Disharmoni adalah suatu kejanggalan atau ketidakserasian yang dapat menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari (Fauziah, 2012). Salah satunya disharmoni dapat terjadi pada sebuah keluarga, dan terdapat berbagai macam faktor yang dapat membuat keretakan dalam kehidupan berkeluarga. Goode (dikutip dalam Leonardus, 2012) mengatakan bahwa keluarga disharmoni adalah kondisi di saat satu atau beberapa anggota keluarga gagal dan tidak menjalankan kewajibannya, serta mengakibatkan keretakan di dalam suatu unit keluarga.
Penyebab Keluarga Disharmoni
Menurut Grahita (2010), terdapat lima faktor penyebab yang paling mungkin menimbulkan konflik antara suami dan istri yaitu: (a) anak, tingkah laku dan kenakalan anak mendasari setiap perselisihan; (b) keadaan ekonomi, adanya perbedaan penghasilan antara suami dan istri; (c) pihak keluarga lain, tinggal satu atap dengan anggota keluarga lain dapat menyebabkan perselisihan; (d) perbedaan agama, tingkat kesulitan dalam menyelesaikan konflik lebih tinggi jika berbeda keyakinan; dan (e) perselingkuhan, wanita atau pria lain yang masuk dalam keluarga menjadi masalah yang sulit bagi sebuah hubungan rumah tangga.
Dampak Keluarga Disharmoni
Dyah (2011) mengatakan dalam keluarga disharmoni terjadi beberapa dampak negatif, terutama pada anak yaitu:(a) trauma, anak yang mengalami trauma bisa tiba-tiba sakit terutama pada anak yang daya tahan tubuhnya lemah; (b) prestasi, terdapat penurunan prestasi akibat hilangnya konsentrasi belajar anak di sekolah karena terus-menerus memikirkan orangtuanya yang sedang bertengkar; (c) Perubahan sikap, anak menjadi lebih tertutup, tidak mau bergaul lagi karena merasa malu dengan keadaan orangtuanya yang tidak harmonis; (d) pandangan anak, dalam sebuah pertengkaran biasanya salah satu akan dianggap sebagai penindas di mata anak, entah itu Ayah atau Ibu; (e) rentan pada hal negatif, anak yang biasanya tertekan untuk memilih antara Ayah atau Ibu sering kali lebih memilih untuk mencari hal baru di luar rumah sehingga rentan terhadap hal negatif jika benteng keimanan tidak kuat.
Cara Mengatasi Perselisihan Keluarga
Menurut Salawaney (1998) beberapa cara untuk mengatasi perselisihan di dalam rumah tangga yaitu: (a) Tidak memberitahu orang lain, jangan sampai orang lain tahu masalah dalam rumah tangga kita karena jika orang ketiga telah ikut campur akan lebih sulit untuk saling memaafkan; (b) tidak memukul, berusaha untuk mengatur emosi agar tidak memukul suami atau istri ketika terjadi pertengkaran dalam rumah tangga; (c) tidak menghina keluarga, jangan menghina salah satu anggota keluarga lain karena hal itu dapat menyakiti hati yang bersangkutan; (d) tidak merusak barang, ambilah tekad yang bulat agar tidak sampai merusak barang ketika sedang emosi karena dapat meninggalkan dampak buruk untuk keluarga; (e) hindari kejahatan, jangan sampai berpikir untuk melakukan pembunuhan atau bunuh diri. Karena di dalam setiap masalah selalu ada jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut; dan (f) jangan melarikan diri, jangan pergi dari rumah jika terjadi perselisihan, biasanya istri atau suami pergi ke rumah orangtuanya. Tetapi sering kali hal ini hanya menambah masalah dalam rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah. (2012). Definisi keluarga disharmonis. Diunduh dari http://pawonderful.blogspot.com/2012/10/keluarga-disharmoni.html?m=1.
Grahita. (2010). Penyebab terjadinya keluarga konflik dalam rumah tangga. Diunduh dari http://grahita.wordpress.com/2010/03/04/5-faktor-penyebab-terjadinya-konflik-antara-suami-dan-istri/.
Leonardus. (2012). Definisi keluarga disharmonis. Diunduh dari http://www.alditenudjaja.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1.
Riadi. (2012). Fungsi keluarga. Diunduh dari http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html?m=1.
Salawaney, T. R. (1998). Apakah rumah tangga anda bahagia?. Bandung: Lembaga Literatur Baptis.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar