Tulisan saya hari ini akan dimulai dengan sebuah pertanyaan , "Apakah anda percaya istilah cinta pada pandangan pertama?" Ehm mungkin sebagian kita berpendapat bahwa istilah tersebut hanya terjadi pada sinetron-sinetron atau film-film cinta belaka. Namun, apakah sebenarnya hal tersebut dapat terjadi pada dunia nyata? Bagi orang-orang yang belum pernah merasakannya mungkin akan menjawab tidak mungkin terjadi. Tetapi bagi orang yang pernah merasakannya mungkin akan menjawab dapat terjadi. Jadi, istilah "Love at the for sight" itu menurut penulis sangat subyektif dan dipengaruhi pengalaman individu masing-masing. Di samping hal tersebut, pernahkah anda merasakan jantung anda berdebar-debar, perilaku sedikit tidak dapat dikontrol, atau keinginan untuk terus bersama dengan seseorang ketika baru pertama kali bertemu? Saya rasa semua orang normal pernah mengalaminya dan hal tersebut merupakan suatu yang wajar. Selain itu, pernahkah anda bertanya kepada diri anda sendiri, "Mengapa saya dapat bertingkah seperti itu di depan seseorang?" Pada tulisan kali ini, saya akan membahas lebih jauh tentang bagaimana seseorang dapat menyukai atau tertarik dengan seseorang meskipun baru pertama kali bertemu dari sisi dunia sains.
Menurut teori evolusi, manusia diciptakan atau terprogram untuk meneruskan kelangsungan hidup mereka. Hal yang dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala untuk meneruskan kelangsungan hidup mereka adalah berkembang biak. Manusia bukan seperti bakteri atau virus yang dapat membelah diri untuk melangsungkan hidup mereka, namun manusia memerlukan pasangan (manusia lain) yang berbeda dengan jenis kelaminnya untuk melahirkan keturunan. Berangkat dari keyakinan tersebut, para peneliti mencoba mencari jawaban mengapa manusia memilih pasangan yang satu dan bukan pasangan yang lainnya dalam melanjutkan kehidupan mereka? Para peneliti menemukan bahwa manusia zaman dahulu yang berpasangan cenderung memiliki wajah yang simetris. Wajah yang simetris ini maksudnya bahwa wajah seseorang terlihat lebih menarik bila memiliki bentuk yang proposional seperti sebuah kertas HVS yang dapat dibagi menjadi 4 dengan sama besar. Tampaknya peninggalan perilaku memilih tersebut berevolusi sampai masa kini.
Coba pilih wajah mana yang menurut anda lebih menarik?
Pada saat diperlihatkan gambar seperti itu, orang akan cenderung tertarik dan memilih wajah yang simetris dibandingkan dengan wajah yang kurang simetris. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah hal tersebut berlaku sama pada pria dan wanita? Penelitian tersebut menunjukan bahwa antara pria dan wanita cenderung tertarik dengan wajah yang simetris dibandingkan dengan yang kurang simetris. Untuk menguji faktor lain yang membuat seseorang memilih pasangan mereka, peneliti membuat sebuah program dan alat untuk mungukur kesimetrisan wajah seseorang. Rentang nilai yang diberikan untuk tingkat kesimetrisan wajah seseorang dari tingkat 1 - 10 (kurang simetris - sangat simetris). Orang dikatakan menarik dan diatas rata-rata bila mendapatkan nilai 7-8. Orang rata-rata biasanya mendapatkan nilai antara 4-5.
Para peneliti menguji kembali apakah hanya faktor kesimetrisan wajah yang membuat orang tertarik dengan seseorang, dan bagaimana proses penseleksian tersebut terjadi. Para peneliti membuat eksperimen dimana terdapat 10 pria dan 10 wanita dengan skor kesimetrisan dari yang paling kecil sampai paling besar. 10 pria dan 10 wanita tersebut menggunakan penutup kepala dan rambut sesuai dengan nilai kesimetrisan wajah mereka. Tugas 10 pria dan 10 wanita tersebut adalah memilih 1 pasangan dengan cara memberikan salam kepada lawan jenisnya. Bila lawan jenisnya membalas maka mereka dinyatakan berpasangan. Berdasarkan teori evolusi yang ada pria yang bergerak untuk mencari wanita pertama kali, dan hal tersebut terjadi pada percobaan dimana 10 pria mulai terlebih dahulu untuk mendekati 10 wanita tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pria cenderung memilih wanita dengan nilai kesimetrisan yang tinggi, sedangkan wanita hanya dapat menunggu pria dengan skor kesimetrisan yang tinggi untuk menghampiri mereka. Wanita juga cenderung selektif dalam menerima dan kepercayaan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mendapatkan pria yang terbaik terkadang membuat mereka sulit mendapatkan pasangan. Selain itu, para peneliti juga melakukan penelitian lain dimana para peneliti memasang foto pria dan memberikan karakteristik pria tersebut seperti pekerjaan, usia, dan pendapatan pria tersebut. Brosur pria-pria tersebut diperlihatkan kepada wanita dan para peneliti meminta penilaian wanita tersebut berapa nilai ketertarikan mereka dengan pria tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pria dengan status pekerjaan, dan pendapatan yang baik mendapatkan nilai ketertarikan tinggi meskipun wajah pria tersebut tidak menunjukan skor kesimetrisan yang tinggi.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa wanita memiliki faktor lain dalam menentukan pilihan mereka. Wanita memilih dan tertarik dengan pria-pria tersebut dikarenakan wanita berpikir keterjaminan hidup mereka bila bersama dengan pria-pria tersebut. Berbeda pada wanita, pria tampaknya kurang memperhatikan faktor eksternal dari wanita pada saat memilih pasangan. Pria lebih cenderung memilih wanita berdasarkan faktor internal wanita itu seperti ukuran pinggang dan pinggul wanita yang proposional lebih membuat pria tertarik. Tampaknya pria menjadikan hal tersebut sebuah faktor penting dikarenakan pada akhirnya wanita tersebut akan mengandung dan meneruskan keturunan mereka. Selain itu, pria berpandangan bahwa proporsi antara pinggang dan pinggul wanita, membuat wanita tersebut terlihat seksi dan menarik. Selain dari penampilan, faktor lain seperti aroma seseorang juga dapat mementukan ketertarikan seseorang kepada orang lain. Aroma tersebut dalam dunia sains disebut pheromones. Pheromones antara orang tua anak, saudara kandung, memilih aroma yang sama sehingga menunjukan kesan negatif. Hal ini dapat mencegah terjadinya hubungan incest. Seseorang lebih cenderung memilih aroma lawan jenisnya yang memiliki tingkat kecocokan dengan dirinya. Selain lewat indera penciuman, satu indra lagi yang dapat mempengaruhi seseorang memilih pasangan mereka adalah indera pendengaran. Pria lebih memilih wanita dengan pita suara tinggi dan cenderung muncul pada tahap remaja. Sedangkan wanita cenderung lebih memilih pria dengan pita suara rendah dan berat. Penelitian menunjukan bahwa kadar hormon dapat mempengaruhi pita suara seseorang. Kadar estrogen yang tinggi pada saat mensturasi membuat suara wanita terdengar menarik bagi pria, sedangkan kadar androgen pada pria membuat pita suara pria terdengar berat dan menarik bagi wanita.
7 Mar 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar