Definisi
Keluarga Harmoni dan Disharmoni
Koerner dan Fitzpatrick (dikutip
dalam Lestari, 2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga definisi mengenai
keluarga, yaitu (a) definisi struktural, (b) definisi fungsional, dan (c) definisi
transaksional. Dalam definisi struktural, keluarga dipandang sebagai asal usul,
wahana melahirkan keturunan, dan keluarga batih. Dalam definisi fungsional, keluarga
mencakup perawatan, hubungan dengan anak, dan dukungan mengenai emosi dan
materi. Dalam definisi transaksional, keluarga dipandang sebagai kelompok yang
memunculkan identitas sebagai keluarga berupa ikatan emosi, pengalaman historis,
dan cita-cita masa depan.
Keluarga dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu: (a) keluarga harmoni, sebuah keluarga yang memiliki
hubungan yang baik antar anggotanya; dan (b) keluarga disharmoni. keluarga yang
tidak memiliki hubungan yang baik antar anggotanya.
Faktor
Penyebab Keluarga Disharmoni
Lingkungan keluarga. Di dalam keluarga
setiap anggota keluarga memiliki tanggung
jawab masing-masing. Misalnya ibu bertanggung jawab dalam menyiapkan makanan,
anak bertanggung jawab untuk membantu ibu membersihkan rumah seperti menyapu,
mengepel, dan mencuci baju, sedangkan ayah bertanggung jawab mengantarkan anak
ke sekolah.
Konflik antara orangtua dan anak. Konflik merupakan
suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan dan
pertidaksetujuan. Hal ini sering terjadi di dalam keluarga yang menyebabkan
terjadinya keluarga disharmoni. Konflik pada dasarnya merusak hubungan yang
sudah terjalin di dalam keluarga. Misalnya orangtua bertengkar karena masalah
ekonomi, orangtua dan anak bertengkar karena masalah kecil seperti tidak
dibelikan barang yang diinginkan.
Pengaruh pekerjaan. Pekerjaan merupakan
sesuatu yang penting karena dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya. Ayah sebagai kepala keluarga memiliki
tugas untuk memenuhi setiap kebutuhan keluarganya, seperti membayar uang
sekolah, membayar listrik, air dan sebagainya. Akan tetapi pada jaman sekarang,
banyak seorang ibu yang ingin menjadi wanita karier. Terdapat beberapa alasan
seorang ibu menjadi wanita karier, yaitu (a) ingin mandiri, dan (b) penghasilan
ayah kurang dapat mencukupi kebutuhan. Teradapat dampak positif dan negatif
jika kedua orangtua bekerja. Dampak positifnya dapat memenuhi semua kebutuhan
keluarganya, dan dampak negatifnya kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada
anak.
Dampak Keluarga
Disharmoni
Dampak terhadap hubungan dengan pasangan. Terdapat beberapa
dampak seperti perceraian dan perselingkuhan. Perceraian akan terjadi jika ada
permasalahan yang selalu disembunyikan, gejala-gejala yang muncul seperti
ketidakpercayaan, ketidakpuasan dan kecemburuan terhadap pasangan.
Perselingkuhan terjadi karena mengalami tahap bosan dengan pasangan, sehingga mencari pasangan yang baru.
Dampak terhadap anak. Dampak terhadap
anak seperti malas belajar akan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupannya karena
sang anak tidak memikirkan masa depannya. Kenakalan remaja muncul karena
kurangnya perhatian dari orangtua, sehingga sang anak mencoba sesuatu yang baru
seperti seks bebas dan menggunakan nakoba.
Cara
Mengatasi Keluarga Disharmoni
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengatasi keluarga disharmoni,
seperti:
Pendekatan
psikodinamik. Pendekatan ini berusaha untuk memahami proses kejadian yang
berlangsung. Pendekatan ini berfungsi untuk mengetahui penyebab keluarga
disharmoni dan cara untuk mengatasinya (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Pendekatan behavioristik. Pendekatan ini
berfungsi untuk mengatasi gejala yang ada tanpa memperhatikan proses
kejadiannya (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Pendekatan melalui
hubungan-hubungan yang diarahkan (konseling). Konseling dapat
dilakukan agar seseorang merasa lebih tenang dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Dapat dilakukan dengan proses sugesti (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Pendekatan melalui religi. Iman sangat dibutuhkan
dalam kehidupan karena merupakan sumber kekuatan dalam menghadapi hal-hal yang
tidak baik ketika menjalani kegiatan sehari-hari (Gunarsa & Gunarsa, 2004).
Cara
Mencegah Keluarga Disharmoni. Saling terbuka dan saling menghargai sangat
dibutuhkan dalam mencegah keluarga disharmoni. Saling terbuka mengenai masalah
keuangan yang dialami. Saling menghargai agar tidak ada perasaan egois diantara
anggota keluarga.
Daftar Pustaka
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S.
D. (2004). Psikologi praktis: Anak,
remaja, dan keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan
penanganan konflik keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ridwan. (2012, 26 Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari http://ypyy.blogspot.com/2012/10/maraknya-keluarga-disharmoni-zaman-ini.html.
Saputra, P. A. (2012, 25 Oktober). Keluarga disharmoni. Diunduh dari http://psypas.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni.html.1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar