solusi untuk Menghindari Perceraian
Manusia yang dikaruniai oleh akal dan budi
memiliki kemampuan bernalar yang tinggi sehingga mampu menemukan jalan keluar
atas masalahnya. Tidak ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan termasuk
perceraian. Setiap individu juga dapat menghindari percerain dengan menjaga
pikiran agar tetap postif, terbuka dengan pasangan agar menghindari
kesalahpahaman, serta saling berdiskusi agar dapat berintropeksi dan menemukan
solusi untuk setiap masalah yang dihadapi. (Destriyana, 2013)
Daftar
Pustaka
Destriyana.
(2013). Enam cara terbaik untuk
menghindari perceraian. Diunduh dari
http://www.merdeka.com/gaya/6-cara-terbaik-untuk-menghindari-perceraian.html
Jubair, D.
(2012). Pengertian keluarga menurut para
ahli. Diunduh dari
artikelprofesikesehatan.blogspot.com/2012/12/definisi-keluarga-menurut-beberapa-ahli.html?m=1
Prijosembodo,
W., & Panggabean, M. S. (2012). Kajian
tentang keluarga: dari ruang konsultasi psikiatri. Jakarta: Mitrabaca.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar