Merokok adalah kegiatan
yang individu lakukan dengan membakar tembakau dan menghirupnya. Membakar
tembakau dapat dilakukan dalam bahan pelapis seperti kertas ataupun di dalam
pipa. Pada saat merokok temperatur yang ada pada ujung tembakau yang dibakar
adalah 900ºC. Temperatur yang ada pada ujung pipa atau rokok yang terkena bibir
dan dihisap adalah 30ºC. Merokok berbahaya pada kesehatan, karena dalam merokok
seseorang dapat menghisap lebih dari 4000 zat kimia berbahaya. Zat-zat yang
terkandung dalam rokok antara lain adalah tar, nikotin, gas karbonmonoksid, dan
logam berat. Zat-zat tersebut memiliki efek samping masing-masing yang
berbeda-beda, tetapi memiliki akibat yang sama yaitu berbahaya bagi kesehatan
(Sitepoe, 2000).
Penyebab
merokok.
Conrad dan Miller (dikutip
dalam Sitepoe, 2000) menyatakan bahwa :
Seseorang akan menjadi menjadi perokok
melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Dorongan psikologis:
merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan
kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan.
Dorongan fisiologis: adanya nikotin yang dapat mengakibatan ketagihan (adiksi)
sehingga seseorang ingin terus merokok. (h.17)
Individu akan terus
merokok bila mereka merasakan kenikmatan yang mereka senangi, baik secara
psikologis dan fisiologis. Penyebab psikologis dan fisiologis memiliki pengaruh
yang berbanding lurus, sama pentingnya. Dengan adanya nikotin individu pasti
akan merasakan ketagihan disebabkan nikotin merupakan zat adiktif. Dengan
merasakan ketagihan maka psikologis individu pun akan merasakan ketergantungan.
Itulah penyebab perokok akan terus merokok untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya dikarenakan sudah terkena zat adiktif.
Faktor internal.
Manusia
akan melakukan sesuatu disebabkan adanya kehendak dalam diri. Sebagai
contohnya kegiatan merokok, kegiatan merokok tidak akan terjadi tanpa adanya
keinginan si perokok untuk memulai. Memulai kegiatan merokok dilihat dari
faktor internal, disebabkan yang utama karena adanya rasa penasaran. Rasa
penasaran dalam diri seseorang dapat tumbuh dikarenakan melihat orang lain
merokok. Individu yang belum pernah mencoba akan merasa penasaran dan mulai mencoba
sendiri lalu karena mencoba sekali akan timbul rasa ketagihan. Terkadang
individu mulai merokok karena ingin dianggap sudah dewasa.
Faktor eksternal.
Faktor
lain selain faktor internal yang dapat memengaruhi individu untuk merokok
adalah faktor eksternal. Faktor eksternal dimaksudkan adalah penyebab dari luar
diri individu tersebut yang memicu keinginan untuk merokok. Salah satu penyebab
utama adalah karena dipaksa oleh temannya dan tidak enak hati untuk menolak.
Bisa terjadi juga karena dimulai dengan menjadi perokok pasif dan akhirnya
menjadi perokok aktif. Perokok pasif adalah individu yang menghisap asap rokok
yang disebabkan oleh orang lain baik sengaja maupun tidak sengaja. Beberapa
pria yang menonton iklan rokok menjadi tertarik untuk merokok, karena di dalam
iklan tersebut diberikan pesan bahwa dengan merokok akan terlihat jantan
(Sitepoe, 2000).
Akibat merokok
Dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat banyak iklan rokok dan peringatan mengenai bahaya merokok di dalamnya.
Dapat dilihat juga tanda-tanda larangan untuk merokok. Itu semua dikarenakan
bahwa secara umum, semua orang tahu bahwa merokok tidak baik bagi kesehatan dan
lingkungannya. Merokok tidak hanya mengganggu kesehatan perokoknya, tapi bagi
orang-orang di sekitarnya juga (perokok pasif). “Menjadi perokok pasif bagi
wanita hamil boleh dikatakan merupakan permulaan merokok bagi sang janin”
(Sitepoe, 2000, h. 19).
Pengaruh
bahan kimia dalam rokok terhadap tubuh manusia.
Nikotin.
Nikotin merupakan zat yang terdapat dalam tembakau yang
mengakibatkan adiksi atau ketagihan. Nikotin bersifat racun yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah, kontraksi otot jantung, meningkatnya gula
darah, meningkatkan kolestrol jahat (LDL), dan meningkatkan agregasi sel
pembekuan darah (Sitepoe, 2000).
Tar.
Tar
merupakan zat yang terdapat dalam tembakau, cengkeh, dan pembalut rokok. Tar
akan terdapat pada rokok yang dibakar. Tar adalah salah satu zat yang dapat
memicu kanker paru-paru dalam tubuh manusia (Sitepoe, 2000).
Gas karbonmonoksid (CO).
Gas
karbonmonoksid adalah gas yang berlawanan dengan oksigen. Gas karbonmonoksid
yang terlalu banyak dalam darah akan mengakibatkan policitemia dalam syaraf
pusat (Sitepoe, 2000). ”Kandungan kadar karbonmonoksid di dalam rokok kretek
lebih rendah daripada kandungan kadar karbonmonoksid di dalam rokok putih”
(Sitepoe, 2000, h. 30).
Penyakit yang disebabkan akibat
merokok.
Dalam
rokok terdapat banyak bahan kimia yang menyebabkan pengaruh buruh pada
kesehatan tubuh antara lain (a) Penyakit kardiovaskuler, (b) Penyakit neoplasma
(kanker), (c) Penyakit saluran pernapasan, (d) Gangguan kehamilan, (e) Peningkatan
tekanan darah, (f) Peningkatan prevalensi gondok, (g) Penghambatan buang air
kecil, dan (h) Amblyopia (Sitepoe, 2000).
Polusi
udara akibat rokok.
Merokok
akan menghasilkan banyak asap, dari asap tersebutlah dapat timbulnya polusi
udara. “Gangguan akut dari polusi ruangan dengan rokok adalah bauyang kurang
menyenangkan serta menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan” (Sitepoe,
2000, h. 41).
Usaha pencegahan dari
merokok
Usaha pencegahan merokok dapat dimulai
dalam diri sendiri. Bagi orang yang sudah memiliki pengetahuan bahwa merokok
adalah kegiatan yang buruk, janganlah mulai mencoba. Dengan mulai mencoba saja
akan menimbulkan ketagihan yang akan menyebabkan susahnya untuk berhenti
merokok. Bila di antara kita ada yang diajak teman untuk merokok, walaupun
merasa tidak enak lebih baik untuk menolak dengan halus. Dengan merokok yang
akan merasakan akibat utamanya adalah diri sendiri. Pencegahan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah untuk mempersulit perusahaan rokok untuk
mengedarkan rokok, sehingga akan berkurang konsumsi rokok. Dengan membuat pasal
untuk larangan merokok di tempat umum akan menurunkan juga polusi udara dan
korban perokok pasif.
Orangtua juga berperan aktif karena
orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Jika dari usia dini
anak sudah dididik untuk disiplin, maka akan mengurangi kemungkinan anak
tersebut di masa remaja akan menjadi perokok. Lembaga kesehatan juga dapat
berperan dengan melakukan penyuluhan mengenai akibat-akibat dari merokok di
sekolah ataupun di universitas. Dengan menambahnya pengetahuan mengenai akibat
maka orang-orang yang ingin merokok akan bepikir berkali-kali untuk merokok.
Daftar Pustaka
Sitepoe, M. (2000). Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta:
Grasindo.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar