Bahasa/ language berasal dari bahasa latin yang berarti lingua atau lidah.
Bagus (1996) mengemukakan bahwa bahasa terdiri dari beberapa pengertian, yaitu:
(a) Kumpulan kata-kata, arti kata-kata
yang standar, dan bentuk-bentuk ucapan yang digunakan sebagai metode
komunikasi, (b) cara apa saja yang menyatakan isi-isi kesadaran (rasa
peraasaan, emosi, keinginan, pikiran) dan pola arti yang konsisten, (c)
kegiatan universal insani untuk membentuk sistem tanda-tanda sesuai dengan
aturan-aturan asosiasi yang diterima umum, (d) bentuk-bentuk ucapan manusia
yang dikondisikan secara historis dan sosial (h. 112).
Fungsi bahasa. Bahasa
memiliki banyak fungsi, beberapa fungsi pokoknya antara lain (a)
kognitif, (b) emotif, (c) imperatif (direktif), (d) evaluatif, (e)
bertanya, (f) performatif, (g) magis, (h) seremonial, (i) ekspresif, dan
(j) seruan. (Bagus, 1996, h. 117-118).
Jenis khusus bahasa.
Jenis khusus bahasa terbagi menjadi 3 bagian, yaitu (a) bahasa obyek,
(b) bahasa performatif, (c) bahasa formal. Bahasa obyek adalah bahasa
yang digunakan untuk membicarakan hal-hal yang kita sadari, sebagai
lawan dari metabahasa. Bahasa obyek tidak mempunyai referensi linguistik
dan sintaksis, sementara metabahasa memilikinya. Bahasa performatif
digunakan untuk menjelaskan aktivitas yang dilakukan atau terdapat
kegiatan dalam pengucapannya. Bahasa formal adalah bahasa yang tersusun
berdasarkan aturan konseptual dan logis khusus. (Bagus, 1996, h. 118-119).
Definisi Bahasa Tidak Baku
Sebuah
bahasa dapat didefiniskan sebagai kata tidak baku apabila tidak
memenuhi kebakuan dari segi: (a) lafal, tidak lagi 'menampakkan'
ciri-ciri bahasa daerah ataupun asing; (b) ejaan, sesuai dengan EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan); (c) gramatika, harus mengikuti kaidah-kaidah
gramatika; (d) segi nasional, tidak lagi bersifat kedaerahan; (e)
bahasa asing, serapan dari bahasa asing telah dibuat pedoman sesuai
dengan EYD (Chaer, 2011).
Jenis-jenis Bahasa Tidak Baku
Bahasa gaul/ Bahasa prokem. Adalah
bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Indonesia. Dikenal
sebagai istilah bahasa prokem seiring perkembangan waktu, disebut
menjadi bahasa gaul. Sintaksis dan morfologinya merupakan dari bahasa
Indonesia diiringi dengan dialek Betawi (Kridalaksana, 2008).
Contoh baku/tidak baku: saya, aku/ gue, gua
Bahasa Alay. Merupakan
variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak
remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak
layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul
(jarang pulang). Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang
menganggap dirinya keren secara gaya busananya (Pradana, 2012). Bahasa
alay cenderung menggunakan huruf z, x atau q untuk memodifikasi
kata-kata mereka. Sebagian bahkan menggunakan angka yang mirip dengan
huruf aslinya sebagai pengganti huruf.
Contoh baku/alay: alay/aL4Y,
Vikinisasi. Bahasa Indonesia tidak lazim dan tidak baku yang diciptakan oleh Vicky Prasetyo, merupakan bahasa yang booming meskipun memiliki kesalahan tata bahasa yang besar atau sama sekali tidak nyambung.
Contoh: labil ekonomi, harmonisasi, statusisasi
Dampak Bahasa Tidak Baku bagi Remaja
Dampak
positif, remaja menjadi lebih kreatif dan inovatif. Apabila digunakan
pada saat yang tepat, dapat menjadi media komunikasi yang baik
Dampak
negatif, (a) remaja tidak lagi mengenal bahasa baku, (b) remaja tidak
lagi menggunakan prinsip EYD, (c) remaja menganggap remeh bahasa
Indonesia karena sudah merasa bisa bahasa Indonesia yang baik dan benar
(Pradana, 2012). Untuk bahasa alay, salah satu dampak negatif yang
lainnya adalah kesulitan komunikasi akibat sulitnya kata-kata bahasa
alay untuk dicerna.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Remaja Menggunakan Bahasa Tidak Baku
Menurut
Piaget (dikutip dalam Papalia, 2004), "Remaja memasuki tahap perkembangan
kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan bahwa
tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia.
Pada tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya."
Menurut
Owen (dikutip dalam Papalia, 2004) "Remaja mulai peka dengan kata-kata yang
memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphor, ironi, dan
bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka."
Menurut Erikson (1968), "Remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominant terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas."
Mencegah Berkembangnya Bahasa Tidak Baku di Indonesia
Cara
mencegah agar bahasa tidak baku tidak berkembang di Indonesia, yaitu:
(a) guru lebih menekankan dalam pembelajaran bahasa baku, (b) tidak
menyingkat atau menggunakan bahasa tidak baku saat mengirim pesan, (c)
banyak membaca tulisan Indonesia yang baik dan benar.
Simpulan
Bahasa
adalah kunci utama dalam komunikasi. Penyebab munculnya bahasa yang
tidak baku pada remaja disebabkan oleh pola pikir yang ingin membedakan
dirinya dari yang lain, membentuk identitas yang unik dan berbeda dari
yang lain. Bahasa tidak baku merupakan bentuk suatu kreativitas, tetapi
baiknya tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, L. (1996). Kamus filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (2008). Kamus linguistik (4th ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem
Mengapa Remaja Suka Menggunakan Bahasa Gaul..? (2008). Diunduh dari http://smpseisarik.blogspot.com/2008/10/mengapa-remaja-suka-menggunakan-bahasa.html
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar