Jumat, 28 Maret 2014

WAWANCARA: PENDIDIKAN (Padmavirya Shanti)


Standard
     Dalam program S2 Psikologi saat ini dibagi menjadi 4 penjurusan, yaitu klinis dewasa, klinis anak, PIO dan pendidikan. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas mengenai psikologi di bidang pendidikan. Mengapa saya memilih bidang pendidikan? Karena sebagai sarjana S1 nantinya, selain PIO, saya akan berkemungkinan lebih besar untuk berkecimpung di bidang tersebut. Selain itu, menurut saya, hampir semua orang akan berhubungan dengan bidang pendidikan baik sebagai psikolog sekolah/guru BK (Bimbingan Konseling) maupun sebagai siswa. 
     Saya, sebagai siswa, pernah mempunyai pengalaman berhubungan dengan psikolog di bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, seorang psikolog dapat menjadi guru BK maupun psikolog sekolah. Pada awalnya, saya tidak tahu menahu mengenai adanya psikolog sekolah tersebut. Tetapi setelah salah satu dosen tercinta sharing mengenai pengalamannya menjadi psikolog sekolah dan menjelaskan betapa sibuknya untuk berperan rangkap baik sebagai guru BK maupun psikolog sekolah, baru saya menyadari betapa pentingnya adanya pemisahan dalam kedua jabatan tersebut.
     Guru BK yang kesehariannya harus mempersiapkan berbagai materi pelajaran untuk menumbuhkan sikap-sikap positif kepada murid-muridnya. Sedangkan psikolog sekolah harus membantu setiap siswa yang berada dalam kesulitan baik di dalam bidang akademis maupun non akademis. Kedua hal tersebut akan sangat sulit untuk dilakukan secara efektif oleh satu orang yang mempunyai peran ganda. Sehingga sangat berkemungkinan untuk seseorang mendahulukan satu tugas dibandingkan tugas yang lainnya, walaupun kedua tugas tersebut sama pentingnya.
     Dalam pengalaman terdahulu saya sendiri pada saat SMA, psikolog sekolah digabung dengan guru BK dan Leadershiptetapi terdapat 3 guru yang memegang peran ganda tersebut. Sehingga antara 2 orang guru dibagi untuk fokus ke angkatan tertentu dan 1 orang guru difokuskan untuk di bagian Leadership. Meskipun begitu menurut saya, sistem seperti itu masih kurang efektif karena tugas yang dilakukan tidak terfokus kepada satu hal, melainkan terpecah-pecah. Maka dari itu, sebaiknya sekolah secara maksimal menyediakan psikolog-psikolog sekolah dan guru-guru BK-nya masing-masing. Sehingga tidak hanya tugas yang ada dilakukan dengan  cara efektif, tetapi juga seorang guru BK/psikolog sekolah tetap terjaga kesejahteraannya dan terfokus dalam melakukan job desc yang ada.
11 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar