1. Kemampuan membina rapport.
Apa tuh rapport? Oops, ini bukan rapot-rapot yang biasa kita terima pas mau kenaikan kelas loh hehehe.
Rapport adalah usaha untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman, menciptakan hubungan yang jujur dan terbuka tentang topik yang sesuai dengan wawancara tersebut.
Bagaimana kita tuh bisa membina rapport dengan baik? Easy!
√ Ketika klien masuk, persilahkan klien untuk duduk dulu.
√ Ajak klien berjabat tangan (warning : ingat beberapa ragam budaya dan agama loh).
√ Senyum yang hangat dan emang dari dalam hati (CIEEEE!!) w
√ Harus mengerti keadaan klien (bukan sotoy!)
√ Mukanya jangan datar ya hihihi. Kasian klien udah cerita, eh muka kita jutek. Nanti klien malah bete lagi.
√ Eh, tapi, muka kita juga jangan judgemental, alias terlalu ekspresif alias lebay!
√ Jangan telepon dan chatting pas klien lagi curhat. Kita sebagai pewawancara bisa ga konsentrasi dan malah ga ngerti cerita klien.
√ Jangan pake jargon (kata-kata khusus) psikologi. Kalo klien ngerti sih syukur, kalo ga? percuma deh!
√ ETC
2. Empati
Pasti udah pada tau donk ya apa sih empati ini.? Empati diartikan sebagai keakuratan persepsi kita terhadap perasaan klien, apa yang terjadi dengan klien, dan peran klien kita terhadap pengalamannya itu. Dengan adanya empati, kita membuat klien tau kalau kita itu menerima, mengerti dan memahami dunia dia, tapi ga menghakimi dia. yang penting kita harus FOKUS sama klien kita.
3. Attending Behavior
Intinya kita harus menDENGARkan klien dengan baik, bukan kita yang sibuk cuap-cuap padahal klien belum ngomong apa-apa.
Ada 4 dimensinya:
· Visual → perhatiin klien! Tapi jangan dipelototin juga sih hehehe. Perhatikan segitiga atas (di daerah kening).
· Vocal Qualities → ngomongnya jangan lelet, tapi jangan terlalu cepat juga.
· Verbal Tracking → ikuti cerita klien, harus bisa probing. Tapi jangan pernah ikuti cerita klien yang schizophrenia loh!
· Body Language → penuh perhatian dan orisinil. Jangan dibuat-buat dan berlebihan.
4. Questioning Technique
Sebagai seorang pewawancara yang baik, kita tidak boleh mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengarahkan, klien harus bisa mengekspresikan perasaannya.
Jadi kita harus pakai open question, yang terbagi menjadi open question sebagai pembuka, untuk mengelaborasi dan memperkaya cerita klien, dan menjelaskan sudut pandang klien.
Tapi ada juga yang kita ga boleh lakukan dalam memberikan pertanyaan, yaitu memaksa klien buat cerita, mengintrogasi klien, mengontrol perasaan klien, memakai kata ‘kenapa’, dan mencoba memuaskan kebutuhan klien.
Nah, pada bingung kan kalo ga boleh pakai kata tanya ‘kenapa’ atau ‘mengapa’, jadi mau pakai kata-kata apa? Jrenggg.. jawabannya adalah kita pakai kata ‘bagaimana’ hehehe J
5. Observation Skills
Keterampilan observasi itu fokus pada tiga area: perilaku non verbal, perilaku verbal, dan konflik, diskrepansi, dan inkongruensi. Perilaku nonverbal tuh seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh klien, tapi hindari stereotype yah! Kalau perilaku verbal itu seperti selective attention sama keywords. Inkongruensi adalah ketidaksamaan antara perilaku verbal dan nonverbalnya. Bisa aja terjadi kalau klien tidak nyaman atau berbohong.
6. Active Listening
Encourage! Buat klien untuk melanjutkan ceritanya dengan gerakan verbal dan nonverbal. Jangan lupa lakukan probing! Nonverbal encouragement sepertibody language, kalau verbal encouragement seperti ‘hmm’, ‘oke..’, ‘lalu..?’
Dalam active listening ada yang disebut dengan paraphrasing, yaitu kita fokus sama isi dan mengklarifikasi apa yang dikomunikasikan. Ada juga reflection of feelings, yaitu kita memahami emosi klien.
Be careful! Paraphrasing ≠ Parroting. Parroting itu mengulang pernyataan klien. Jangan sering-sering yah, nanti klien bosen loh hahaha.
Last one! (akhirnya) Summarizing yaitu kesimpulan dari keseluruhan sesi. Jadi sesi selanjutnya kita udah paham sama apa yang dibahas di sesi sebelumnya. Ada 4 dimensi utnuk paraphrasing dan summarizing: sentence stem, keywords, the essence of what the client has said in briefer and more clear form, dan a check out.
14 Maret 2014
Encourage! Buat klien untuk melanjutkan ceritanya dengan gerakan verbal dan nonverbal. Jangan lupa lakukan probing! Nonverbal encouragement sepertibody language, kalau verbal encouragement seperti ‘hmm’, ‘oke..’, ‘lalu..?’
Dalam active listening ada yang disebut dengan paraphrasing, yaitu kita fokus sama isi dan mengklarifikasi apa yang dikomunikasikan. Ada juga reflection of feelings, yaitu kita memahami emosi klien.
Be careful! Paraphrasing ≠ Parroting. Parroting itu mengulang pernyataan klien. Jangan sering-sering yah, nanti klien bosen loh hahaha.
Last one! (akhirnya) Summarizing yaitu kesimpulan dari keseluruhan sesi. Jadi sesi selanjutnya kita udah paham sama apa yang dibahas di sesi sebelumnya. Ada 4 dimensi utnuk paraphrasing dan summarizing: sentence stem, keywords, the essence of what the client has said in briefer and more clear form, dan a check out.
14 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar