“Keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan” (Salvicion & Celis, 1989, para. 2).
“Keluarga tak-bahagia sebaliknya bilamana ada seorang atau
beberapa orang anggota keluarga yang kehidupannya diliputi ketegangan,
kekecewaan dan tidak pernah merasa puas dan bahagia terhadap keadaan dan
keberadaan dirinya terganggu atau terhambat” (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 209). Hal ini dapat dikatakan sebagai
bentuk kedisharmonian.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga disharmoni adalah dua individu atau
lebih yang terikat dalam suatu rumah tangga dan mengalami kehidupan yang tidak
bahagia.
Faktor
yang Memengaruhi Kedisharmonian Keluarga
Faktor dari dalam. Menurut
Simanjuntak (dikutip
dalam Lailatul, 2011) kedisharmonian keluarga merupakan kegagalan
dalam keluarga, norma, dan etika yang seharusnya dipelihara seperti saling
pengertian dalam keluarga.
Menurut Gunarsa (1995) empat masalah pribadi yang dapat memicu
kedisharmonian keluarga, dua diantaranya (a) kondisi fisik, dan (b) kondisi
mental-psikis. Pertama, kondisi fisik seseorang memiliki hubungan timbal balik
dengan faktor psikis sehingga tidak ada gairah untuk mengerjakan sesuatu.
Kedua, kondisi mental-psikis adalah dasar seseorang dalam bertingkah laku dan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga ketika kondisi mental seseorang sedang
tidak baik, dapat menimbulkan reaksi yang negatif.
Faktor dari luar. Masalah kedisharimonian keluarga
dapat berasal dari luar keluarga seperti yang diungkapkan Simanjuntak (dikutip
dalam Lailatul, 2011) terdapat 5 (lima) faktor dari luar keluarga, yaitu (a) pola
kehidupan yang serba bebas atau tidak terkontrol, (b) lingkungan hidup yang
buruk dan situasi perekonomian yang mendesak dapat menjadi pemicu ketidakharmonisan
keluarga, (c) ketidakseimbangan peran dalam keluarga, (d) sikap seorang istri yang
kurang bisa menghargai segala sesuatu yang diberikan dan dilakukan suami, dan
(e) istri tidak lagi mendengarkan nasihat suami.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995) empat masalah pribadi yanhg dapat
memicu kedisharmonian keluarga, dua di antaranya (a) kondisi sosio-ekonomi dan
budaya, dan (b) kondisi lingkungan khusus.
Dampak
Kedisharmonian Keluarga
Dampak kedisharmonian keluarga bagi anak. Gunarsa (2012) berpendapat bahwa seorang
anak dapat melarikan diri dari rumahnya karena merasa suasana rumahnya tidak
menyenangkan, dan merasa tidak diinginkan. Hal ini merupakan akibat masalah
yang ada didalam keluarga.
Seorang anak juga dapat melakukan tindak
kriminalitas seperti yang dikemukakan oleh Kartono (1995), “namun dengan tegas
bisa dinyatakan, bahwa tingkah laku kriminil dari orang tua atau salah satu
anggota keluarga itu memberikan oengaruh yang menular dan infeksius pada
lingkungannya” (h. 224).
Solusi
Kedisharmonian Keluarga
Pendekatan psikodinamik. Usaha
untuk memahami masalah yang terjadi di dalam suatu keluarga, latar belakang
bagaimana hal tersebut dapat terjadi, dan dengan cara apa untuk mengatasinya (Gunarsa
& Gunarsa, 1995, h. 219).
Pendekatan behavioristik.
Usaha untuk mengatasi masalah tanpa memperhitungkan proses terjadinya masalah
tersebut (Gunarsa & Gunarsa, 1995, h. 219).
Pendekatan Gestalt. Mangatasi
masalah secara keseluruhan dan tidak terpaku pada hal tertentu saja (Gunarsa
& Gunarsa, 1995, h. 219).
Pendekatan melalui religi. Agama
menjadi dasar setiap tingkah laku manusia, maka dengan memperkuat iman
seseorang dapat diarahkan untuk berbuat seperti yang diharapkan (Gunarsa &
Gunarsa, 1995, h. 219).
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisharmonian keluarga adalah
kehidupan pernikahan yang tidak bahagia. Dampak dari kedisharmonian ini membawa
pengaruh negatif khususnya bagi anak-anak, sehingga anak dapat melakukan hal
yang tidak diinginkan sebagai bentuk pelampiasan. Kedisharmonian memiliki
solusi yang dapat diatasi dengan empat pendekatan yaitu pendekatan
psikodinamik, pendekatan behavioristik, pendekatan Gestalt, dan pendekatan
religi.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D.
(1995). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Gunarsa, Y. S. D. (2012). Psikologi anak bermasalah. Jakarta:
Libri.
Kartono, K. (1995). Psikologi anak: Psikologi perkembangan.
Bandung: Mandar Maju.
Lailatul,. (2011). Faktor-faktor keluarga disharmonis. Diunduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2204610-faktor-faktor-keluarga-disharmonis/#ixzz2jJD1TxaM
Salvicion & Celis. (1989). Psikologi keluarga: Families psychology.
Diunduh dari
http://www.psychologymania.com/2011/09/psikologi-keluarga-families-psychology.html
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar