Jumat, 01 November 2013

Bahaya Merokok (Mayline Marcella)

Definisi Merokok
        Merokok merupakan perilaku yang tidak asing lagi untuk dilihat, baik dalam kalangan orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang masih sekolah dasar. Dahulu hanya orang yang tingkat perekonomiannya tinggi yang dapat merokok, sebab harga rokok yang mahal dan jumlahnya yang terbatas. Akan tetapi, sekarang orang yang merokok tidak hanya dari kalangan atas saja, namun kalangan menengah dan ke bawahpun juga dapat menikmati rokok. Hal itu disebabkan mulai muncul beragam merek rokok dan harga rokok yang tidak begitu mahal. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus atau kawung rokok yang penyalutnya (pembalutnya) daun enau (aren) sedangkan merokok adalah menghisap rokok.
     Biasanya untuk pertama kali, individu mencoba dahulu menghisap rokok lalu seiring dengan berjalannya waktu, ia tidak bisa lepas dari barang tersebut. Individu yang merokok mempunyai alasan pribadi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, namun secara umum berikut faktor-faktor yang membuat individu merokok.
Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Merokok
     Suwarti (dikutip dalam Karyani & Sulistiyanto, 2000) mengemukakan bahwa “alasan yang menyebabkan seseorang tetap merokok adalah karena kurangnya informasi tentang bahaya merokok. Masih sedikitnya informasi tentang bahaya merokok yang diperoleh masyarakat disinyalir cukup berperan” (h. 15). Dalam kutipan tersebut dinyatakan bahwa seseorang tetap merokok karena kurang mendapat informasi tentang bahaya merokok, namun di sini saya akan menjabarkan alasan orang merokok melalui faktor internal dan  faktor eksternalnya.
     Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri induvidu tersebut. Tidak dipengaruhi oleh orang lain ataupun lingkungan. Berikut adalah beberapa faktor internal dari individu yang merokok.
Depresi. Hal ini disebabkan individu tersebut merasa tidak dapat menyelesaikan masalahnya dan menganggap bahwa rokok dapat membuatnya tenang. Mungkin pada awalnya individu tersebut hanya mencoba dan ternyata bagi individu tersebut rokok dapat mengatasi rasa depresinya serta membuatnya tenang.
Ingin merasa lebih percaya diri. Hal ini disebabkan individu merasa kurang baik dalam pergaulan dan tidak percaya pada dirinya sendiri. Individu tersebut merasa  tidak berguna dalam lingkungannya sehingga ia mencari pelampiasan dengan rokok.
Keluarga. Hal ini disebabkan keluarga individu yang  broken home dan individu tersebut tidak tahu cara melampiaskan masalahnya dalam keluarga. Ia memilih untuk merokok dalam melampiaskan kekesalan dan kesedihannya. Faktor keluarga dapat juga disebabkan oleh orangtua individu yang merokok, sehingga individu merasa bahwa merokok itu tidak salah.
Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar, baik itu dari teman sekolah, teman komunitas, dan dapat juga dari media. Berikut adalah beberapa faktor eksternal dari individu yang merokok.
Pergaulan. Pergaulan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi seseorang merokok. Pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial; manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain. Apabila individu tinggal dalam pergaulan di mana orang-orangnya merokok maka kemungkinan besar individu tersebut akan menjadi perokok juga. Hal itu dapat terjadi karena individu ingin terlihat friendship, gaul, dan keren serta ingin diakui keberadaannya.
Suasana dekat rumah. Suasana dekat rumah juga dapat mempengaruhi seseorang merokok. Sebenarnya tidak hanya suasana dekat rumah, namun suasana dalam lingkungan yang sering dihadiri oleh individupun juga dapat mempengaruhi. Walaupun teman-teman individu tersebut tidak merokok, namun suasana dekat rumah individu merokok, maka tidak menutup kemungkinan bahwa individu akan menjadi seorang perokok. Pada awalnya individu menjadi perokok pasif namun lama-kelamaan akan menjadi perokok aktif.
Reference List
Gramedia Pustaka Utama. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penulis.
Suwarti. (2007). Bahaya merokok dan upaya penangananya. Jurnal Ilmiah Psikologi: Psychoidea, 5(1), 11-16. 

1 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar