Pengertian
Motivasi
Uno
(2007) mengungkapkan bahwa istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi sangat dibutuhkan dalam
individu untuk mencapai suatu tujuan motivasi sangat dibutuhkan bagi seorang
individu. Berdasarkan Wikipedia (2013), “motivasi adalah proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan individu untuk mencapai
tujuannnya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan
ketekunan”.
Faktor yang Mendukung Motivasi
Motivasi merupakan suatu hal yang penting bagi siswa dalam proses
belajar melalui motivasi belajar,
seorang siswa dapat meningkatkan prestasinya dengan memiliki motivasi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung motivasi belajar antara lain dorongan
internal dan eksternal (Uno, 2007). Dukungan internal dan eksternal tersebut
meliputi “memilki hasrat dan keinginan untuk berhasil, terdapatnya dorongan dan
kebutuhan belajar, memiliki cita-cita masa depan, diberikan penghargaan dalam
belajar, terdapat kegiatan menarik pda proses belajar, dan terdapat lingkungan
belajar yang kondusif” (Uno, 2007).
Belajar
Sabri (2010) menyatakan bahwa belajar adalah proses berkat perilaku dan
pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan
tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan
meliputi segala aspek pribadi. Pada saat belajar motivasi sangat dibutuhkan
bagi siswa. Siswa membutuhkan dukungan dari orangtua, lingkungan dan
orang-orang terdekat untuk menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar.
Pola-pola
belajar siswa. Gagne
(dikutip dalam Sabri, 2010) menyatakan golongan pola-pola belajar siswa ke
dalam tujuh tipe, setiap tipe dapat dibedakan dari tipe yang lainnya dan dapat
dilihat dari kondisi, pola mana yang dikira cocok untuk seseorang kedelapan
tipe itu yaitu (a) signal learning
(belajar isyarat), (b) stimulus-respon
learning (belajar rangsangan tanggapan), (c) chaining (mempertautkan), (d) discrimination
learning (belajar membedakan), (e) Concept
learning (belajar pengertian), (f) rule
learning (belajar membuat generalisasi), dan (g) problem solving (belajar memecahkan masalah).
Pertama, yaitu tipe signal
learning tipe ini merupakan tingkat yang paling dasar yang tidak terlalu
mementingkang persyaratan tetapi tipe ini adalah tipe yang harus dilalui untuk
tipe belajar yang lebih tinggi. Kedua,
stimulus-respon learing tipe ini
termasuk kedalam instrumental condition
atau belajar dengan cara trial-eror. Ketiga, chaining merupakan tipe yang menghubungkan satuan ikatan
stimulus-respon. Kondisi yang diperlukan siswa dalam tipe ini antara lain anak
harus menguasai sejumlah satuan S-R baik psikomotorik
maupun verbal secara internal (Sabri, 2010).
Keempat, discrimination learning
dalam tipe ini kondisi utama dalam berlangsungnya proses belajar adalah siswa
harus memiliki kemampuan melakukan chaining
dan association dan tentunya
memiliki pengalaman. Kelima, concept learning tipe ini membentuk
suatu pengertian atau konsep utama yang dibutuhkan yaitu kemarihan diskriminasi
dan proses kognitif fundamental
sebelumnya. Keenam, rule learning pada
tahapan ini siswa belajar membuat generalisasi dan mengadakan kombinasi
berbagai konsep dengan menggunakan kaidah-kaidah logika. Seperti induktif,
deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensasi, komparasi dan kausalitas. Ketujuh, yaitu problem solving yaitu tipe belajar dimana kita mencoba untuk
memecahkan dan merumuskan masalah (Sabri, 2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Sabri, A. (2010). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Ciputat Press
Uno, H. B. (2007). Teori motivasi. Jakarta: Bumi aksara.
Wikipedia. (2013). Motivasi. Diunduh dari: http.//id.m.wikipedia.org/wiki/Motivasi
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar