Minggu, 03 November 2013

Faktor Perceraian Orangtua dan Dampak pada Anak Usia Remaja (Wagetama-705130097)

Keluarga
Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Menurut Ballon dan Maglaya (dikutip dalam Jubair, 2012), “keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena adanya hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga yang saling berintegrasi satu sama lain dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya” (para. 2).
Banyak istilah yang digunakan oleh para ahli untuk memberikan pengertian atau definisi tentang keluarga. Keluarga dapat berarti bapak, ibu, dan anak-anaknya atau seisi rumah. Secara umum, keluarga didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orangtua atau lebih yang diikat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi, serta tinggal bersama.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perceraian
      Dalam membina suatu hubungan rumah tangga sering kali pasangan suami-istri berada pada titik jenuh. Terdapat banyak konflik yang tidak dapat dihindari sehingga berujung pada pertentangan. Sebagai contoh, salah satu pasangan akan mencoba mencari seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman dalam berhubungan untuk sementara tanpa adanya ikatan. Seperti yang dikatakan Prijosembodo dan Pangabean (2012) dalam bukunya yang berjudul Kajian tentang keluarga mengatakan bahwa “adapun alasan perceraian amatlah beragam dari mulai faktor ekonomi, cemburu, poligami, perselingkuhan, penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)” (h. 6). Masalah ekonomi terjadi karena suami sebagai kepala rumah tangga tidak dapat mencukupi kebutuhan istri, Sehingga menyebabkan istri mencoba mencari pria yang lebih mapan yang dapat mencukupi segala kebutuhannya (Prijosembodo & Pangabean, 2012).
       Faktor cemburu ada kaitannya dengan poligami dan perselingkuhan. Poligami dan perselingkuhan penyebab adanya cumburu dalam suatu hubungan rumah tangga. Banyak orang mengatakan poligami dan perselingkuhan disebabkan karena adanya orang ke tiga dalam rumah tangga. Namun pada dasarnya poligami dan perselingkuhan itu ada karena pilihan dari suami-istri. Apabila suami atau istri memilih tidak membuka hati untuk orang ketiga hadir dalam rumah tangga, perselingkuhan atau poligami itupun tidak akan hadir dalam hubungan mereka (Prijosembodo & Pangabean, 2012).
       Faktor penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sering terjadi dalam sebuah rumah tangga. Faktor tersebut biasanya terjadi pada pasangan suami-istri yang suaminya bertempramen keras atau pemabuk. Suami dengan sikap demikian tidak segan-segan untuk menganiaya istrinya. Pada saat dalam masalah atau dalam keadaan mabuk, sang suami tidak segan-segan melampiaskan kekesalan dengan memukul istrinya (Prijosembodo & Pangabean, 2012).

Dampak Perceraian pada Anak
       Faktor-faktor diatas memicu terjadinya perceraian yang membawa dampak bagi keluarga terutama pada anak-anak. Seperti yang dikatakan Spoth, Tricia, Lillehoj, Jung, dan Mikler (dikutip dalam Dermawan & Sutaryo, 2011), “Perceraian dapat membuat remaja berkonflik dengan orangtua, merasa diabaikan, dan timbul sikap keluarga yang memberontak” (h. 202).
       Perceraian membawa dampak buruk bagi anak. Dengan merasa diabaikan, anak akan berpikiran untuk mecari sesuatu yang dapat membuatnya bahagia. Dengan kata lain anak bisa terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. Hal itu terjadi pada salah satu rentang usia remaja 11-14 tahun, dimana anak sudah menyadari keadaan keluarga yang berubah akibat perceraian. Pada saat terjadinya perceraian ibu atau ayah yang tinggal dirumah yang berbeda dengan anak akan menyebabkan merenggangnya hubungan  antara orangtua dengan anak.

Solusi dalam Menghindari Perceraian
       Proses menghindari perceraian adalah sesuatu yang harus dimulai pada awal dari sebuah hubungan. Dalam sebuah keluarga tidak lepas dari suatu masalah. Dari permasalahan itu banyak orang yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka atau bercerai. Kebanyakan pada saat itu hanya ego yang mereka gunakan, tanpa melihat dampak buruk dari perceraian itu sendiri.
       Solusi dalam  menghindari perceraian, yaitu (a) Ciptakan kebahagiaan dan kegembiraan, (b) Belajarlah untuk mendengar pasangan, (c) berpikirlah apa yang anda beri, itulah yang akan anda dapat, (d) Jangan malu untuk meminta maaf pada pasangan, dan (e) Luangkan masa bersama pasangan (“Lima Cara Menjaga Perkawinan dan Cara Mengatasi Perceraian,” 2013).



Daftar Pustaka

Dermawan, S. & Sutaryo, P. P. (2011). Penyesuaian diri remaja yang tinggal dengan orangtua bercerai. Penelitian Psokologi, 02(02), 202.

Jubair, D. (2012). Pengertian keluarga menurut para ahli. Diunduh dari artikelprofesikesehatan.blogspot.com/20012/12/definisi-keluarga-menurut-beberapa-ahli.html?m=1

Lima Cara menjaga perkawinan dan cara mengatasi perceraian. (2013). Diunduh dari http://pakarcinta.com/blog/5-cara-menjaga-perkahwinan-dan-cara-mengatasi-perceraian/

Prijosembodo, W., &   Pangabean, M. S. (2012). Kajian tentang keluarga. Jakarta: Mitrabaca.

 1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar