Pada zaman modern saat ini, beban kehidupan individu semakin kompleks, terutama dengan ketatnya persaingan kehidupan kota metropolitan seperti Jakarta. Hal ini menimbulkan stres pada banyak individu. Sedangkan secara manusiawi, seseorang akan mencoba mempertahankan rasa senang dan cenderung menghindari perasaan tertekan. Sehingga masing-masing individu mencari cara untuk menenangkan diri atau melepas segala keluh kesah yang mungkin terpendam dalam diri. Banyak yang memilih untuk bersantai dengan berpergian, berllibur ke tempat-tempat wisata, berolahraga atau melakukan berbagi kegemaran mereka. Namun, ada juga yang melakukannya dengan cara yang negatif, dengan contoh yang paling sederhana, merokok (Komalasari & Hemli, 2006).
Kegiatan perilaku merokok ini sungguh fenomenal, karena semua orang mengetahui bahwa tidak ada dampak baik yang dihasilkan dari merokok, tetapi perilaku merokok semakin banyak dan usia perokok semakin muda. Saat ini semakin banyak kelompok masyarakat yang memilih merokok untuk mendapatkan “perasaan lega” dengan cepat. Awal seseorang dapat menjadi perokok dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan (Salawati & Amalia, 2010).
Penyebab Orang Mulai Merokok
Seorang perokok pasti berawal dari individu normal yang tidak merokok, namun diperkenalkan baik melalui media atau lingkungan sepermainan (peer group). Terutama pada masa rewaja atau masa awal dewasa, seseorang akan terus mencoba berbagai hal agar mendapatkan jati diri. Faktor lingkungan sepermainan (peer group) pada saat tersebut sangat kuat efeknya pada individu. Melalui sosialisasi dengan lingkungan perokok hingga pemberian tekanan untuk mencoba. Media juga mempunyai peran yang besar bagi banyak kalangan mudah, melalui iklan juga berbagi acara yang disponsori perusahaan rokok yang besar, seperti festival musik. Walau tidak sepenuhnya salah, kurangnya penyampaian pesan akan bahaya merokok ada jauh di belakang pikiran para pemuda yang terbawa “euphoria rokok” (Komalasari & Hemli, 2006).
Menurut Leventhal & Clearly (dalam Komalasari & Hemli, 2006) perilaku individu merokok hingga menjadi seorang perokok diuraikan dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap prepatory, (2) tahap initiation, (3) tahap “becoming a smoker”, dan (4) tahap maintenance of smoking. Pertama, ketika individu menerima gambaran akan merokok, melalui ilustrasi visual, cerita orang lain, dan contoh konkret, sehingga menimbulkan minta untuk mencoba merokok. Kedua, di sinilah saat individu akan menentukan apakah ia ingin menerusakan merokok atau tidak. Ketiga, saat individu telah mengonsumsi kurang-lebih empat batang rokok per harinya maka ia akan cenderung menjadi perokok. Dan kelima, pada tahap ini merokok bagi individu tersebut merupakan bagian dari cara mengatur dirinya (self-regulating), karena merokok dilakukan demi efek menyenangkan.
Dampak Merokok
Akibat mengonsumsi rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok, tetapi juga bagi non-perokok di sekitar lingkungan perokok. Baik timbulnya penyakit bagi tubuh manusia dan dampak negatif bagi lingkungan alam. Partodiharjo (dikutip dalam Hartini, Fatimah, & Mardhiyah , 2006) mengatakan “rokok mengandung zat psikoaktif bernama nikotin dan 4000 zat kimia yang berbahaya, yaitu 20 macam diantaranya adalah racun yang mematikan” (h. 2).
Bagi perokok sendiri, bila konsumsi nikotin tiba-tiba dihentikan dapat menimbulkan stres. Karena nikotin merupakan zat adiktif, maka sekali mengonsumsi berarti akan terus mencari akan kenikmatan yang telah dirasakan. Padahal pada tahap awal merokok, perokok awal terdapat gejala-gejala fisik, seperti batuk-batuk, lidah terasa gatal, dan perut mual. Namun gejala awal ini seringkali diabaikan karena terus dipaksakan untuk mengonsumsi rokok. Bagi non-perokok, asap rokok yang ditimbulkan perokok dapat membahayakan kesehatan tubuhnya, seperti timbulnya penyakit yang menyerang organ pernapasan paru-paru (Komalasari & Hemli, 2006).
Terlebih, adanya dampak negatif bagi lingkugan alam yang ditimbulkan dari kegitan merokok yan paling signifikan, polusi udara. Kadar karbonmonoksida (CO) yang semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah perokok aktif akan menghasilkan berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara, karena karbonmonoksida mengikat oksigen. Bila kadar Oksigen (O2) di udara semakin menurun juga berdampak bagi kesehatan manusia karena dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (Komalasari & Hemli, 2006).
Daftar Pustaka
Komalasari, D., & Hemli, A. F. (2006). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Diunduh dari http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf.
Hartini, H., Fatimah, S., & Mardhiyah, A. (n.d.). Tipe perilaku merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor. Diunduh dari htttp://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/689/735.
Salawati, T., & Amalia, R. (2010). Perilaku merokok di kalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang. Diunduh dari http://jurnal.unimus.ac.id/jurnal/merokokdikalangan_unimus.pdf
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar