Minggu, 03 November 2013

Kedisharmonian Keluarga (Rizky Nuradiati - 705130059)

Definisi Keluarga Disharmoni
     “Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan” (Salvicion & Celis, 1989, para. 2).
     Keluarga tak-bahagia sebaliknya bilamana ada seorang atau beberapa orang anggota keluarga yang kehidupannya diliputi ketegangan, kekecewaan dan tidak pernah merasa puas dan bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu atau terhambat” (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 209). Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk kedisharmonian.
     Dapat disimpulkan bahwa keluarga disharmoni adalah dua individu atau lebih yang terikat dalam suatu rumah tangga dan mengalami kehidupan yang tidak bahagia. 
Faktor yang Memengaruhi Kedisharmonian Keluarga
    Faktor dari dalam. Menurut Simanjuntak (dikutip dalam Lailatul, 2011) kedisharmonian keluarga merupakan kegagalan dalam keluarga, norma, dan etika yang seharusnya dipelihara seperti saling pengertian dalam keluarga.
     Menurut Gunarsa (1995) empat masalah pribadi yang dapat memicu kedisharmonian keluarga, dua diantaranya (a) kondisi fisik, dan (b) kondisi mental-psikis. Pertama, kondisi fisik seseorang memiliki hubungan timbal balik dengan faktor psikis sehingga tidak ada gairah untuk mengerjakan sesuatu. Kedua, kondisi mental-psikis adalah dasar seseorang dalam bertingkah laku dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ketika kondisi mental seseorang sedang tidak baik, dapat menimbulkan reaksi yang negatif.
     Faktor dari luar. Masalah kedisharimonian keluarga dapat berasal dari luar keluarga seperti yang diungkapkan Simanjuntak (dikutip dalam Lailatul, 2011) terdapat 5 (lima) faktor dari luar keluarga, yaitu (a) pola kehidupan yang serba bebas atau tidak terkontrol, (b) lingkungan hidup yang buruk dan situasi perekonomian yang mendesak dapat menjadi pemicu ketidakharmonisan keluarga, (c) ketidakseimbangan peran dalam keluarga, (d) sikap seorang istri yang kurang bisa menghargai segala sesuatu yang diberikan dan dilakukan suami, dan (e) istri tidak lagi mendengarkan nasihat suami.
     Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995) empat masalah pribadi yanhg dapat memicu kedisharmonian keluarga, dua di antaranya (a) kondisi sosio-ekonomi dan budaya, dan (b) kondisi lingkungan khusus.
Dampak Kedisharmonian Keluarga
     Dampak kedisharmonian keluarga bagi anak. Gunarsa (2012) berpendapat bahwa seorang anak dapat melarikan diri dari rumahnya karena merasa suasana rumahnya tidak menyenangkan, dan merasa tidak diinginkan. Hal ini merupakan akibat masalah yang ada didalam keluarga.
     Seorang anak juga dapat melakukan tindak kriminalitas seperti yang dikemukakan oleh Kartono (1995), “namun dengan tegas bisa dinyatakan, bahwa tingkah laku kriminil dari orang tua atau salah satu anggota keluarga itu memberikan oengaruh yang menular dan infeksius pada lingkungannya” (h. 224).
Solusi Kedisharmonian Keluarga
     Pendekatan psikodinamik. Usaha untuk memahami masalah yang terjadi di dalam suatu keluarga, latar belakang bagaimana hal tersebut dapat terjadi, dan dengan cara apa untuk mengatasinya (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 219).
     Pendekatan behavioristik. Usaha untuk mengatasi masalah tanpa memperhitungkan proses terjadinya masalah tersebut (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 219).
     Pendekatan Gestalt. Mangatasi masalah secara keseluruhan dan tidak terpaku pada hal tertentu saja (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 219).
     Pendekatan melalui religi. Agama menjadi dasar setiap tingkah laku manusia, maka dengan memperkuat iman seseorang dapat diarahkan untuk berbuat seperti yang diharapkan (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 219).
     Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisharmonian keluarga adalah kehidupan pernikahan yang tidak bahagia. Dampak dari kedisharmonian ini membawa pengaruh negatif khususnya bagi anak-anak, sehingga anak dapat melakukan hal yang tidak diinginkan sebagai bentuk pelampiasan. Kedisharmonian memiliki solusi yang dapat diatasi dengan empat pendekatan yaitu pendekatan psikodinamik, pendekatan behavioristik, pendekatan Gestalt, dan pendekatan religi.   
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (1995). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Y. S. D. (2012). Psikologi anak bermasalah. Jakarta: Libri.
Kartono, K. (1995). Psikologi anak: Psikologi perkembangan. Bandung: Mandar Maju.
Lailatul,. (2011). Faktor-faktor keluarga disharmonis. Diunduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204610-faktor-faktor-keluarga-disharmonis/#ixzz2jJD1TxaM
Salvicion & Celis. (1989). Psikologi keluarga: Families psychology. Diunduh dari http://www.psychologymania.com/2011/09/psikologi-keluarga-families-psychology.html 
 
1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar