Senin, 31 Maret 2014

In Case... (Melisa Mustika)


   Saya mendengar presentasi dari beberapa teman saya yang mewawancarai HRD. Mereka menjelaskan bahwa teknik wawancara selalu digunakan untuk proses recruitment dan selection.HRD umumnya hanya mewawancarai aspek kepribadian dari calon karyawan. Setelah calon karyawan dianggap sesuai dengan kriteria perusahaan, user akan meneruskan wawancara untuk melihat kompetensi dari calon karyawan tersebut. Hal ini dilakukan karena HRD belum tentu menguasai bidang kompetensi calon karyawan yang akan diukur. Misalnya calon karyawan bidangaccounting, HRD hanya akan melihat kriteria perusahaan dan aspek kepribadian calon karyawan tersebut. Aspek kompetensi calon karyawan itu akan dinilai oleh user sehingga calon karyawan biasanya akan diwawancarai minimal dua kali. Selain itu, HRD juga perlu menjalin relasi dengan para karyawan. Biasanya para karyawan akan merasa panik apabila diminta untuk bertemu dengan HRD. Para karyawan berpikir mungkin saja mereka akan dapat surat peringatan atau PHK. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. HRD bisa saja ingin menanyakan produktivitas atau kesejahteraan karyawan ketika bekerja. Karena itu, relasi antara HRD dengan para karyawan diperlukan agar karyawan dapat terbuka dalam menceritakan masalah yang menghambat produktivitas atau kesejahteraan mereka. 
     Ketika melakukan proses wawancara (saya dan teman-teman mewawancarai guru BP), saya baru memahami ternyata teknik wawancara merupakan teknik yang paling sering digunakan karena dapat menggali banyak informasi. Wawancara memungkinkan interviewer untuk memperoleh informasi lebih banyak daripada sekedar menggunakan alat tes saja. Melalui wawancara,interviewer juga dapat menemukan kekuatan dan kelemahan, serta riwayat pribadi dan keluarga klien. Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan klien sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi permasalahan klien. Selain itu, informasi mengenai riwayat pribadi dan keluarga klien juga penting untuk membina rapport dengan klien. Interviewer diharapkan menjadi active listenerketika proses wawancara berlangsung. The less you talk, the more you're listened to :)


   

A lot of problems in the world would dissapear if we talk to each other instead of about each other :)

9 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar