Pendahuluan
Jakarta adalah ibukota
Negara Republik Indonesia dengan kepadatan penduduk hingga 8.839.247 jiwa (Data Statistika Indonesia, 2005).
Jumlah penduduk yang semakin padat ini menimbulkan dampak yang cukup parah
dalam pembangunan kota, salah satunya kemacetan. Meskipun telah banyak aparat
yang mengatur ketertiban lalu lintas, tetapi karena padatnya kendaraan
mengakibatkan jalan raya menjadi tidak terkendali. Jumlah kendaraan di Jakarta
pun mencapai 85.601.351 unit (Badan Pusat Statistika, n.d.) yang terdiri dari
mobil, bis, truk, dan sepeda motor.
Penyebab Kemacetan
Banyak
faktor kemacetan di ibukota ini yang menjadikannya semakin tidak
beraturan, yaitu:
Angkutan umum. Angkutan
umum atau yang lebih dikenal dengan istilah angkot
adalah kendaraan umum yang difungsikan untuk mengangkut para penumpang menuju
tujuannya. Adakalanya angkutan umum ini tidak menaati peraturan yang ada
seperti, berhenti tidak pada halte, pindah jalur semena-mena, membuat “terminal
bayangan”, dan masih banyak lagi.
Kendaraan pribadi. Meskipun
dibeli dengan uang keringat sendiri, tetapi kendaraan pribadipun menjadi salah
satu penyebab kemacetan yaitu:
Mobil. Seperti yang kita ketahui banyak bermunculan mobil-mobil
murah di Indonesia dan konsumsi masyarakat yang kian meningkat untuk
mendapatkan kenyamanan dalam berpergian adalah salah satu penyebab kemacetan. Semakin
banyaknya jumlah mobil murah yang dijual oleh perusahaan otomotif menjadi salah
satu ancaman bagi kemacetan di ibukota.
Motor. Kendaraan yang paling efisien dengan harga terjangkau serta
kuat dalam segala medan, motor menyumbangkan faktor paling besar penyebab
kemacetan. Alur motor yang tidak beraturan dan juga manuver pada lajur lain
menyebabkan kendaraan lain susah menebak jalan motor.
Kendaraan proyek. Kendaraan
besar yang melalui jalanan pada jam kerja merupakan suatu kesalahan fatal yang
dapat mengakibatkan kemacetan pada jalan raya. Jika dilihat dari ukurannya,
maka tidak selayaknya kendaraan besar menggunakan jalur biasa apalagi ketika
jam kerja. Seyogianya untuk membangun suatu proyek maka hal-hal seperti ini
juga diperhitungkan matang-matang mengingat ukuran jalan tidak sepadan dengan ukuran
kendaraannya.
Pejalan kaki. Tak luput
dari peran kendaraan, pejalan kaki juga merupakan salah satu penyebabnya.
Walaupun telah banyak jembatan penyebrangan, tetapi pejalan kaki masih tetap
menyebrang melalui jalan raya. Hal ini memungkinkan kendaraan akan berhenti
agar tidak terjadi kecelakaan, dan inilah yang menyebabkan kemacetan karena di
samping pejalan kaki pasti akan ada angkutan umum yang berhenti di sebrang
jalan.
Dampak Kemacetan
Dampak
kemacetan yang sering terjadi di Jakarta terbagi dua macam, yaitu:
Dampak negatif. Kemacetan
menimbulkan banyak dampak negatif diantaranya adalah waktu. Waktu yang terbuang
demi sebuah kemacetan adalah perbuatan sia-sia, dimana kita menunggu untuk
mencapai sebuah tempat dengan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.
Dampak positif. Sisi
lain dari kemacetan adalah kita dapat melakukan aktifitas disela-sela
kemacetan, seperti sarapan, membaca buku, membalas pesan singkat, hingga
berbincang dengan teman.
Simpulan
Kemacetan
yang terjadi adalah ketidaktertiban yang terjadi dan didasari oleh para pengguna jalan. Meskipun telah banyak renovasi dan inovasi yang diungkapkan, tetapi
kemacetan di Jakarta ini tetap tidak terselesaikan. Faktor-faktor di atas
hanyalah sarana penyebab kemacetan. Pada intinya kemacetan yang menjadi titik
pokok permasalahan ini hanyalah sebuah bom waktu yang akan meledak lebih besar
dan berakibat pada kebuntuan jalan.
Saran
Penulis
berkeinginan agar para pembaca sekalian mengetahui sekaligus sadar akan padatnya
ibukota ini. Semakin tidak teratur dan emosi menghadapi keadaan jalan, maka
semakin buruk juga situasi yang akan diterima dalam sebuah rantai kemacetan. Karena itu penulis mengajak pembaca untuk lebih tertib dalam
berkendara, lebih menaati peraturan jalan, dan juga dapat menenangkan diri
serta dapat mengisi kemacetan dengan hal-hal yang positif. Semoga kemacetan
yang dihadapi akan lebih terurai ketika tiap individu mau membuka mata, telinga,
serta hati dalam kemacetan.
Daftar
Pustaka
Badan Pusat Statistik. (n.
d.). Perkembangan jumlah kendaraan
bermotor menurut jenis tahun 1987-2011. Diunduh dari
Data Statistik Indonesia. (2005). Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, provinsi, dan kabupaten/kota, 2005. Diunduh dari http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel&task=&Itemid=165
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar