Definisi Keluarga
Keluarga
adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling
terhubung (Salvicion & Celis, dikutip dalam Baron & Byrne, 2003).
Anggota keluarga terhubung karena hubungan darah dan status perkawinan. Anggota
keluarga berada dalam suatu rumah tangga dan saling berinteraksi untuk
menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
Keluarga
biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah berperan untuk mencari nafkah
dan menjadi kepala rumah tangga. Ibu berperan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, mengasuh anak, dan merawat suaminya. Anak berperan untuk mengasihi,
menyayangi, dan mematuhi nasihat orangtuanya. Dalam hal mengasuh anak, orangtua
berperan agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pandai dan
bermartabat.
Definisi keluarga disharmoni. “Disharmoni adalah ketidakselarasan”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], 2008). Ketidakselarasan ini menyatakan perasaan,
tindakan, ide, dan keinginan seseorang terhadap sesuatu. Keluarga disharmoni
adalah kegagalan beberapa anggota keluarga dalam menjalankan kewajibannya
(Goode, 1991). Jadi, keluarga disharmoni adalah keluarga yang mengalami keretakan dalam rumah tangga karena anggota keluarganya melanggar kewajibannya.
Penyebab
Keluarga Disharmoni
Beberapa
penyebab keluarga disharmoni adalah (a) hilangnya rasa cinta, (b) tidak ada
rasa percaya, (c) tidak jujur, dan (d) tidak saling setia.
Hilangnya rasa cinta. Cinta mempunyai arti yang luas,
seperti cinta terhadap keluarga, pasangan, teman, peliharaan, dan lain-lain.
Dalam keluarga disharmoni, cinta yang dulu ada mulai hilang. Hal ini disebabkan cinta tersebut tidak dirawat dengan baik sehingga individu merasa tidak
mendapatkan cinta seperti dulu.
Tidak ada rasa percaya. Dalam membangun hubungan yang baik,
dibutuhkan rasa percaya antarindividu. Tanpa rasa percaya, individu akan merasa
tidak dihargai. Dalam keluarga disharmoni, biasanya anggota keluarga tidak
saling menanamkan rasa percaya sehingga menyebabkan pertengkaran.
Tidak jujur. Kejujuran sangat dibutuhkan dalam
suatu hubungan. Jika salah satu anggota
keluarga tidak jujur, hubungan antarkeluarga akan menjadi retak. Hal tersebut
terjadi karena apabila individu tidak jujur, individu lain akan merasa
tersakiti, tidak dipercaya, atau bahkan tidak dibutuhkan. Tidak jujur dalam
suatu hubungan juga membuat kepercayaan yang sudah ada menghilang yang pada
akhirnya menyebabkan pertengkaran.
Tidak saling setia. Setiap individu pasti sangat
mengharapkan pasangannya untuk setia. Tanpa kesetiaan, individu akan malas untuk
berhubungan. Dalam keluarga disharmoni, biasanya kesetiaan tersebut menjadi
retak karena salah satu pasangannya selingkuh. Perselingkuhan menyebabkan hati
pasangannya yang lain kecewa dan tersakiti. Pada akhirnya tidak setia
menyebabkan pertengkaran yang mengarah ke perceraian.
Dampak
Keluarga Disharmoni
Terhadap anak-anak. Anak-anak yang sering melihat
orangtuanya bertengkar akan merasa bersalah. Hal tersebut terjadi karena mereka
mungkin merasa bahwa merekalah penyebab orangtuanya bertengkar. Biasanya,
anak-anak tersebut juga kurang mendapat perhatian karena orangtuanya lebih
mementingkan perasaannya sendiri daripada mengurus mereka. Pada akhirnya,
anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, pendendam,
bahkan mungkin antisosial.
Terhadap keluarga besar. Pertengkaran yang terjadi
antarpasangan akan mempermalukan keluarga besarnya. Hal ini disebabkan
pasangan tersebut mungkin saja diperbincangkan orang banyak dan mungkin akan
melibatkan keluarga besarnya. Keluarga besarnya juga akan membantu pasangan
tersebut menyelesaikan masalah mereka sehingga pada akhirnya akan merepotkan
keluarga besarnya juga.
Solusi
Salah satu
solusi untuk mengatasi keluarga disharmoni adalah dengan komunikasi yang baik.
Komunikasi akan meningkatkan rasa kepercayaan antarkeluarga. Dengan komunikasi,
anggota keluarga akan saling berinteraksi dan menyebabkan rasa kebersamaan.
Mereka juga akan merasa diperhatikan karena masih ada komunikasi. Mereka juga
merasa tenang karena sudah saling mendapat kabar.
Daftar Pustaka
Baron,
R. A., & Bryne, D. (2003). Psikologi
sosial. Jakarta: Erlangga.
Gramedia
Pustaka Utama. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penulis.
Goode, W. J. (1991). Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
1 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar