Minggu, 03 November 2013

Kemacetan di Ibukota (Satrio Evan - 705130007)

Pendahuluan
Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia dengan kepadatan penduduk hingga 8.839.247 jiwa (Data Statistika Indonesia, 2005). Jumlah penduduk yang semakin padat ini menimbulkan dampak yang cukup parah dalam pembangunan kota, salah satunya kemacetan. Meskipun telah banyak aparat yang mengatur ketertiban lalu lintas, tetapi karena padatnya kendaraan mengakibatkan jalan raya menjadi tidak terkendali. Jumlah kendaraan di Jakarta pun mencapai 85.601.351 unit (Badan Pusat Statistika, n.d.) yang terdiri dari mobil, bis, truk, dan sepeda motor.
Penyebab Kemacetan
Banyak faktor kemacetan di ibukota ini yang menjadikannya semakin tidak beraturan, yaitu:
Angkutan umum. Angkutan umum atau yang lebih dikenal dengan istilah angkot adalah kendaraan umum yang difungsikan untuk mengangkut para penumpang menuju tujuannya. Adakalanya angkutan umum ini tidak menaati peraturan yang ada seperti, berhenti tidak pada halte, pindah jalur semena-mena, membuat “terminal bayangan”, dan masih banyak lagi.
     Kendaraan pribadi. Meskipun dibeli dengan uang keringat sendiri, tetapi kendaraan pribadipun menjadi salah satu penyebab kemacetan yaitu:
Mobil. Seperti yang kita ketahui banyak bermunculan mobil-mobil murah di Indonesia dan konsumsi masyarakat yang kian meningkat untuk mendapatkan kenyamanan dalam berpergian adalah salah satu penyebab kemacetan. Semakin banyaknya jumlah mobil murah yang dijual oleh perusahaan otomotif menjadi salah satu ancaman bagi kemacetan di ibukota.
Motor. Kendaraan yang paling efisien dengan harga terjangkau serta kuat dalam segala medan, motor menyumbangkan faktor paling besar penyebab kemacetan. Alur motor yang tidak beraturan dan juga manuver pada lajur lain menyebabkan kendaraan lain susah menebak jalan motor.
Kendaraan proyek. Kendaraan besar yang melalui jalanan pada jam kerja merupakan suatu kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kemacetan pada jalan raya. Jika dilihat dari ukurannya, maka tidak selayaknya kendaraan besar menggunakan jalur biasa apalagi ketika jam kerja. Seyogianya untuk membangun suatu proyek maka hal-hal seperti ini juga diperhitungkan matang-matang mengingat ukuran jalan tidak sepadan dengan ukuran kendaraannya.
Pejalan kaki. Tak luput dari peran kendaraan, pejalan kaki juga merupakan salah satu penyebabnya. Walaupun telah banyak jembatan penyebrangan, tetapi pejalan kaki masih tetap menyebrang melalui jalan raya. Hal ini memungkinkan kendaraan akan berhenti agar tidak terjadi kecelakaan, dan inilah yang menyebabkan kemacetan karena di samping pejalan kaki pasti akan ada angkutan umum yang berhenti di sebrang jalan.
 
Dampak Kemacetan
Dampak kemacetan yang sering terjadi di Jakarta terbagi dua macam, yaitu:
Dampak negatif. Kemacetan menimbulkan banyak dampak negatif diantaranya adalah waktu. Waktu yang terbuang demi sebuah kemacetan adalah perbuatan sia-sia, dimana kita menunggu untuk mencapai sebuah tempat dengan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.
Dampak positif. Sisi lain dari kemacetan adalah kita dapat melakukan aktifitas disela-sela kemacetan, seperti sarapan, membaca buku, membalas pesan singkat, hingga berbincang dengan teman.
Simpulan
Kemacetan yang terjadi adalah ketidaktertiban yang terjadi dan didasari oleh para pengguna jalan.  Meskipun telah banyak renovasi dan inovasi yang diungkapkan, tetapi kemacetan di Jakarta ini tetap tidak terselesaikan. Faktor-faktor di atas hanyalah sarana penyebab kemacetan. Pada intinya kemacetan yang menjadi titik pokok permasalahan ini hanyalah sebuah bom waktu yang akan meledak lebih besar dan berakibat pada kebuntuan jalan.
Saran
Penulis berkeinginan agar para pembaca sekalian mengetahui sekaligus sadar akan padatnya ibukota ini. Semakin tidak teratur dan emosi menghadapi keadaan jalan, maka semakin buruk juga situasi yang akan diterima dalam sebuah rantai kemacetan. Karena itu penulis mengajak pembaca untuk lebih tertib dalam berkendara, lebih menaati peraturan jalan, dan juga dapat menenangkan diri serta dapat mengisi kemacetan dengan hal-hal yang positif. Semoga kemacetan yang dihadapi akan lebih terurai ketika tiap individu mau membuka mata, telinga, serta hati dalam kemacetan.


Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (n. d.). Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 1987-2011. Diunduh dari

Data Statistik Indonesia. (2005). Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, provinsi, dan kabupaten/kota, 2005. Diunduh dari http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel&task=&Itemid=165

1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar