Minggu, 03 November 2013

Keluarga Disharmoni (Kezia Valeria- 705130027)


Definisi Keluarga Harmoni dan Disharmoni
      Koerner dan Fitzpatrick (dikutip dalam Lestari, 2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga definisi mengenai keluarga, yaitu (a) definisi struktural, (b) definisi fungsional, dan (c) definisi transaksional. Dalam definisi struktural, keluarga dipandang sebagai asal usul, wahana melahirkan keturunan, dan keluarga batih. Dalam definisi fungsional, keluarga mencakup perawatan, hubungan dengan anak, dan dukungan mengenai emosi dan materi. Dalam definisi transaksional, keluarga dipandang sebagai kelompok yang memunculkan identitas sebagai keluarga berupa ikatan emosi, pengalaman historis, dan cita-cita masa depan.
     Keluarga dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: (a) keluarga harmoni, sebuah keluarga yang memiliki hubungan yang baik antar anggotanya; dan (b) keluarga disharmoni. keluarga yang tidak memiliki hubungan yang baik antar anggotanya.
Faktor Penyebab Keluarga Disharmoni
     Lingkungan keluarga. Di dalam keluarga setiap anggota keluarga memiliki  tanggung jawab masing-masing. Misalnya ibu bertanggung jawab dalam menyiapkan makanan, anak bertanggung jawab untuk membantu ibu membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel, dan mencuci baju, sedangkan ayah bertanggung jawab mengantarkan anak ke sekolah.
     Konflik antara orangtua dan anak. Konflik merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan dan pertidaksetujuan. Hal ini sering terjadi di dalam keluarga yang menyebabkan terjadinya keluarga disharmoni. Konflik pada dasarnya merusak hubungan yang sudah terjalin di dalam keluarga. Misalnya orangtua bertengkar karena masalah ekonomi, orangtua dan anak bertengkar karena masalah kecil seperti tidak dibelikan barang yang diinginkan.
     Pengaruh pekerjaan. Pekerjaan merupakan sesuatu yang penting karena dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Ayah sebagai kepala keluarga memiliki tugas untuk memenuhi setiap kebutuhan keluarganya, seperti membayar uang sekolah, membayar listrik, air dan sebagainya. Akan tetapi pada jaman sekarang, banyak seorang ibu yang ingin menjadi wanita karier. Terdapat beberapa alasan seorang ibu menjadi wanita karier, yaitu (a) ingin mandiri, dan (b) penghasilan ayah kurang dapat mencukupi kebutuhan. Teradapat dampak positif dan negatif jika kedua orangtua bekerja. Dampak positifnya dapat memenuhi semua kebutuhan keluarganya, dan dampak negatifnya kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada anak.
Dampak Keluarga Disharmoni
     Dampak terhadap hubungan dengan pasangan. Terdapat beberapa dampak seperti perceraian dan perselingkuhan. Perceraian akan terjadi jika ada permasalahan yang selalu disembunyikan, gejala-gejala yang muncul seperti ketidakpercayaan, ketidakpuasan dan kecemburuan terhadap pasangan. Perselingkuhan terjadi karena mengalami tahap bosan dengan pasangan, sehingga mencari pasangan yang baru.
     Dampak terhadap anak. Dampak terhadap anak seperti malas belajar akan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupannya karena sang anak tidak memikirkan masa depannya. Kenakalan remaja muncul karena kurangnya perhatian dari orangtua, sehingga sang anak mencoba sesuatu yang baru seperti seks bebas dan menggunakan nakoba.
Cara Mengatasi Keluarga Disharmoni
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengatasi keluarga disharmoni, seperti:
  Pendekatan psikodinamik. Pendekatan ini berusaha untuk memahami proses kejadian yang berlangsung. Pendekatan ini berfungsi untuk mengetahui penyebab keluarga disharmoni dan cara untuk mengatasinya (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
     Pendekatan behavioristik. Pendekatan ini berfungsi untuk mengatasi gejala yang ada tanpa memperhatikan proses kejadiannya (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
 Pendekatan melalui hubungan-hubungan yang diarahkan (konseling). Konseling dapat dilakukan agar seseorang merasa lebih tenang dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Dapat dilakukan dengan proses sugesti (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
     Pendekatan melalui religi. Iman sangat dibutuhkan dalam kehidupan karena merupakan sumber kekuatan dalam menghadapi hal-hal yang tidak baik ketika menjalani kegiatan sehari-hari (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Cara Mencegah Keluarga Disharmoni. Saling terbuka dan saling menghargai sangat dibutuhkan dalam mencegah keluarga disharmoni. Saling terbuka mengenai masalah keuangan yang dialami. Saling menghargai agar tidak ada perasaan egois diantara anggota keluarga.

Daftar Pustaka
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan  keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ridwan. (2012, 26 Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari http://ypyy.blogspot.com/2012/10/maraknya-keluarga-disharmoni-zaman-ini.html.
Saputra, P. A. (2012, 25 Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari http://psypas.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni.html.

1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar