Pengertian bahasa
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (KBBI Pusat Bahasa, 2008) adalah
“sistem lambang bunyi yang arbitrer, yg [sic]
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengindentifikasikan diri” (h. 116). Pendapat lain diungkapkan oleh Wibowo (dikutip dalam Hidayatullah, 2009), yakni “bahasa
adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh
alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran”
(para. 1).
Menurut Santoso (dikutip dalam Hidayatullah, 2009) “bahasa
adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar”
(para. 1). Definisi lain menurut Mackey (dikutip dalam Hidayatullah, 2009)
“bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu
keadaan (lenguage [sic] may
be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer,
atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari
suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem” (para. 1).
Dengan kata lain, bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh
setiap manusia untuk berinteraksi satu sama lain secara sadar. Bahasa juga
dapat diartikan sebagai simbol-simbol untuk menjelaskan suatu pikiran atau
perasaan.
Definisi Remaja
“Remaja berasal
dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik” Hurlock (dikutip dalam Haryanto, 2010, para. 1). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (dikutip dalam Haryanto, 2010) “masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa” (para. 2).
Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu proses dimana seorang anak
menuju pendewasaan secara sempurna, baik perkembangan fisik maupun perkembangan
psikologis.
Hubungan
Bahasa dan Remaja
Dewasa ini, remaja memiliki bahasa tersendiri
yang berbeda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang dimiliki
oleh remaja sangat menyimpang dari penggunaan bahasa yang sebenarnya. Istilah
untuk bahasa remaja disebut dengan “bahasa prokem” dan “bahasa alay”.
Bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan
oleh para remaja sebagai suatu kode atau rahasia agar orang-orang di sekitarnya
tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, termasuk guru dan orangtua
mereka. Para remaja juga menganggap bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan
untuk menunjukkan ciri khas atau identitas diri mereka sendiri (Salliyanti,
2003).
Bahasa alay muncul sejak adanya program Short Message Service (SMS). Namun,
dalam perkembangannya bahasa alay semakin menyimpang sejak digunakan oleh para
remaja. Bahasa alay tidak hanya menyingkat setiap kata, tetapi juga mengubah
kosakata bahkan penulisannya. Hal tersebut membuat pembaca menjadi tidak
mengerti apa yang dimaksud oleh individu tersebut (Pranata, 2011).
Pada kenyataannya, bahasa prokem berbeda
dengan bahasa alay. Bahasa prokem hanya mengganti suatu kosakata menjadi
kosakata yang lain sehingga tidak semua orang mengerti apa yang dimaksud oleh
individu tersebut. Berbeda dengan bahasa alay, bahasa alay tetap menggunakan
kosakata yang sama tetapi dimodifikasi sedemikian rupa. Hal tersebut membuat
orang lain tidak mengerti apa makna yang ingin disampaikan dan menimbulkan
kesalahpahaman.
Contoh
Bahasa Prokem dan Bahasa Alay
Bahasa prokem. Contoh-contoh
dari bahasa prokem antara lain (a)
ibu = nyokap, (b) ayah = bokap, (c) saya = gue, dan (d) kamu = loe.
Bahasa
alay. Contoh-contoh dari bahasa alay antara lain (a) aku = aq, (b) kamu =
qm, (c) iya = iyachhhhh, (d) capek = cuapekzzzzz, (e) serius = ciyus, dan (f)
demi apa = miapah.
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Perkembangan Bahasa pada Remaja
Kesehatan
atau kondisi fisik. Jika sang anak sakit, maka ia tidak dapat berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya. Hal tersebut membuat anak tidak dapat
mengembangkan penggunaan bahasanya untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Begitu juga dengan anak yang mengalami cacat mental. Ia akan sukar untuk
melakukan interaksi dengan orang lain (Ifan, 2012).
Inteligensi
atau kecerdasan anak. Apabila tingkat kecerdasan anak tinggi, maka ia akan
dengan mudah dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar. Jika tingkat
kecerdasan anak rendah, maka ia akan sulit dalam mengembangkan bahasa (Ifan,
2012).
Status
sosial ekonomi keluarga. Jika seorang anak berasal dari keluarga yang
berkecukupan dan berpendidikan, maka
bahasa yang digunakan akan jauh lebih baik dan sebaliknya (Ifan, 2012).
Hubungan
keluarga. Keluarga yang mendukung perkembangan anak akan membuat anak
tersebut menjadi percaya diri dalam mengutarakan pendapatnya. Hal tersebut akan
membuat anak dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar. Berbeda dengan anak
yang tinggal dalam keluarga yang selalu memarahinya. Ia akan takut dalam
mengutarakan pendapatnya sehingga ia tidak dapat mengembangkan bahasa yang ia
gunakan (Ifan, 2012).
Kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan dimana anak tinggal sangat mempengaruhi
perkembangan bahasanya. Jika ia tinggal dalam lingkungan desa maka penggunaan
bahasa yang digunakan akan berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang kota
(Ifan, 2012).
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional.
(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Haryanto. (2010, 11 Maret). Pengertian
remaja menurut para ahli. Diunduh dari http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
Hidayahtullah, S. (2009, 25 Mei). Apa
bahasa itu? Sepuluh pengertian bahasa menurut para ahli. Diunduh dari http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
Ifan, D. (2012, 21 November).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa remaja. Diunduh dari http://dianifan.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Pranata, T. H. (2011, 20 Mei). Bahasa
alay. Diunduh dari http://www.lpmjournal.com/review/bahasa-alay
Salliyanti. (2003). Bahasa prokem di
kalangan remaja. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1721/1/indonesia-salliyanti.pdf1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar