Keluarga
adalah suatu kelompok sosial yang kecil dan umumnya hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Hubungan sosial anggota keluarga didasari atas ikatan darah dan
sebuah perkawinan. Pada dasarnya sebuah keluarga dapat terbentuk karena
hubungan seks yang tetap antara orangtua. Sebuah hubungan keluarga dijiwai oleh
suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab. Fungsi keluarga adalah agar dapat
saling melingdungi dan menjaga sesama anggota keluarga yang lain (Khairuddin,
1997).
Ciri-ciri Keluarga
Pada
dasarnya terdapat banyak sekali ciri-ciri keluarga yang diungkapkan oleh
beberapa ilmuwan. Ciri-ciri tersebut berupa ciri-ciri umum dan khusus, yang
di antaranya sebagai berikut:
Ciri-ciri umum.
Khairuddin (1997) mengemukakan bahwa
ciri-ciri umum dari keluarga, antara lain (a) sebuah keluarga merupakan hasil
dari perkawinan, (b) perkawinan yang berkenaan hubungan perkawinan sengaja
dibentuk dan dipelihara, (c) sistem tatanama berdasarkan perhitungan garis
keturunan, (d) ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk mempunyai ketentuan
khusus berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan, dan (e) rumah atau
rumah tangga adlah tempat tinggal yang walau bagaimanapun tidak mungkin akan menjadi
terpisah.
Ciri-ciri khusus. Selain ciri-ciri umum, terdapat juga
ciri-ciri khusus. Menurut Khairuddin (1997) ciri-ciri khusus dari keluarga,
yaitu (a) kebersamaan, (b) dasar-dasar emosional, (c) pengaruh perkembangan,
(d) ukuran yang terbatas, (e) posisi unit dalam struktur sosial, (f) tanggung
jawab para anggota, (g) aturan kemasyarakatan, dan (h) sifat kekekalan dan
kesementaraannya.
Definisi Keluarga Disharmoni
Keluarga
disharmoni adalah sebuah keluarga yang keadaannya sudah tidak rukun lagi.
Biasanya keluarga disharmoni disebabkan sudah tidak adanya lagi
kepercayaan terhadap pasangan dan berujung pada kekerasan terhadap pasangan. Keluarga
disharmoni dapat menyebabkan seorang anak yang ada di dalamnya ikut terlibat. Hal
ini dapat mengakibatkan seorang anak menjadi trauma dan anak tersebut bisa
meniru keadaan yang dia lihat saat dia sudah berkeluarga, tetapi ada juga yang akan sangat menyayangi keluarganya (Arif, 2012).
Penyebab Keluarga Disharmoni
Menurut
Arif dan Nitibaskara penyebab keluarga menjadi tidak rukun lagi yaitu (a)
kurangnya kepercayaan terhadap pasangan, (b) kecemburuan, (c) bosan dengan
pasangan, (d) saling tidak menghargai, dan (e) kekerasan dalam keluarga.
Pertama, kurangnya kepercayaan terhadap pasangan, bisa disebabkan seorang
pasangan menghianati janji yang mereka buat dan melihat gerak gerik yang
mencurigakan dari pasangannya. Kedua, kecemburuan, disebabkan seorang pasangan
melihat pasangannya berkomunikasi dengan lawan jenis lainnya dan juga dapat
disebabkan kurangnya interaksi dalam keluarga (Arif, 2012; Nitibaskara, 2001).
Ketiga,
bosan dengan pasangan, biasanya terjadi pada pasangan yang sudah cukup lama
menikah, hal ini terjadi karena kurang keromantisan dalam hubungannya dan juga
kurangnya berkomunikasi. Keempat, saling tidak menghargai, terjadi karena
keegoisan pribadi saat berpendapat tidak mau mendengarkan pendapat pasangannya,
hal ini biasanya menimbulkan rasa malas terhadap pasangan saat sedang
berdiskusi dalam keluarganya. Kelima, kekerasan dalam rumah tangga, dari
keempat penyebab sebelumnya, biasanya dapat berujung pada kekerasan yang akan
dialami oleh sang istri (Arif, 2012; Nitibaskara, 2001).
Akibat Keluarga Disharmoni
Arif
(2012) berpendapat bahwa keluarga yang disharmonis berdampak
pada hubungan pasangan dan juga terhadap anak, yaitu: (a) dampak terhadap
hubungan, jika dalam keluarga terus menerus mengalami keadaan disharmoni
keluarga akan berdampak pada hubungan yang sudah mereka bangun seperti
perceraian dan perselingkuhan; dan (b) dampak terhadap anak, hal ini akan
sangat berdampak buruk terhadap perkembangan anak mulai dari anak susah diatur
sampai anak menjadi seorang pengguna narkoba.
Cara Mencegah Keluarga Disharmoni
Menurut
Arif (2012) ada dua cara untuk mencegah keadaan disharmoni keluarga, yaitu: (a)
terbuka, sikap keterbukaan dan selalu menceritakan kejadian atau hal yang
dialami bisa mencegah terjadinya disharmoni keluarga; dan (b) saling
menghargai, pasangan yang saling menghargai satu sama lain tanpa mendahulukan
egoisnya pribadi dan tidak hanya menganggap dirinya yang harus dipatuhi
merupakan salah satu cara untuk mencegah hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, R.
(2012). Keluarga disharmoni. Diunduh
dari http://lypyy.blogspot.com/2012/10/maraknya-keluarga-disharmoni-zaman-ini.html.
Khairuddin,
H. (1997). Sosiologi keluarga.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Nitibaskara,
T. R. R. (2001). Catatan kriminal
(edisi ke-2). Jakarta: Jayabaya University
Press.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar