Senin, 31 Maret 2014

What do I need? (Willy Lie)


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya wawancara adalah perbincangan antara 2 orang untuk menggali informasi baik informasi tentang fakta ataupun tentang emosi. Dapat dinyatakan bahwa antara esensi informasi dan esensi emosi terdapat hubungan. Pertanyaan sederhana "bagaimana seseorang bisa bercerita ataupun mengatakan masalahnya sejujurnya kepada anda bila ia tidak percaya dengan anda?" Untuk itu bagi seorang calon psikolog kita harus memiliki beberapa keterampilan dasar. Pada posting kali ini saya akan membahas tentang keterampilan dasar yang dibutuhkan.
Kemampuan membina rapport adalah hal yang mendasar dari semua keterampilan yang harus dimiliki namun sangat penting untuk dimiliki, Rapport adalah kemampuan membangun hubungan yang hangat, dan nyaman sehingga mendorong klien untuk dapat berbicara dengan jujur dan terbuka. Penting bagi seorang psikolog untuk memberikan atensi penuh tanpa menilai setiap peryataan (baik ataupun buruk) dari klien, seorang psikolog juga dituntut untuk mengerti keadaan klien tapi tidak sok tahu. Contoh statement sederhana yang ditekankan Ibu Henny: “I’ve never been in that position, so I just can only imagine how you felt”

Empathy adalah keterampilan kedua, keterampilan kedua ini muncul dari bina rapport yang baik. Semakin tingginya kualitas rapport semakin tinggi juga kualitas empati, begitu juga sebaliknya. Empati secara sederhana dapat diartikan sebagai merasakan apa yang dirasakan orang lain. Namun, untuk mencapai hal tersebut seorang psikolog harus mampu merasakan perasaan, pemahaman, dan pengalaman yang dirasakan oleh klien.

Attending behavior atau sikap yang memperhatikan adalah keterampilan ketiga yang harus dimiliki seorang psikolog dalam melakukan wawancara. Secara sederhana attending behavioradalah kondisi dimana seorang psikolog "hadir" untuk memperhatikan, dan mendengarkan masalah dari klien. Sehingga psikolog tidak boleh berfokus pada dirinya sendiri saat melakukan wawancara. Ia harus mampu berfokus pada klien dan memberitahukan pada klien bahwa ia fokus dan memperhatikanya dengan cara memberikan feedback (respon) positif seperti memberikan komentar atau pertanyaan yang berhubungan. Untuk mencapai attending behavior yang seutuhnya seorang psikolog harus mampu menjaga fokus matanya kepada klien tanpa membuat klien merasa di intimidasi, psikolog juga harus mampu mengolah kecepatan bicara dan penekanan suara, psikolog juga harus peka dalam melakukan wawancara agar tetap terfokus dengan topik, psikolog harus memunculkan bahasa tubuh yang atentif dan asli tidak di buat-buat.

Questioning technique adalah teknik untuk bertanya, sederhana saja kita tidak dapat menggali informasi jika kita tidak bertanya. Teknik bertanya terbagi 2 yaitu: Open dan Closed. Seperti artinyaopen adalah pertanyaan yang digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya tidak mengarahkan pada jawaban tertentu dengan teknik pertanyaan ini kita bisa mendapatkan informasi yang lebih kaya. Sedangkan closed question adalah pertanyaan yang digunakan untuk mengarahkan kepada suatu jawaban tertentu, sehingga teknik ini baik digunakan saat kita ingin merujuk ke suatu pembahasan tertentu.


Dalam bertanya kepada klien ada beberapa hal yang harus dihindari. Pertanyaan yang sifatnya memaksa dan menginterogasi klien akan membuat klien akan merasa terganggu dan tidak percaya kepada psikolog. Jika pertanyaan sifatnya terlalu personal dan dengan daftar pertanyaan yang sangat banyak dan menekan akan membuat klien jgua merasa tidak nyaman. Kita juga tidak boleh membatasi eksplorasi cerita dari klien karena hal ini akan membatasi emosi klien yang muncul sehingga tidak tergali seutuhnya. Pertanyaan dengan kata "kenapa" lebih baik dihindari, karena pertanyaan ini memunculkan rasionalitas bagi klien, sehingga ia akan berpikir tentang bagaimana ia dapat menjawab pertanyaan tersebut bukan menjawab secara langsung dari perasaanya. Pertanyaan yang sifatnya untuk mengkonfirmasi kembali jawaban klien jika dilakukan secara terus menerus akan membuat klien merasa tidak nyaman.


Tentunya kemampuan observasi juga dibutuhkan dalam wawancara. Observasi dalam wawancara terfokus pada 3 area. Observasi verbal dengan memperhatikan kata-kata yang ditekankan oleh klien, observasi non-verbal dengan memperhatikan kata-kata klien dengan ekspresi ataupun perilaku yang dimunculkanya. Sesudah itu kita harus dapat melihat inkongurensi (korelasinya) jika kata-kata klien tidak sama dengan ekspresi yang dihasilkan kita dapat melihat bahwa klien tidak sepenuhnya jujur dan terbuka, atau klien tidak jujur sama sekali.

Keterampilan terakhir yang harus dimiliki oleh klien adalah active listening skills. Kemampuan ini ditunjukan dari bagaimana seorang psikolog mampu mendorong klien untuk bercerita lebih lanjut tentang masalah ataupun keluhanya tanpa membuat klien merasa terganggu, psikolog dapat melakukan probing (memvariasikan pertanyaan), memberikan dorongan non-verbal seperti mengangguk ataupun memunculkan ekspresi mengerti. Sisi lain dari active listening skill adalah dengan melakukan parafrase (menceritakan inti masalah klien dengan cara kita sendiri) dari masalah yang diceritakan klien. TIdak hanya menangkap inti pembicaraan, kita juga harus dapat menangkap emosi dan perasaan klien dari cerita yang disampaikanya, hal ini dilakukan dengan cara memperhatikan ungkapan klien tentang perasaanya sendiri, umumnya perasaan hanya diwakilkan oleh 1 kata, jika disampaikan dalam kalimat besar kemungkinan bahwa hal tersebut adalah pikiran bukan perasaanya. Setelah semuanya diceritakan oleh klien kita harus mampu melakukan summarizing(menyimpulkan) apa yang sudah dibahas klien. Kesimpulan umumnya dibentuk dari 4 bagian yaitu: susunan kata dari klien yang dirapihkan, kata kunci yang dikatakan oleh klien, inti dari kata-kata klien secara singkat dan jelas, dan melakukan klarifikasi dengan klien.


15 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar