Motivasi menurut Suryabrata yang dikutip dalam Al-Maqassary (2013) adalah “suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu” (para. 2). Motivasi di dalam buku World Book (2008) menjelaskan bahwa:
Motivation commonly refers to anything that causes people to behave as they do. Most
people have a clear sense of what it feels like to be motivated to do something. But scientist
have found it difficult to define motivation. When studying motivation, most psychologists
and behavioral scientist focus on two specific aspects of motivated behavior – the arousal
behavior and the direction of behavior. (h. 857)
Kesimpulannya motivasi adalah suatu dorongan pada diri seseorang untuk melakukan apa yang ia inginkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi akan berguna dengan baik jika motivasi mendorong seseorang untuk berbuat hal yang baik. Motivasi akan berguna dengan tidak baik jika motivasi mendorong seseorang untuk berbuat hal yang buruk.
Definisi Kerja
Kerja secara harafiah adalah kekuatan subjek untuk memindahkan suatu objek dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ada dua hal yang menentukan seberapa banyak subjek bekerja, yaitu (a) aplikasi kekuatan subjek, dan (b) jarak perpindahan suatu objek. Hal yang bukan memindahkan objek dari satu tempat ke tempat lain tidak disebut kerja. Subjek tidak dihitung bekerja walaupun sudah mengaplikasikan kekuatan jika objeknya tidak berpindah ("World Book," 2008). Kerja juga bisa didefinisikan sebagai kegiatan subjek melakukan suatu hal yang dapat di dasari oleh kebutuhan maupun keinginan. Jika kerja ditambah imbuhan pe- dan –an maka definisinya menjadi sesuatu yang harus atau wajib dilakukan dengan mengolah atau memproses sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], 2008).
Kesimpulannya kerja adalah kekuatan yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan hal yang wajib dilakukan yang didasari oleh kebutuhan-kebutuhan untuk dipenuhi.
Definisi Motivasi Kerja pada Wanita
Motivasi kerja pada wanita adalah dorongan yang menyebabkan seorang wanita untuk bekerja dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut biasanya dipenuhi untuk mendapatkan nafkah tambahan, kesejahteraan, penghargaan, dan pengakuan dari masyarakat (Gusti, 2012). Saat wanita mempunyai motivasi bekerja, wanita tentu mempunyai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Kerja Pada Wanita
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pada remaja. Pertama, penambahan penghasilan keluarga. Wanita bekerja untuk membantu suami mereka sehingga nafkah yang mereka kumpulkan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Wanita yang akan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga biasanya adalah wanita yang berasal dari kalangan bawah. Suami-suami mereka biasanya tidak mempunyai pendidikan ataupun keahlian khusus sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja. Kedua, perkembangan teknologi. Pria biasanya bekerja karena mereka lebih memiliki banyak tenaga daripada wanita. Oleh karena itu, zaman sekarang ini wanita dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang biasanya dilakukan oleh pria, Ketiga, pembuktian diri. Wanita yang dianggap lemah dalam masyarakat, tentu membuat sekelompok wanita tidak terima diperlakukan seperti itu. Mereka tidak terima dianggap lemah sehingga mereka membuktikan diri mereka sendiri dengan bekerja. Wanita yang bekerja karena termotivasi akibat faktor ini adalah wanita yang ambisius dan mempunyai harga diri yang tinggi. Keempat, pengembangan diri. Wanita dari kalangan atas dengan pendidikan yang tinggi akan merasa tidak puas dengan hanya menjadi ibu rumah tangga. Mereka biasanya lebih memilih untuk mengembangkan diri mereka dengan bekerja. Ketika mereka bekerja mereka mengembangkan diri mereka dengan mendapatkan prestasi-prestasi dalam pekerjaan. Kelima, kurangnya sumber daya manusia yang bermutu. Pria yang tinggal di daerah akan sulit bekerja jika hanya tinggal di daerah mereka saja. Kebanyakan pria akan memilih untuk mencari pekerjaan di kota, tetapi pria akan sulit mendapatkan pekerjaan di kota karena kurang berpendidikan. Hal ini membuat para wanita yang memperoleh pendidikan yang lebih tinggi karena tinggal di kota memiliki kesempatan untuk bekerja ( Sajogyo, dkk. dikutip dalam Eliana & Ratina, 2007).
Saat wanita mempunyai motivasi untuk bekerja, wanita pasti akan menemui hambatan-hambatan yang akan membuat wanita berpikir kembali untuk mendapatkan pekerjaan.
Hambatan yang Dialami Wanita untuk Bekerja
Pandangan bahwa wanita tidak boleh bekerja. Zaman sekarang banyak anggota masyarakat yang menganggap tugas wanita hanyalah mengurus suami, melahirkan dan mengurus anak, serta mengurus urusan rumah tangga saja. Mereka berpikir bekerja adalah sesuatu yang “tabu” bagi wanita. mereka tidak mengizinkan wanita untuk bekerja seperti yang dilakukan suami mereka. Oleh karena itu wanita zaman sekarang terhambat untuk bekerja akibat ada anggota keluarga mereka yang menganut paham seperti itu ( Sajogyo, dkk. dikutip dalam Eliana & Ratina, 2007).
Anak dan suami. Saat wanita bekerja otomatis wanita akan kehilangan waktu untuk keluarganya. Wanita juga akan membagi perhatian yang ia miliki untuk pekerjaan dan keluarganya. wanita yang tidak dapat mengatur waktunya dengan baik dan membagi perhatiannya dengan rata tentu akan membuat anak dan suaminya terlantar. oleh karena itu, suami dan anak biasanya akan lebih memilih wanita atau ibunya untuk hanya mengurus keluarga saja dibandingkan bekerja ( Sajogyo, dkk. dikutip dalam Eliana & Ratina, 2007).
Pandangan bahwa wanita tidak perlu pendidikan tinggi. pada daerah yang terbelakang banyak wanita yang tidak disekolahkan. Masyarakat di sana cenderung akan menikahkan wanita yang baru menginjak usia remaja untuk langsung menikah. Mereka lebih memilih bahwa wanita tidak memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga tidak lebih pintar daripada suami mereka. Banyak wanita di daerah-daerah yang terbelakang masih tidak bisa membaca dan menulis ( Sajogyo, dkk. dalam Eliana & Ratina, 2007).
Hambatan fisik. Wanita sebagai manusia mempunyai peran untuk melahirkan dan mengurus anak sehingga setiap bulannya wanita mempunyai masa-masa sensitif. saat wanita berada pada masa-masa sensitive seringkali wanita akan kehilangan akal sehatnya dan lebih banyak menggunakan perasaan daripada biasanya. Oleh karena itu, sebagian orang merasa wanita tidak seharusnya bekerja disebabkan fisik mereka yang mempunyai kodrat seperti itu (Listyowati dalam Daeng, Hartati & Widyastuti, 2002)
Hambatan teologis. Pada beberapa agama wanita dipercayai berasal dari tulang rusuk pria. Sebagai tulang rusuk, wanita mempunyai kewajiban untuk mengurus suaminya dan anak-anaknya. Wanita tidak diperbolehkan untuk bekerja karena bekerja adalah kewajiban sang suami. Wanita yang berasal dari tulang rusuk pria juga tidak mungkin melakukan suatu hal yang dapat menyamai atau melebihi kewajiban suami. Oleh karena itu ada sekelompok masyarakat yang tidak setuju dengan ide wanita yang bekerja. (Listyowati dalam Daeng, Hartati & Widyastuti, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
Daeng, L. C., Hartati, S., & Widyastuti, E. (2002). Ketakutan Sukses Pada Wanita Karir Ditinjau Dari Konflik Peran Ganda, 1. Diunduh dari http://setiabudi.ac.id/jurnalpsikologi/images/files/JURNAL%204.pdf
Eliana, N., & Ratina, R. (2007). Faktor-faktor yang Memengaruhi Curahan Waktu Kerja Wanita, 11-12. Diunduh dari https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4-no-2-r-ratina.pdf
Gusti, M. M. (2012). Pengaruh Kediplisinan, Motivasi Kerja, dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMKN 1 Purworejo Sertifikasi, 3-4. Diunduh dari http:/enprint.uny.ac.id/6119/1643/%20jurnal/%20penelitian.pdf
Sugiono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (4th ed.). Jakarta: penulis.
The World Book encyclopedia (2008). World book m-13: Motivation, 875. Chicago, IL: author.
The World Book encyclopedia (2008). World book w-x-y-z-21: Work, 404-405. Chicago, IL: author.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar