Senin, 04 November 2013

Banjir (Tiotiana 705130053)

     Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), banjir adalah peristiwa ketika daratan tergenang oleh air yang jumlahnya besar (Universitas Sumatera Utara, 2013). Definisi lainnya, banjir adalah suatu bencana dimana terdapat genangan air secara berlebihan pada daratan yang relatif luas (“Penyebab dan Cara Mengatasi Banjir di Jakarta,” 2010).
     Dengan demikian, banjir adalah peristiwa yang terjadi karena daratan tergenang oleh air dalam jumlah yang besar dan menyebabkan kerugian harta benda maupun kehilangan jiwa manusia.
Jenis-jenis Banjir
     Banjir bandang. Banjir berskala besar yang datang secara tiba-tiba dalam jangka pendek dan menimbulkan kerugian yang besar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
     Banjir hujan ekstrem. Banjir yang disebabkan meluapnya air hujan dengan sangat deras dan biasanya terjadi setelah enam jam hujan lebat turun (“Jenis-jenis Banjir,” 2010).
     Banjir luapan sungai atau kiriman. Banjir yang disebabkan oleh datangnya air dari daerah daratan tinggi (pegunungan) yang mengalami hujan deras terus-menerus. Umumnya seperti, banjir Jakarta yang disebabkan oleh hujan deras yang terjadi di Bogor (Saifuddin, 1980).
     Banjir pantai (ROB). Banjir yang disebabkan oleh datangnya air laut pada daratan dekat pantai dan mengalir deras ke permukiman penduduk (“Jenis-jenis Banjir,” 2010).
     Banjir Hulu. Banjir yang disebabkan oleh tingginya debit air sungai yang mengalir. Banjir ini biasanya terjadi di permukiman dekat hulu sungai (“Jenis-jenis Banjir," 2010).
Faktor-faktor Penyebab Banjir
     Curah hujan yang tinggi. Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki intensitas curah hujan yang tinggi. Curah hujan tinggi biasanya terjadi dalam jangka waktu yang singkat dan sulit diserap oleh tanah sehingga menimbulkan banjir (Nugroho, 2002).
     Alih fungsi daerah bantaran sungai. Kepadatan penduduk Indonesia menyebabkan banyak penduduk yang tidak memiliki rumah, memilih bantaran sungai sebagai permukiman mereka. Akibat dari dibangunnya permukiman penduduk di bantaran sungai. Air sungai tidak memiliki daerah resapan secara optimal sehingga menimbulkan banjir (Nugroho, 2002).
     Berubahnya ruang terbuka hijau menjadi kawasan pembangunan. Wilayah Indonesia semakin sempit karena banyaknya pembangunan. Pembangunan yang dibangun seperti permukiman, gedung dan jalan. Berubahnya ruang terbuka hijau menjadi kawasan pembangunan menyebabkan tidak adanya daerah resapan air sehingga menimbulkan banjir (Maharani, 2013).
     Sistem drainase yang buruk. Banyak kesalahan yang terjadi dalam membuat saluran drainase. Saluran drainase seharusnya berujung pada sungai atau laut. Di Indonesia, saluran drainase biasanya berujung pada daerah resapan pada tanah. Sistem drainase yang buruk ini menimbulkan banjir (Maharani, 2013).
     Tidak optimalnya fungsi waduk maupun situ. Banyak waduk dan situ di Indonesia mengalami pendangkalan akibat terendam lumpur, sampah, limbah dan tumbuhan eceng gondok. Umumnya, waduk yang kering juga dijadikan sebagai tempat pemukiman (Maharani, 2013).
Dampak Banjir
    Merusak sarana dan prasarana. Banjir dapat merusak gedung, rumah dan jembatan (“Sepuluh Akibat dan Dampak Negatif Banjir yang Utama,” 2010).
    Memutuskan jalur transportasi. Genangan air pada jalan menyebabkan terputusnya jalur transportasi. Banjir yang tinggi menyebabkan transportasi tidak dapat melalui jalan (“Sepuluh Akibat dan Dampak Negatif Banjir yang Utama,” 2010).
     Merusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia. Banjir merugikan materi, misalnya rusaknya barang-barang elektronik dan rumah. Banjir yang besar juga dapat menewaskan banyak korban jiwa melalui penyakit bahkan terbawa oleh genangan air yang deras (“Sepuluh Akibat dan Dampak Negatif Banjir yang Utama,” 2010).
     Merusak lapisan bumi. Hujan deras secara terus menerus menyebabkan adanya erosif, yaitu aksi erosi yang merusak lapisan horizontal bumi (Lopes & Ehlers, 2008).  
Cara Menanggulangi Banjir
     Pengelolaan pertanian dan tanah hutan yang tepat. Untuk mengurangi bencana banjir, harus dapat mengelola pertanian dan tanah hutan secara tepat di daerah peralihan di dekat sumber sungai. Air harus dapat meresap ke dalam tanah, dengan pengelolaan pertanian dan tanah hutan yang tepat, air hujan dapat mengalir kembali ke dalam tanah dengan mudah (Lukman, 2005).
     Pemakaian tandon penyimpanan kecil. Tandon penyimpanan kecil yang dapat dialirkan tanah jika terdapat persediaan yang tidak memadai dalam sungai sehingga tepi sungai tidak lagi mengalami banjir (Lukman, 2005).
    Membangun bendungan air. Bendungan air dibangun untuk mengalirkan air ke sungai atau laut agar tidak merendam daratan. Bendungan air yang biasanya dipakai berupa tanggul (Lopes & Ehlers, 2008).
    Membangun lubang biopori. Lubang biopori adalah lubang resapan yang dibuat disekitar tempat tinggal menggunakan mikroba-mikroba tanah. Lubang ini mudah untuk diserap menjadi reservoir dan resapan alam (“Jenis-jenis Banjir, Penyebab, dan Cara Penanggulangannya,” 2013).
Daftar Pustaka
Jenis-jenis banjir, penyebab, dan cara penanggulangannya. (2013). Diunduh dari www.anneahira/jenis-jenis-banjir.htm
Jenis-jenis banjir. (2008, 28 April). Diunduh dari http://solusibanjirindonesia.wordpress.com/2012/04/28/jenis-jenis-banjir/
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lopes, J., & Ehlers, C. (2008). The world book encyclopedia: Flood (12th ed., pp. 236-237). Chicago, USA: World Book.
Lukman, C. (Ed.). (2005). Ilmu pengetahuan populer: Pengendalian banjir (3rd ed., h. 96). Jakarta: Widyadara.
Maharani, D. (2013). Inilah empat penyebab banjir di Jakarta. Kompas. Diunduh dari http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/22/1053289/Ini.4.Penyebab.Banjir.Jakarta
Nugroho, S. P. (2002, Februari). Analisis curah hujan dan sistem pengendalian banjir di Pantai Utara Jawa Barat. Jurnal Saint dan Teknologi BPPT. Diunduh dari www.iptek.net.id
Penyebab dan cara mengatasi banjir di Jakarta. (2010, 25 Juli). Diunduh dari http://www.infodokterku.com/component/content/article/24-opinions/opini-sebelumnya/102-penyebab-dan-cara-mengatasi-banjir-di-jakarta
Saiffudin, A. B. (1980). Ensiklopedia Indonesia: Banjir kiriman (h. 39)Jakarta: Ichtiar Baru.
Sepuluh Akibat dan Dampak Negatif Banjir yang Utama. (2010). Diunduh dari http://aimyaya.com/id/lingkungan-hidup/10-akibat-dan-dampak-negatif-banjir-yang-utama/
Universitas Sumatera Utara. (2013). Diunduh dari

     http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37269/4/Chapter%20II.pdf

1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar