Senin, 31 Maret 2014

TRAGEDI 2007 bersama Guru BK (Lisa Febriani)


Guru BK adalah singkatan dari guru bimbingan dan counseling. Tugas guru BK tidak serta merta hanya untuk melakukan proses konseling bagi para murid-murid yang sedang bermasalah saja, namun jika pada sekolah tingkat atas yaitu sebut saja SMA, guru BK berperan penting untuk memberikan informasi-informasi seputar pemilihan yang tepat antara minat siswa dengan jurusan yang nantinya akan mereka ambil, serta memilih universitas yang terbaik sesuai dengan minat siswa tersebut. Saat ini, guru BK memiliki latar belakang sarjana pendidikan, namun disebagian sekolah terdapat pula guru BK yang memiliki latar belakang sarjana psikologi. Kemewahan yang dipunyai oleh guru BK yang bekerja di sekolah adalah, guru BK mempunyai ruangannya sendiri sama halnya seperti kepala sekolah yang juga memiliki ruangan pribadi di dalam sekolah tersebut.


Lebih baik mana antara guru BK dengan latar belakang sarjana pendidikan atau guru BK dengan latar belakang sarjana psikologi???
     Kebanyakan orang menganggap bahwa guru BK dengan latar belakang sarjana psikologilah yang lebih baik, karena menurut kebanyakan orang tersebut, guru BK dengan latar belakang sarjana psikologi lebih mengerti tentang dinamika kepribadian seseorang, dan secara tidak langsung guru BK dengan latar belakang psikologi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan tugas yang lebih banyak dibandingkan dengan guru BK dengan latar belakang pendidikan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan siswa di sekolah. Apalagi bagi seorang psikolog yang telah lulus untuk gelar S2nya yang bekerja pada bidang pendidikan, tugas ataupun tunjangan yang diberikan kepada seseorang ini lebih besar dan menggiurkan.


Apa sebenarnya yang dikerjakan oleh guru BK pada sekolah-sekolah kebanyakan yakni pada SMP dan SMA???
     Singkat cerita seperti yang telah dijelaskan di atas, guru BK memberikan konseling bagi para siswa-siswa yang bermasalah, dengan cara melakukan wawancara terhadap siswa tersebut. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya dari siswa yang memiliki masalah dalam lingkungan pendidikannya di sekolah, tidak hanya siswa bermasalah, siswa yang ingin berkonsultasi dalam bidang pendidikannya pun harus melakukan wawancara dengan guru BK agar lebih mudah untuk mengatasi confused di dalam dirinya. Masalah-masalah yang sering dihadapi adalah antara lain masalah siswa yang membolos, atau siswa yang sering sekali terlibat aksi-aksi tawuran yang sering kali tertangkap oleh media informasi yakni berita pada televisi nasional. Namun, wawacara juga memiliki kekurangan, yakni keterbatasan waktu yang diperlukan untuk mewawancarai seorang siswa bermasalah, apalagi siswa tersebut sulit untuk diajak bekerja sama untuk wawancara dengan guru BK, bahkan untuk masuk ke dalam ruangan guru BK saja sudah sulit, apalagi duduk bersama dan berbicara pada guru BK. Jika siswa tersebut sulit untuk diajak bekerja sama maka guru BK melakukan home visit pada siswa tersebut guna menyelesaikan permasalahannya. Home visit adalah metode untuk memahami individu dengan cara konselor mengadakan kunjungan ke rumah orang tua siswa dengan tujuan untuk mengenal dan memahami keadaan siswa di rumah.


Baiklah, singkat cerita mengenai guru BK. Saya memiliki 2 pengalaman dengan guru BK yang membuat saya sadar bahwa tanpa bertemu mereka, saya tidak mampu untuk menjadi saya saat ini, kisah saya dengan guru BK ini saya beri nama “Tragedi 2007 Bersama Guru BK”:
     Waktu saya masuk SMP yakni pada saat saya kelas 1 SMP, saya baru saja diperkenalkan dengan banyaknya aktivitas-aktivitas di SMP dan banyaknya pelajaran yang sangatlah berbeda dengan waktu saya SD. Saat itu saya tertarik pada mata pelajaran yang bernama BPBK, yang saat ini disingkat menjadi mata pelajaran BK. Pelajaran ini hanya setengah jam saja untuk setiap minggunya, di awal pertemuan guru BPBK saya menjelaskan bahwa “apapun masalah kalian dan kalian ingin berkonsultasi pada saya, silakan datang ke ruangan saya, apapun dan kapanpun saya siap”, guru saya selalu menanamkan kata-kata ini pada setiap siswanya, dan pada awal pertemuan saya menganggap bahwa guru saya ini sangat baik. Namun pada pertemuan berikutnya untuk mata pelajaran BPBK, tugas saya dan siswa lain hanya mengisi LKS, yang LKS tersebut tidak pernah diberikan nilai (melainkan hanya ditanda tangani) dan boleh dikumpulkan kapan saja. Saat ini saya masih meragukan apa gunanya belajar BPBK. Namun suatu hari, banyak kegiatan ekstrakurikuler di SMP saya yang membuat saya ingin terlibat di dalamnya. Pada saat itu saya tertarik pada ekskulpaskibra dan pramuka, dan saat itu juga saya memberanikan diri untuk masuk ke ruang BK, karena saya ingat pesan guru saya dahulu.


     Saya masuk, duduk, berbincang-bincang, tentunya dengan metode wawancara, guru BPBK saya pun bertanya, dan saya menjawab. Satu hal yang membuat saya sadar bahwa psikolog tidak boleh mengarahkan melainkan menumbuhkan insight-insight seseorang saja, begitu pula metode yang diberikan oleh guru BPBK saya. Inti pertemuan saya waktu itu adalah saya ingin meminta saran, lebih baik saya masuk ekskul pramuka atau paskibra? Walapun guru BPBK saya saat itu mempunyai latar belakang pendidikan, namun cara yang ia gunakan adalah sama dengan teori psikologi yang sedang saya pelajari saat ini. Guru saya tidak menyarankan, beliau hanya mengatakan bahwa “semuanya yang akan kamu pilih ya kembali pada pilihan kamu sendiri, dan mana yang lebih kamu minati itulah yang kamu pilih”, sampai saat ini saya masih ingat dengan kata-kata beliau. Inilah pertama kali saya berbicara berdua dengan guru BPBK saya di dalam ruangannya.


Kedua kalinya saya berjumpa dengan guru BK saya ini dengan cara yang tidak menyenangkan. Siang hari, yang terik itu, saya sudah pulang sekolah, dan saya sedang ngumpul-ngumpul di belakang sekolah saya, saya ingat tahunnya yakni tahun 2007 yaitu tahun dimana bulan-bulan awalnya mengalami banjir 5 tahunan yang cukup parah dan menyedihkan, saya pun kelas 3 SMP pada saat ini dan sedang memikirkan bagaimana caranya bisa lulus ke SMA negeri. Saat itu pergaulan yang buruk menghantui saya, dan membuat saya ikut terjerumus ke dalamnya, saya merokok (TIDAK UNTUK DICONTOH). Hari itu saya merokok bersama teman-teman saya, siang itu, pada saat pulang sekolah dan letaknya tidak jauh dari sekolah saya. Tiba-tiba mobil avanzazzz berwarna biru berhenti di depan saya, saya masih tidak sadar bahwa itu adalah mobil kepala sekolah saya.

     Singkat cerita kepala sekolah saya memanggil teman saya yang sedang tidak merokok yang berada sekitar 3m di depan saya, dan kepala sekolah saya mengatakan kepadanya “bilang sama teman kamu itu, bapak tunggu di ruangan bapak!!”. Mobil avanzazzzz itupun lewat dan masuk ke dalam sekolah saya. Teman saya pun mengatakan hal yang sebenarnya, pada saat itu perasaan saya campur aduk, dan saya takut orang tua saya dipanggil ke sekolah, saya ingin tidak menemui panggilan kepala sekolah saya tersebut, namun saya di dukung oleh pacar saya waktu itu bahwa tidak akan terjadi apa-apa dan saya pun menemuinya. Saya masuk ruangannya, dan kata-kata yang pertama kepala sekolah saya ucapkan adalah “untung kamu kesini, kalau tidak besok pas upacara nama mu akan saya panggil ke depan lapangan”, saat itu saya bersyukur, dan saya diajak bicara oleh kepala sekolah saya mengenai apa alasan saya untuk merokok, saya perempuan, saya mau ujian, dan mengapa hal ini dilakukan di dekat sekolah. Karena keterbatasan waktu, kepala sekolah saya pun memanggil guru BPBK saya, dan saya harus menceritakan semuanya kepada beliau dengan perjanjian bahwa orang tua saya tidak akan dipanggil ke sekolah.


     Guru BPBK saya yang sudah mengenal saya, hanya bilang “rumah mu dimana? Hari ini ibu sibuk sepertinya, dan mungkin kita bisa cerita soal ini tidak di dalam sekolah”, karena saya takut kalau guru saya ini menemui orang tua saya, akhirnya saya memutuskan untuk menemuinya setelah urusannya selesai di tempat tinggalnya yang tidak jauh dari sekolah saya. Sesuai perjanjian, saya datang tepat waktu di tempat guru saya tinggal. Kami mulai perbincangan kami, guru saya bertanya tentang alasan saya, apakah orang tua saya mengetahui hal ini, dsb, berbagai perbincangan ringan pun kami mulai dahulu sebelum akhirnya membahas kepada topik permasalahan saya, dan saya menjawab semua hal yang ia tanyakan sambil menangis ketakutan karena takut kabar ini sampai ke telinga orang tua saya. Guru saya yang baik hati itu menasihati saya, dan memberikan saran-saran yang baik untuk saya agar hal ini tidak terulang lagi sampai besok, dan selama-lamanya, dan guru saya pun menenangkan saya yang waktu itu sedang menangis tersedu-sedu. Guru saya berjanji, kalau saya melakukannya lagi, maka orang tua saya perlu mengetahuinya. 

     Setelah hari yang membuat saya menangis seharian penuh itu, saya akhirnya sadar dan saya tidak ingin lagi melakukan kesalahan yang membuat saya malah menambah pikiran saya. Terima kasih guruku, terima kasih untuk caramu menyadarkanku.
Sekian cerita saya, mudah-mudahan orang yang membaca cerita saya mengetahui jasa seorang guru itu besar, dan jangan pernah meremehkan pekerjaan guru BK, karena pekerjaan mereka lebih sulit dan waktu mereka pun tercurahkan lebih banyak untuk mengatasi masalah-masalah siswanya agar siswanya mampu untuk berprestasi di sekolahnya tanpa adanya masalah.

9 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar