Kamis, 27 Maret 2014

Keterampilan Dasar Teknik Wawancara (Maria Gracia Herlyn Putri)


     Beberapa waktu lalu, saya telah menge-post­ blog dengan tips-tips melakukan teknik wawancara menurut saya. Setelah mengikuti kelas tekwan kemarin ini, saya akan meng-update tentang ketermapilan dasar dalam wawancara. Keterampilan dasar yang pertama adalah kemampuan untuk membina rapport. Pemahaman rapport dalam konteks ini bukan sebagai buku hasil nilai murid dalam bidang pendidikan. Melaikan langkah awal dalam membina hubungan komunikasi yang kooperatif dan harmonis, agar klien memberikan respon yang jujur dan bebas dalam topik wawancara. Dalam membina rapportpewawancara harus membuat klien menjadi nyaman dalam melakukan wawancara. Saya akan sedikit menguraikan beberapa hal yang dilakukan dalam membina rapport yang baik, antara lain:
  • Sikap pewawancara merupakan kunci utama dalam menentukan rapport akan menjadi baik atau buruk. Jadi, sebagai pewawancara harus menjaga sikap, ucapan dan ekspresi wajah saat melakukan wawancara.
  •  Buatlah ruangan dan lingkungan saat melakukan wawancara kondusif, tenang, dan nyaman. Sehingga, membuat klien menjadi lebih rileks saat diwawancara.
  •  Fasilitas yang memadai dalam ruangan, seperti kursi yang nyaman, penerangan yang memadai, suhu ruangan yang sejuk, ruangan yang tertata rapih, dll.
  •  Perhatikan penggunaan bahasa dan reaksi wajah saat mendengar respon klien. Bahasa dan kosakata yang digunakan sesuaikan dengan taraf pendidikan, budaya, dan keadaan klien. Dalam memberikan reaksi wajah, sebaiknya jangan terlalu berlebihan dan jangan terlalu datar. Buatlah klien merasakan kepedulian dan kenyamanan dalam melihat reaksi wajah kita.

     Keterampilan dasar yang kedua adalah empati kepada klien. Empati adalah respon yang membuat klien mengetahui bahwa kita menerima, memahami, dan mengerti permasalahannya tanpa membuat sebuah penilaian tentang apa yang klien hadapi. Keberhasilan respon empati itu tergantung pada pembinaan rapport di awal. Berfokuslah pada masalah klien, tidak kepada permasalahan lainnya. Respon mepati yang kita berikan akan membuat klien menjadi lebih percaya, merasa diterima, dan lebih terbuka dalam wawancara.
     Keterampilan dasar yang ketiga adalah attending behavior atau perilaku yang menandakan kita menyimak klien dalam wawancara. Fokuskan perhatian kita pada klein daripada diri sendiri atau permasalahan lainnya. Pusatkan pertanyaan, pembicaraan dan komentar yang berhubungan dengan topik klien. Jangan mengaitkan dengan cerita kita atau pengalaman pribadi kita sendiri. Buatlah klien, topik, ataupun permasalahannya menjadi pusat dalam wawancara. Ada empat dimensi attending behavior, yaitu: (a) visual: tatap klien (eye contact) dan jangan alihkan pandangan, agar klien merasa dihormati keberadaannya; (b) kualitas vokal: jaga nada dan tempo saat berbicara, hal itu menandakan ketertarikan, empati, dan penyimakan respon klien; (c) verbal tracking: kita harus peka dalam memilih pertanyaan dan merespon klien, agar fokus wawancara tetap pada topik atau tujuan awal yang telah ditetapkan; dan (d) body language: jangan terlalu berlebihan dan gunakan postur duduk yang baik.
     Keterampilan dasar yang keempat adalah teknik bertanya. Ada dua teknik dalam bertanya, yaitu open question dan closed question. Saya akan menjelaskan secara singkat dan memberikan contohnya. Yang pertama, open question adalah pertanyaan yang bersifat tidak mengarahkan pada topik, biasanya klien dapat merespon dengan bebas untuk mengekspresikan perasaannya, menjadi pertanyaan pembuka, menggali, dan memperjelas respon klien. Salah satu contohnya, "Apa yang bisa saya bantu?", biasanya digunakan dalam pembukaan pertanyaan, yang menggambarkan kita bersedia membantu klien. Bentuk pertanyaan yang kedua adalah closed question. Bentuk closed questionberkebalikan dengan open question, bentuk ini biasanya bersifat mengarahkan jawaban dari klien dan biasanya jawabannya singkat (ya atau tidak). Salah satu contoh pertanyaannya adalah "Apakah anda merasa kecewa terhadap perilaku tersebut?".
     Dalam melakukan pertanyaan, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan, antara lain:
  •  Jangan memaksa klien untuk berbicara atau menjawab pertanyaan, akan membuat klien menjadi tidak nyaman dan tidak percaya kepada kita.
  • Jangan langsung menanyakan hal yang bersifat personal, hal tersebut akan membuat klien menjadi takut dalam menjawab dan menyembunyikan sesuatau.
  •  Berikan jeda waktu dalam bertanya, berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dan emosi yang ingin klien keluarkan.
  • Hindari kata tanya "mengapa atau kenapa?", bentuk pertanyaan tersebut akan membuat klien menjawab dengan bias atau tidak mengutarakan sebenarnya.
  •  Jangan memberikan pertanyaan yang banyak, refleksikan saja sendiri dari jawaban-jawaban klien untuk mendapatkan pokok atau inti permasalahan klien.

     Keterampilan dasar selanjutnya adalah kemampuan observasi. Kemampuan observasi berfokus pada tiga aspek, yaitu perilaku verbal atau non verbal dan adanya permasalahan seperti jawaban yang berubah-ubah. Perlikau verbal yang dimaskud adalah pusat perhatian klien pada jawaban yang diberikan dan kosakata yang ditekankan klien dalam menjawab. Perilaku non verbal yang dimaksud adalah ekspresi wajah, bahsa tubuh, dan hindarilah stereotype.
     Keterampilan dasar yang terakhir adalah active listening skill. ada 3 bagian dari active listening skill, antara lain:
  • Encouragement adalah variasi respon yang diberikan oleh kita sebagai penanda kita menyimak jawaban dari klien. Respon dapat berupa verbal ( ya.. oke.. lalu.. hmm..) dan non verbal (kontak mata dan bahasa tubuh, namun jangan berlebiihan). Beri jeda saat memberikan respon pada jawaban klien, namun jangan terlalu lama.
  • Refleksi dibagi menjadi dua yaitu reflection of content (paraphrasing) danreflection of feelingsParaphrasing merupakan refleksi yang berfokus pada isi dan hasil dari wawancaram berupa jawaban dari klien. Sedangkan, reflection of feelings adalah mengidentifikasi emosi yang klien berikan dalam wawancara.Parroting adalah pengulangan yang kita lakukan menggunakan perkataan klien. Biasanya digunakan untuk memberikan garis besar dari cerita klien. Namun, sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan parroting.
  • Summarizing hampir sama dengan paraphraing, namun biasanya digunakan untuk mengklarifikasi dari apa yang klien katakan dari awal sampai akhir wawancara. Biasanya, summarizing digunakan saat akhir (sebagai penyimpulan hasil wawancara) atau di awal (sebagai pengulasan hasil wawancara sebelumnya dan sebagai penghubung ke topik selanjutnya).

     Dalam melakukan wawancara yang sukses, kita membutuhkan teknik dasar yang kuat. Dari wawancara yang sukses akan menghasilkan data yang akurat dan konseling pun dapat berjalan dengan lancar. Semoga bermanfaat. See ya! =D

19 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar